Chapter 15; Ketakutan

577 50 24
                                    

Aku akan memberimu waktu selama satu minggu. Hanya satu minggu. Tidak lebih... Pikirkan baik-baik sebelum kau menyesal!!

08xxxxxxxxxx

DEG!! Sungguh terkejut Vanya membaca sms itu. Ia takut jika ada orang yang akan diambil darinya nanti. Namun, tak mungkin juga ia menutup perusahaan. Perusahaan itu bukan hanya miliknya, namun juga milik kakaknya juga Alif dan Ridwan.

"VAN!!," panggil seseorang tiba-tiba. Vanya terkejut. Handphone-nya terlepas dari tangannya dan jatuh. Orang itu tertawa. Disampingnya, ada seorang pria. Siapa lagi kalau bukan Alif dan Ridwan. Vanya mendengus kesal.

"Hahaha... Lagi ngapain sih? Sampai dipanggil gitu aja hp-nya langsung jatuh..." ujar Ridwan sambil terkekeh.

"Nanti gue kasih disana... Sekarang, buruan cabut!! Udah ditungguin sama anak-anak..." jawab Vanya lalu masuk kedalam mobil. Alif dan Ridwan saling bertatapan lalu masuk ke mobil bagian jok depan.

TEMPAT KUMPUL

"Ini Vanya mana sih? Gak dateng-dateng...," gerutu Devin kesal.

"Tauk... Katanya udah berangkat... Udah 10 menit lho...," lanjut Bastian ikut menggerutu.

"Kan bisa aja dia lagi kejebak macet...," ujar Key B sambil memainkan handphone-nya. "Atau mungkin kak Zika masih ngomongin sesuatu gitu...," lanjutnya. Malvin, Marsha, Ruth, dan Zalfa mengangguk setuju.

"TERSERAH!!," ujar Devin dan Bastian serempak.

5 MENIT KEMUDIAN

"Hai guys!! Sorry telat!!," ujar Vanya yang tiba-tiba sudah datang di tempat mereka berkumpul. Di belakangnya, Alif dan Ridwan berjalan mengikuti. "Nih, gara-gara mereka berdua mau ikut!!," lanjut Vanya sambil menunjuk Ridwan dan Alif. Keduanya hanya menyengir tak jelas.

"Ngapain kak Alif sama kak Ridwan ikutan??" tanya Ruth. Ridwan menatap kearah Alif.

"Gue dipaksa sama dia ikut...," jawab Ridwan sambil menunjuk kearah Alif. Alif terkekeh.

"Sebenarnya, Ridwan itu mau ketemu sama..." Ucapan Alif terpotong karena Ridwan menginjak kakinya. "AWW!!," pekik Alif kesakitan.

"Ketemu sama siapa?" tanya Zalfa penasaran. Alif hendak berbicara lagi. Namun, mulutnya kebru dibekap oleh Ridwan.

"Iiih... Kak Ridwan!! Kita kepo tau..," gerutu Marsha.

"Dia mau ketemu sama lo!!," ujar Vanya sambil menunjuk kearah Zalfa. Wajah Ridwan langsung merah padam. Begitupun Zalfa. Sudah seperti kepiting rebus. Bukan, bukan kepiting rebus lagi. Tapi seperti menu makanan kepiting bumbu cabai merah di rumah-rumah makan (kok jadi ngomongin makanan? San laper ya? Jangen ngiler ya guys!!).

"Terus kak Alif ngapain?" tanya Marsha kemudian. Alif diam tak menjawab. Vanya pun menyahuti.

"Dia kepo sama pangeran berkuda putih yang nganterin Key tadi... Jealous katanya...," sahut Vanya. Yang lain langsung tertawa lebar. Sedangkan Key B dan Alif hanya bisa melotot kearah Vanya.

"Udah ah Van... Kasian mereka berdua melotot terus. Nanti mata mereka lepas lho..," ujar Malvin. Vanya pun duduk di kursi yang masih kosong. Begitu pun dengan Ridwan dan Alif.

"Eh, Van... Tadi hp lo kenapa? Kok sampe lo jatuhin?" tanya Alif kemudian. Yang lain menoleh dengan wajah bingung.

"Eh, tadi... Mmm...," gumam Vanya.

"Kenapa sih?" tanya Key B.

"Jadi, tadi waktu gue nunggu mereka berdua," ujar Vanya sambil menunjuk Alif dan Ridwan, "gue dapet sms lagi dari orang yang neror gue...," jelas Vanya. Wajah teman-temannya langsung berubah tegang. "Isinya tuh, dia ngasih gue waktu satu minggu buat nutup perusahaan. Kalo lebih dari satu minggu dan gue belum nutup perusahaan, yah, kalian tahulah apa yang bakal dia lakuin...," jelas Vanya. Mendengar pnjelasan Vanya, Alif dan Ridwan saling bertatapan. Wajah mereka langsung berubah khawatir.

"Kakak kamu udah tau Van?" tanya Malvin kemudian. Vanya terkejut. Ia menatap Alif dan Ridwan yang wajahnya kini tengah cemas. Sama seperti Vanya. Gadis itu kemudian menunduk dan menggeleng lemah.

"Aku takut....," ujar Vanya lirih. Air matanya mengalir. Tangannya bergetar ketika mengatakan hal itu. Bibirnya kini terkatup, tak mampu mengucapkan sepatah katapun lagi. Semuanya menatap Vanya sendu. Entah rahasia apalagi yang sudah ia tanggung di pundaknya dengan segala ketakutan yang menghantuinya. Tak ada yang tahu.

"Van... Setakut-takutnya lo, kak Zika lebih takut. Lo enggak tahu... Waktu lo cerita tentang sms itu ke dia tadi, kelihatan banget kalo dia itu ketakutan. Yah... mungkin gak takut yang kayak lo... Takutnya beda...," jelas Alif.

"Maksudnya gimana Lif?" tanya Devin tak paham. Alif menarik nafas panjang. Ia melirik kearah Ridwan yang duduk disampingnya.

"Kalian semua tahu... Vanya udah gak punya siapa-siapa lagi selain kak Zika... Begitu pun dengan kak Zika.. Selama ini, kak Zika emang keliatanya gak deket sama Vanya. Bahkan bisa dibilang, dia lebih deket sama kita. Bukan berarti dia gak sayang sama Vanya. Dia sayang banget sama Vanya. Cuma, dia ngelakuin itu biar Vanya itu juga bisa mandiri dan gak manja. Tapi, dia itu punya sebuah ketakutan kalo dia ngelakuin itu.. Dan ternyata, ketakutannya beneran terjadi... Huh...," desah Alif setelah menjelaskan.

"Emangapaan ketakutannya kak Zika?"    


HAI!! JANGAN DI SCROLL KEBAWAH DULU... BACA SEBENTAR!! ADA YANG NGERASA KALO CERBUNG INI SEMAKIN GAJE? KALO SAN BILANG IYA... SAN BINGUNG SOALNYA... ADA YANG MAU BANTU? KALO ADA, SILAHKAN!!

OKE, BANYAK YANG KEPO SAMA PENERORNYA KAN? NAH, KENAPA GAK SEGERA SAN MUNCULIN SI PENEROR... JAWABANNYA KARENA KALO SAN MUNCULIN PENERORNYA, MAKA CERBUNG INI AKAN TAMAT. BEGITU...

OKELAH... SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER!!

DAN SEPERTI BIASA, HAPPY READING AND DON'T FORGET TO VOMENT!!

Golden MissionWhere stories live. Discover now