Keesokannya aku dan Mama sudah siap untuk mengambil raport ku. Kuharap nilaiku masih tinggi seperti tahun lalu. Karena apapun yang kuinginkan adalah, mendapatkan beasiswa dan bisa mengubah kehidupan keluargaku nantinya.
Beberapa menit di perjalanan dengan bus--seperti biasa, aku dan Mama akhirnya sampai di sekolah. Lantas kutemani Mama berjalan menuju kelasku yang tak terlalu jauh dari gerbang utama.
Mama mengantri sementara aku mengobrol dengan teman-temanku.
"Gak sabar tahun baru, nih. Mama sama Papa gue ngajak libur tahun baru di Bali" ujar Steffi dengan nada sombongnya. Ya, gadis itu memang begitu. Apalah dayaku, apa yang bisa kupamerkan selain kepintaranku? Itu juga bukan apa-apa sepertinya."Iya, nih. Gue juga gak sabar. Kan nanti kita-kita mau ke Villa nya Benny" balas Tiara.
Aku hanya mendengarkan mereka tanpa berkomentar. Karena aku sedang menunggu kedatangan sahabatku yang tak lain adalah Sarah.
Beberapa saat menunggu, tak lama Sarah datang bersama-----------Kak Ryan?
Aku membelalakkan mataku beberapa saat sebelum akhirnya suara Sarah terdengar.
"Woyy! Al! Kok melotot?" Tanyanya menyadarkanku. Kulihat Kak Ryan lengkap dengan pakaian kerjanya berdiri tepat di hadapanku. Aku tidak berbohong, aku suka saat ia pakai setelan itu.
Dan sepertinya bukan aku saja yang melihatnya kagum, tapi seluruh gadis di lorong juga begitu. Ya bagaimana tidak? Jika yang mereka lihat adalah seorang pria bak pangeran ini.
Aduh, aku heran. Kenapa Sarah harus membawa kakak sepupunya ini ke sekolah. Bisa-bisa semua orang kena serangan jantung. Seperti yang aku alami setiap melihat Kak Ryan.
"Eh, engga melotot kok" jawabku pada Sarah. Sepertinya gadis itu belum sadar kalau Kak Ryan sudah menjadi santapan gratis gadis-gadis kelaparan di lorong ini. Aku tidak rela Kak Ryan ditatap mereka seperti itu.
"Itu matanya sampe mau keluar gitu" ledek Sarah. Aku mencebikkan bibirku marah. Si Sarah itu kenapa malah meledekku di depan Kak Ryan sih? Aku kan malu.
"Udah, udah. Sarah, kelas kamu yang mana? Nanti kakak terlambat loh" ujar Kak Ryan menengahi aku dan Sarah.
"Eh, iya..iya. Itu kelas sarah yang ada tulisan 11 IPA 2" balas Sarah seraya menunjuk kelas kami. Kak Ryan mengangguk kemudian berjalan menuju kelas ku dan Sarah.
RYAN
Jika bukan karena Tante Rena yang memintaku untuk mengambilkan raport Sarah, aku tidak akan mau pergi ke sini. Lihat saja, gadis-gadis seumuran Sarah tak segan memerhatikanku seolah mereka akan menerkamku saat ini juga. Jujur, aku sebenarnya agak risih jika dilihat seperti itu.
Dan juga, tadi kulihat Aless membelalakkan matanya saat melihatku. Atau memang ada yang aneh denganku hari ini?
Yasudahlah. Daripada kupikirkan hal itu terus menerus, lebih baik aku cepat menyelesaikan urusanku yang satu ini. Karena aku sendiri bukannya tidak ada pekerjaan, pekerjaanku bahkan menumpuk di kantor.
Saat kumasuk ruang kelas Sarah------kuharap aku tidak salah masuk kelas, sudah banyak orang tua yang sedang menunggu. Akupun memilih duduk di belakang, tepatnya di samping seorang ibu dengan pakaian sederhananya.
Saat aku hendak duduk, ibu itu melempar senyum ramahnya. Namun sepertinya aku pernah melihat senyum yang serupa, tapi dimana ya. Dengan sopan akupun membalas senyumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter
RomansaBagaimana jika di umurmu yang masih terbilang muda, kau harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup? Ini semua tuntutan kehidupan dimana seseorang harus bisa mencari sepeser uang demi dirinya sendiri dan keluarga. Tapi seorang Alessia Natalie, dan...