18. Bukan Akhir Dari Kisah

159 23 6
                                    

Rasanya ini sudah batasnya. Aku tidak tahu harus berceloteh apa lagi tentang kisah yang ingin kalian baca. Maaf kepadamu yang selalu tersudutkan oleh kalimat-kalimat rancu yang muncul akibat dari patah hatiku.

Sungguh, ini akhir dari kian banyaknya aksara yang aku buat. Percayalah, ini bab terakhir. Tapi, tidak tahu jika aku ingin membuat sesuatu yang baru. Tunggu saja.

Sekarang tidak ada lagi yang namanya patah hati. Aku belajar memaafkan sesuatu yang pernah menyakiti hatiku, mengikhlaskan sesuatu yang sudah pergi dan berdoa kepada Tuhanku agar dihindarkan dari orang-orang yang mencoba menjatuhkanku.

Aku sudah membaik. Tidak 'gila' seperti dulu lagi. Sudah bahagia dan tidak akan pernah menjadi 'gila' untuk yang kedua kalinya.

Jika dihadapkan dengan patah hati yang lain, akan ku usahakan untuk menjadi orang yang berpikir secara rasional. Tidak untuk membenci apalagi memaki. Hanya saja jika patah hati itu terulang kembali, maka aku akan berdiam sejenak untuk intropeksi diri. Apa yang salah dengan aku sehingga orang-orang itu mudah sekali membuat hatiku patah.

Hey, kalian!!

Jangan kira aku ini adalah orang yang selalu disakiti. Aku pernah menyakiti. Aku bukan manusia yang tidak pernah menyakiti hati seseorang.

Hanya saja aku ini suka menulis, maka dari itu aku buat patah hatiku menjadi sesuatu yang bermakna untuk diriku, menjadi sesuatu yang keren dan berlari dari sesuatu yang menjengkelkan.

Jika kalian punya patah hati yang lain. Silahkan ekspresikan dengan cara kalian sendiri. Tapi ingat, jangan pernah menjadi 'gila' hanya karena patah hatimu yang tak lekas sembuh.

Ini kisah fatamorgana rasa yang tumbuh dari kian banyaknya euforia namun berujung pada kisah klise yang memuakkan.

Bahagialah!

Ini bukan akhir dari kisah.

Sampai bertemu lagi pada patah hati berikutnya.

~~~

Bab akhir dari Fatamorgana Rasa.

Selesai...

Terima kasih kepada kalian para pembacaku :)

Fatamorgana RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang