"Eh, Gres! Maksud lo apaan sih?" tanya Devin setengah kesal. Gadis ditanyai malah nyengir kuda.
"Sorry kak Dev.. Aku mau bikin surprise buat pacar aku. Aku kan gak tau ukuran bajunya. Ya masa aku ajak dia kesini? Dan kebetulan, badan dia itu sama kayak kak Devin. Tapi emang lebih tinggi sih dari kak Devin..," jelas Gressa. Devin menggerutu. 'Udah ditolongin, masih aja ngeledek!,' gerutu Devin dalam hati. Sungguh, gadis ini memang merepotkan dan menyebalkan. Ia pun menghembuskan nafasnya kasar.
.
.
.
Tau nih Gressa.. Gimana sih?? Kasian tuh bang Epin.. ~San~
Yee... Malah nyalahin gue lagi lu San.. Kan elu yang bikin cerita. Gue mah nurut-nurut aja.. ~Gressa~
Dih, nyalahin gue lu? Oke! Lo gak gue kasih peran lagi! Titik! ~San~
Eh, jangan gitu dong San.. Gue bercanda kok... ~Gressa~
Salah lo ndiri.. Udah ah! Readers pada kepo nih.. Lanjut aja!! ~San~
.
.
.
Tak lama, sang pegawai datang. "Ini mbak, bajunya...," ujar sang pegawai sambil menyerahkan tas belanja pada Gressa. Gressa pun membayar untuk baju tersebut. Setelah itu, mereka pun keluar dari toko pakaian tersebut.
"Kak Dev! Makan dulu yuk!," ajak Gressa ketika mereka berdua sudah ada diluar toko. Jujur saja, Devin cukup lapar. Ia pun menyetujuinya. Keduanya menuju sebuah tempat makan yang ada di dekat toko pakaian tersebut. Disana, mereka makan malam dan saling bertukar cerita. Jujur saja, mereka memang sudah lama tak berjumpa dan bercakap-cakap seperti itu. Dan kalau boleh jujur lagi, Devin merindukan momen-momen seperti ini. Bukan berarti ia masih mencintai Gressa. Hatinya sudah sepenuhnya dimiliki oleh Marsha. Ia kini menganggap Gressa seperti adiknya sendiri.
"Gres, gue ke toilet bentar ya! Gue titip handphone gue..," tutur Devin pada Gressa yang masih menikmati segelas white coffee miliknya. Gressa hanya mengangguk. Devin pun segera pergi ke toilet.
Saat Devin pergi ke toilet, handphone-nya berdering. Gressa pun melihat siapa yang menelpon mantan kekasihnya itu. Tertera nama 'Marsha and The Bear' disana. 'Marsha and The Bear? Siapa nih?' batin Gressa. Ia pun berpikir apakah ia harus mengangkatnya atau tidak. 'Duh... Angkat gak ya? Tapi kalo dia itu gebetannya kak Devin yang tadi kak Devin ceritain gimana? Kalo aku angkat, dia pasti curiga kalo kak Devin lagi jalan sama cewek lain.. Angkat gak ya?' Gressa bergulat dengan pikirannya saat ini. Devin memang tadi bercerita bahwa ia sudah memiliki seorang yang ia cintai. Tapi sayangnya, Devin tak mengatakan siapa namanya. Suara panggilan telepon berhenti. Tak lama, benda pipih milik Devin kembali berdering. Tetap sama, dari orang yang dalam contact list Devin bernama 'Marsha and The Bear'. Orang itu menelpon sebanyak 3 kali. Setelah itu, ia tak menelpon lagi. Gressa menghela nafasnya lega. Ia kembali menyeruput white coffee miliknya. Selang beberapa menit, Devin kembali dari toilet. Gressa pun segera memberi tahu tentang penelpon itu pada Devin.
"Kak Devin, tadi ada yang nelpon kak Dev..," ujar Gressa. Devin mengerutkan keningnya.
"Siapa?" tanya Devin sambil membuka telepon pintarnya dan membuka log panggilannya.
"Gak tahu. Tapi namanya disitu Ma..."
"MARSHA!!," pekik Devin memotong ucapan Gressa. Untung saja tempat makan itu tak seberapa ramai. Sehingga, tak ada yang terganggu oleh pekikan Devin. Sedangkan Devin, kini ia tengah mengacak-acak rambutnya sambil merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia lupa akan janjinya dengan Marsha. Dan tunggu! Jam berapa sekarang? Devin melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 19.40. sudah lewat 40 menit dari janji temunya dengan Marsha. Pasti gadis itu sudah menunggunya lama. Tidak! Gadis itu pasti sudah masuk kembali kedalam rumahnya dengan kecewa. Astaga! Bagaimana dia bisa melupakan hal seperti itu? Devin kembali mengacak rambutnya frustasi.
"Kenapa kak Dev?" tanya Gressa pada Devin. Ia bingung apa yang terjadi sehingga pria itu janji seperti itu. Namun ia yakin, hal ini masih berhubungan dengan gadis bernama Marsha tadi. Dan bukannya menjawab, Devin malah berdiri dan segera menyimpan benda pipihnya kedalam saku celananya. Gressa semakin bingung.
"Sorry Gress!! Gue harus pergi sekarang!," ujar Devin sambil langsung berlalu. Gressa yang bingung langsung menyambar tasnya dan mengikuti Devin dari belakang. Devin keluar dari tempat makan.
"Kak Devin!," panggil Gressa. Devin menoleh. "Ada apa sih kak Dev? Kok kak Devin sampe buru-buru gitu?" tanya Gressa kemudian.
"Sumpah Gres! Sorry! Gue harus pergi sekarang!," tutur Devin. Ia nampak sangat buru-buru.
"Iya, aku tahu... Tapi seenggaknya, kak Devin bilang dulu, ada apa?" tanya Gressa mendesak.
"Gue itu sebenernya udah ada janji jam 19.00 tadi. Tapi gue lupa..," jelas Devin.
"Sama siapa nih? Sama gebetannya ya?" goda Gressa. Devin hanya mengangguk singket. "Oh.. Jadi gebetannya kak Devin namanya Marsha..," ujar Gressa kembali menggoda. "Btw kak Dev.. Kalo gebetannya kak Devin tahu kalo kak Devin telat gara-gara jalan sama aku, dia bakal marah gak ya?" tanya Gressa mengira-ngira.
"Maybe yes, maybe no! Tapi jangan sampe tahu lah..," ujar Devin.
"Kalo dia tahu gimana?"
"Gue bakal bilang sama dia kalo gue itu cintanya sama dia dan lo itu cuman masa lalu. Dan kalo dia tanya kenapa gue mau diajak jalan sama lo, gue bakal bilang kalo lo itu udah gue anggep kayak adek gue sendiri. Makannya gue mau..," jelas Devin.
"Halah... Orang tadi waktu diajak, kak Devin kayak gak ikhlas gitu..," ujar Gressa lagi. Devin terkekeh. Ditariknya hidung Gressa gemas. Dan tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah mengamati mereka. Dan sebuah hati, tak sengaja mereka sakiti pada saat itu juga.
*flashback off*
"Woii Bas!! Lo dengerin ceritanya Devin kagak sih? Malah asyik nge chat!"
***
KELAS MARSHA
Di kelas Marsha, keadaan masih sama seperti tadi. Dan kini, Marsha masih menceritakan kejadian yang ia alami semalam pada Ruth. Kita simak cerita Marsha yuk! *Makin gaje aja lu San..*
*flashback on*
MARSHA POV
Tunggu! Apa yang kulihat? Kak Devin tengah bersama seorang gadis dan ia menarik hidung gadis itu? Astaga! Air mataku terus mengalir. Tak kusadari, pria itu menoleh kearahku. Dipanggilnya namaku pelan. Namun, aku masih jelas bisa mendengarnya walau jarak kami cukup jauh.
"Marsha...," panggilnya. Aku tak menjawab. Ku tundukkan kepalaku. Kubiarkan air mataku mengalir. Tak terasa, ia kini telah ada di hadapanku sekarang. Dipegangnya pundakku pelan dan dipanggilnya namaku.
"Sha..," panggilnya. Aku kembali tak menjawab. Dia mengangkat daguku pelan. Kini, aku menatapnya dengan mataku yang masih bersimbah air mata. Tangannya terangkat hendak menghapus air mataku. Tapi tanganku lebih cepat untuk menyingkirkan tangannya itu dari wajahku. "Marsha! Aku mau jelasin..," tuturnya lagi. Entah sejak kapan ia jadi memakai aku-kamu. Padahal biasanya, ia memakai gue-lo saat berkomunikasi denganku. "Sha, sorry tadi aku gak dateng.. Aku..."
"Kalo kak Devin emang gak niat jalan sama aku, bilang aja kak!!," ujarku sewot memotong ucapannya. Kekeksalanku sudah membuncah. Tak dapat kupungkiri, A K U K E S A L!!
"......"
TET TET TEEET!! SAN IS BACK!! MAAF HANYA UPDATE SATU.. RENCANANYA MAU DUA CHAPTER.. TAPI INI LAGI LOWBAT.. HEHEHE.. DAN LAGI, UDAH MALEM. JADI MAYBE BESOK!! SELAMAT MENANTI LAGI READERS!! HAHAHA...
HAPPY READING ALL!!
DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT!!
![](https://img.wattpad.com/cover/141626572-288-k827291.jpg)
YOU ARE READING
Golden Mission
FanfictionKisah tentang sebuah persahabatan dan cinta. Disaat persahabatan dan cinta itu harus bertemu dengan sebuah misi besar, untuk melindungi dan mempertahankan sebuah perusahaan besar. Akankah mereka berhasil menaklukkan misi itu? ~Cerbung B Force and So...