Bagian 1

413 9 0
                                    

"Diaaam..."
Teriak ia kepada sang suami...

" Awas sampe kamu pergi, aku bunuh diri... "
Teriak nya lagi...

" Ya Allah sayang, aku cuma ikut pergi bentar "
" temen ku sudah jemput itu, gak enak. Bentaaar aja... " sambil memohon ke ia.

" kamu gak pernah ngertiin perasaan ku, aku mau kamu tetap di rumah. Kalo gak, liat aja apa yang akan terjadi (dengan nada mengancam) "

Untuk yang kesekian kali nya ia bertingkah seperti itu, dan untuk kesekian kali nya pula suami dia bisa menahan emosi dan mengalah.

Tapi untuk kali ini suami ia tidak bisa menuruti kemauan ia, dia memikirkan beberapa teman nya yang sudah menunggu di luar rumah.

" bang (panggilan sayang ia ke suami) kalo kamu keluar dari pintu itu, aku bakar semua baju-baju mu " teriak ia meradang.

Suami ia tetap pergi keluar, selain karena ada teman-teman nya. Suami juga harus menghindar dari amukan emosi ia yang tak terkontrol,

" lebih baik aku pergi dulu, emosi ku sudah tidak tertahan lagi " ujar suami ia dalam hati

Ia yang sedang menangis di tinggal begitu saja oleh suami nya,,,

" tidak ada yang sayang aku, tidak ada yang peduli padaku " pikir ia saat itu.

Detik itu juga tangis ia berhenti, ia melangkahkan kaki menuju lemari pakaian. Semua pakaian suami nya di keluarkan dari lemari, dimasukkan ke dalam plastik kresek hitam.

Ia menyalakan api di halaman belakang rumah, dan membakar semua baju suami nya sampai menjadi abu.

Detik itu emosi nya berubah menjadi lebih tenang, seiring lahapan api yang memakan semua baju-baju suami nya sampai habis.

22.30 wib suami ia pulang dan melihat ia duduk di sudut kamar sambil bermain hp, terlihat wajah yang bahagia.

Suami ia tau kondisi seperti ini, karena sudah beberapa kali dia alami.

" pasti ada sesuatu yang ia lakukan " pikir suami ia saat itu. waktu itu ia membuang semua peralatan kerja sang suami. Pernah juga ketika mereka bertengkar, ia menghancurkan hp nya sampai berkeping-keping Sekarang apa lagi yang ia lakukan.

Suami ia mencari-cari apa kah ada yang aneh di rumah nya, bagian mana yang pecah, hilang dsb. Suami ia tidak menemukan apapun yang aneh, dan dia masih terus mencari.

Seketika suami ia teringat akan ancaman ia tadi,
" astaga... baju-baju ku " sambil berlari ke arah lemari.

Benar adanya, semua baju suami ia lenyap.

" Ya Allah sayang... " sambil menangis memeluk ia, maaf...maaf...maaf... teriak sang suami.

Ia yang tadi nya tenang mulai mengeluarkan suara terisak, semakin lama semakin keras.

" Abang gak sayang ia... gak ada yang ngertiin ia... ia sendirian menghadapi ledakan emosi ia ini... "

Mereka berpelukan, menangis bersama.

Pelukan itu, tangisan itu adalah pelukan dan tangisan untuk kesekian kali nya.

" Hanya abang yang bisa menghadapi ia "

Bersambung...

My husband, My Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang