LEMBARAN BARU

131 4 5
                                    

Satu minggu sudah Iara dan Piyo berjauhan, hanya mengobrol lewat aplikasi video call.

"Assalamualaikum..." Piyo memanggil dari luar rumah.
Tidak ada jawaban.
"Kemana Iara" sambil membuka pintu rumah.
"Pintu rumah tidak terkunci" bisik Piyo dalam hati sambil berjalan pelan masuk kerumah nya.

Piyo berniat memberi kejutan ke Iara, dengan langkah pelan Piyo berjalan menuju kamar. Biasa nya jam segini Iara tidur siang.

"Cup.." Piyo mencium kening Iara
"Astaghfirullah... badan mu panas banget sayang" Piyo berbisik di telinga Iara.

Iara terbangun, mata nya sulit untuk di buka. Sudah dari tadi malam kondisi demam Iara makin menjadi.

"Abang udah sampe ? ..." tanya Iara lemah sambil memperlihatkan senyum manis nya untuk menyambut kepulangan Piyo.

"Iya sayang,,, kita harus ke dokter sekarang ya" sambil sibuk menyiapkan barang-barang yang akan di bawa.

"Aku gak apa-apa kok bang..." sambut Iara

"Suhu badan mu panas banget loh" sambil menyelipkan thermometer ke ketiak Iara.

"Aku tadi udah minum obat, tapi turun sebentar sekarang panas lagi" cerita Iara

"Mulai dari kapan kamu demam yang... ?" tanya Piyo sambil mengecek suhu Iara.
"Tuh kan sayang... suhu tubuh mu tinggi banget" memperlihatkan angka yang tertera di layar thermometer. Terlihat angka 40° disana.

Piyo membopong Iara menuju sepeda motor butut nya, sepeda motor yang di pake saat Piyo berusaha mendekati Iara. Sepeda motor yang menyimpan semua kenangan perjalanan kisah cinta mereka.

Piyo dan Iara di perjalanan menuju rumah sakit, karena suhu tubuh Iara tinggi. Iara sempat mengigau, mengingat semua kisah pertemuan mereka. Kisah perjalanan cinta mereka dimulai saat.

Piyo menanyakan keberadaan Iara setelah seminggu tidak ketemu, ketika Piyo berkunjung ke kostan Icha.

"Cha mana mbak Iara ?"
"Udah lama gak keliatan" tanya Piyo

Saat itu Iara sedang patah hati, karena baru putus dari pacar ny sebelum Piyo. Iara pergi dari kostan untuk sementara agar bisa menenangkan diri, dari dulu memang terlihat ada yang beda dengan Iara. Iara terlalu mendramatisir suatu kejadian yang menimpa nya, seperti saat Iara putus. Iara beberapa hari sempat depresi, bukan karena gaya pacaran Iara sudah melewati batas. Tapi karena Iara merasa hidupnya hampa tanpa kehadiran sang pacar, Iara merasa tidak ada yang menyayangi dirinya.

"Bentar aku telp dulu ya" lanjut Icha
Tut..tut..tut...

"Assalamualaikum, ada apa Cha ?" jawab Iara

"Waallaikum salam, Ia kamu dimana ?" tanya Icha

"Aku di rumah temen kuliah ku yang di belakang kampus itu, sebelah warung makan bu Yani" Iara menjelaskan

"Pulang lah, udah seminggu kamu gak di konstan"
"Nanti biar Piyo yang jemput ya ?"
"Katany Piyo mau ngenalin kamu sama temen nya" bujuk Icha

Piyo menjemput Iara ke rumah temen nya itu, bersama motor butut kesayangan Piyo.

" Mbak... " panggil Piyo
" Yuk temenin aku jalan-jalan "

Iara yang tak bersemangat waktu itu tetap mengikuti kemana piyo membawa nya pergi.

"Mbak, kamu kenapa ?"
"Kok udah seminggu gak di kostan, kan aku kangen"

"Males aja" jawab Iara singkat.

"Kita keliling-keliling pantai aja ya mbak, supaya hilang stres nya" lanjut Piyo

"Iya" jawab Iara lagi.

My husband, My Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang