Tok..tok...tok...
Pintu kamar Iara dan Piyo diketuk dengan kencang berkali-kali.
"Iara..."
"Piyo..."
"Bangun...!!!" Sudah jelas sekali itu suara khas ibu Iara *cempreng*. Dengan semangat berulang kali mengetuk pintu kamar anaknya itu."Jangan sampe apa yang aku pikirkan ini benar" ibu Iara bergumam dalam hati, semakin semangat mengetuk pintu kamar Iara yang sudah di ketuk kurang lebih 15 menit dan sampai sekarang masih tertutup rapat.
"Hoi..."
"Bangun...!!!" Habis kesabaran ibu Iara menunggu pintu kamar terbuka.Ibu Iara memutar gagang pintu, mendorong pintu kuat-kuat. Ternyata pintu kamar Iara tidak di kunci, kepala ibu masuk perlahan. Mengintip situasi di dalam kamar anak nya.
"Loh"
"Kosong" gumam nya.Tiba-tiba Iara keluar dari kamar mandi, sambil mengusap-usap rambutnya yang masih basah dengan handuk.
"Ada apa Bu ?" Tanya Iara heran
"Piyo mana ?" Ibunya balik bertanya.
"Bang Piyo udah dari subuh pergi kantor"
"Katanya ada pekerjaan yang harus diselesaikan pagi ini""Mana hasil testpack nya ?"
"Sini ibu lihat" mengulurkan tangan ke arah Iara."Hah..." Iara sedikit kaget, sekuat tenaga menyembunyikan ekspresi wajahnya.
"Testpack buat apa Bu ?"
"Aku gak hamil kok, buat apa di tes-segala""Buat mastiin kalo kalian tidak menyembunyikan sesuatu dari ibu" dan keluar kamar meninggalkan Iara sendirian.
Perasaan Iara bergejolak, seakan Iara mendengar ada yang berbisik di telinga nya berulang-ulang
"katakan saja, jujurlah"
"Toh nantinya akan ketahuan juga"Iara menggeleng-gelengkan kepala nya, berusaha mengusir bisikan-bisikan itu dari pikiranya. Semakin Iara berusaha keras, bisikan itu semakin menekan Iara untuk jujur. Dan akhirnya Iara kalah.
"Bu..."
"Tunggu...!!" Panggil Iara sambil berlari menghampiri ibunya.
"Ba-gai-ma-na jika aku me-mang benar-benar ha-mil Bu ?" Tanya Iara terbata-bata."Itu artinya kamu gak dengerin nasehat ibu"
"Sudah berulang kali ibu sampaikan ke kalian, tunda dulu untuk punya momongan"
"Hidup kalian itu masih jauh dari kata pas-pasan"
"Makan tiap hari aja masih ngemis sama orang tua"
"Mulai sekarang urus semua nya sendiri, ibu gak mau tau lagi" terlihat sekali kekecewaan di raut wajah ibu Iara.Ibu meninggalkan Iara dan masuk kekamar, membereskan semua pakaiannya. Sedangkan Iara masih berdiri mematung di ruang tengah, shock dengan apa yang ibu nya katakan. Membiarkan dirinya dan Piyo menghadapi masalah ini sendiri. Perkataan ibu nya itu membuat Iara limbung, tak di sangka reaksi ibu nya akan jadi seperti ini.
"Ibu pulang..."
"Jaga diri baik-baik"
"Kasih tau suami mu, jadi laki-laki harus bertanggung jawab"
"Nafkahi istri dengan benar"
"Ibu berhenti membantu keuangan keluargamu" melangkahkan kaki keluar dari rumah Iara. Tanpa menoleh lagi..
."Mbak ada testpack ?"
"Yang paling akurat ya" ujar Piyo yang sengaja mampir ke apotek saat perjalanan menuju kantor."Nah kan..."
"Bener banget tebakan ku, Iara hamil" sambut Rudit.Piyo sudah merencanakan rencana ini dari tadi malam, sengaja keluar rumah selesai sholat subuh. Supaya tidak bertemu ibu mertua, dan di paksa membujuk Iara untuk tes kehamilan. Piyo tidak langsung berangkat ke kantor, sepagi itu pasti kantor masih tutup. Tujuan pertamanya yaitu kerumah Rudit dulu, numpang tidur lagi, mandi, sarapan dan berangkat kerja bareng.
"Ini mas" seorang apoteker menyerahkan sebiji testpack. Yang ternyata seorang laki-laki.
"Berapa mas" tanya Piyo
KAMU SEDANG MEMBACA
My husband, My Guardian Angel
Non-FictionSebuah perjalanan... Berusaha bangkit... Penyembuhan luka... Kisah CINTA... RASA saling memiliki...