5 : Ryan---can't believe

5.5K 271 6
                                    

Aku dan Sarah akhirnya sampai di rumah Tante Oliv yang luasnya berkali-kali lipat dari rumahku. Rumah bercat putih-krem itu bak istana bagiku. Wah, jadi untuk beberapa waktu ke depan aku akan bekerja di rumah sebesar ini? Bahkan aku tak pernah bermimpi untuk sekedar menginjakkan kakiku disini.

Sarah membuka pintu besar di depannya seolah ia bebas melakukan itu. Tapi, memang kan. Ini rumah tantenya, tentu saja ia bebas melakukan itu. Aku hanya mengikutinya masuk ke dalam. Semakin masuk, semakin mataku dibuat kagum. Interior yang mewah dan klasik ada di hadapanku. Apa benar ini rumah Tante Oliv?

Seorang wanita tua dengan pakaian pelayan menghampiri kami.

"Non Sarah, tumben sekali kesini" kata wanita itu dengan senyum hangatnya.

"Iya, Bi. Tadi Sarah disuruh Tante Oliv kesini" sahut Sarah.

"Ooh, silahkan duduk, non. Mau dibuat minum apa?" Tawar wanita tersebut yang kuperkirakan ia Bi Wina yang dimaksud Tante Oliv tadi.

"Sarah mau sirup, Bi" ujar Sarah kemudian Bi Wina mengangguk. Kemudian ia mengalihkan pandangannya padaku. "Non, mau apa?" Tanyanya padaku.

Non. Nona maksudnya? Astaga. Aku kan juga pekerja disini nantinya.

"Saya mau teh aja, Bi. Makasih" jawabku lalu Bi Wina mengangguk dan pergi menuju-----dapur, sepertinya.

Sarah kemudian menyuruhku duduk di sofa yang ada disana. Akupun duduk diikutinya yang duduk di sampingku. AHHH. Sofanya seempuk ini, rasanya aku bisa tidur saja disini.

Kemudian aku bertanya-tanya. Dirumah sebesar ini ada berapa orang yang tinggal. "Sepi banget ya" ujarku.

"Ya gini... apalagi kalo Tante Oliv keluar kota atau negeri. Biasanya Kak Ryan sama Kesha nginep di rumahku" sahut Sarah.

"Oooh...."

Kak. Ryan.

Ooh, dia yang waktu itu kulihat di rumah Sarah ya?. Yang kemejanya lusuh, tapi tetap tampan. HAHA. Naluri perempuanku keluar.

"Kak. Ryan itu kakaknya Kesha?" Tanyaku.

"Iya. Yang kamu lihat waktu itu. Inget gak?" Balas Sarah dan akupun mengangguk.

"Kesha mana, Sar?" Tanyaku, lagi.

Sarah menggedikkan bahunya, "di atas kali" jawabnya acuh lalu mengambil remot tv dan menekan tombol power on.

Tak lama Bi Wina datang dengan minuman kami di nampannya. Ia menaruh gelas minuman kami di atas meja. Aku mengucapkan terima kasih dan ia membalasnya dengan senyum.

Tiba-tiba pintu utama terbuka menampilkan sesosok pria yang membukanya. "Den Ryan udah pulang" ujar Bi Wina menyambut kedatangannya sementara aku dengan sigap membetulkan posisi dudukku.

"Mau minum apa, Den?" Tanya Bi Wina pada-----apa dia yang dimaksud Kak Ryan?.

"Makasih, Bi. Nanti aja" kata Kak. Ryan. Okay, just let me call him that.

Kemudian Bi Wina meninggalkan kami bertiga. Kulihat Kak Ryan menghampiri kami------oh, atau Sarah saja?.

"Hai, Kak" sapa Sarah masih menatap lurus tontonannya di layar tv.

Kak Ryan duduk di single sofa tepat di hadapanku. Ia mengendorkan dasinya kemudian menggulung lengan kemejanya sampai siku. Ah, si Sarah itu kenapa malah asik nonton tv sih. Aku kan jadi canggung gini.

"Tumben banget kamu kesini, Sar. Ngapain?" Ujar Kak Ryan kemudian Sarah menolehkan kepalanya pada Kak Ryan.

"Emangnya kenapa, Kak? Gak boleh?" Balas Sarah.

BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang