Ku semakin terbiasa, melupakan mu.
Ku semakin terlena oleh keluarga dan teman2 ku.
Kata teman ku itu bagus.
Berarti kamu sudah sadar dan memasuki wilayah yang benar.
Langkah yang ku jalani sudah benar, tinggal bagaimana ku menyikapinya.
Tapi mengapa setiap ku ingin membuat suasana antar kau dan aku menjadi biasa saja, sepertinya kau ini tidak bisa biasa saja?
Kau seperti ketakutan terhadap seseorang.
Kau takut kehilangan dia, walaupun dirimu ingin membiasakan suasana dengan ku.
Kau seperti terbata bata setiap mengetik.
Jawaban mu makin pendek.
Walaupun pertanyaan ku sudah semakin panjang.
Ku melakukan hal itu demi, membuat hubungan antar kita menjadi biasa saja, dan kembali normal.
Bukan malah seperti orang asing yang tak mengenal.
Aku juga sering ke tempat dimana kita dulu sering bertemu.
Walaupun kita memang tidak pernah bertemu di tempat itu.
Kamu lebih lengket bersamanya.
Kau bercumbu dan bersenang2 dengannya, dan itu di hadapan ku.
Orang selalu bilang, kalau kau senang, aku pun senang.
Heh. Itu bohong. Toh buktinya aku tidak senang melihat kalian berdua.
Aku hanya tidak senang namun bukan berarti diriku membenci.
Dulu kita berdua sering berbuat kebajikan.
Namun kenapa sekarang kamu menjadi seorang bajingan?
Mungkin benar kata teman ku.
Mulai melupakan yang indah demi yang lebih indah.
Suatu saat nanti kau hanya melihat ku dengan gaun putih yang sangat amat cantik bergandengan tangan dengan pria impian ku.
Dan kau hanya duduk manis memakan hidangan sambil terpaku.