12. Mentari dan Malam

206 36 6
                                    

Aku suka hangatnya mentari pagi.
Aku juga suka dinginnya pekat malam.

Tapi jika ditanya mana yang lebih aku suka, aku akan menjawab keduanya.

Mengapa?

Karena....

Aku suka merindu, suka resah sendiri tanpa sebab, suka menuliskan sebuah sajak. Oleh karena itu aku butuh pekatnya malam. Meski dingin dan gelap, aku bertemu sebuah jawaban atas dasar apa aku merindu dan resah.

Ternyata aku butuh pekatnya malam yang sunyi untuk menuliskan bagaimana aku menggambarkan sikap kamu yang tak akan pernah peduli bagaimana aku menghargai dari setiap keputusan menyakitkan yang terlontar dari mulutmu.

Tapi tenang saja.

Rindu dan resahku semalam sudah sirna. Bersama dengan mimpi yang tenggelam di ujung realita duniaku yang sudah menghilang. Berdoa saja agar itu hilang permanen.

Itu sebabnya aku juga butuh hangatnya mentari pagi. Sebab ia meleburkan segala asa yang tercipta dari rasa yang tak pernah terucap di ujung lidah.

Aku mencintaimu.

Fatamorgana RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang