"Selamat pagi, Nona."
Seketika itu mimpi Jiyeon terusik oleh sebuah suara yang baru saja memasuki ruang kamarnya. Ia membuka perlahan matanya yang sayu. Di temukannya seseorang yang paling menyebalkan di rumahnya itu tengah menaruh sebuah nampan berisikan segelas air putih di atas nakas samping tempat tidurnya.
Jiyeon mengerutkan dahinya. Kebetulan sekali pelayannya itu memanggilnya dengan panggilan 'Nona'. Ia menyipitkan matanya. Sepertinya ada yang salah dengan diri pelayannya itu.
"Apa tidurmu nyenyak, Tuan Putri?" tanya Sehun seraya tersenyum -sok- manis di sampingnya.
Oh, tidak. Dia mulai lagi. Ternyata hanya di awalnya saja. Jiyeon menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Ia mencoba meredam emosinya. Pelayannya yang satu ini memang tidak ada habisnya membuat ia kesal.
"Ayo, cepat bangun." ujarnya dengan nada yang terdengar sedikit memerintah. Jiyeon mendengus kasar sambil menyibak selimutnya.
Ia membawa dirinya duduk di tepi tempat tidur. Di ambilnya gelas berisikan air putih itu dan meneguknya dengan sarkas tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari Sehun yang terus memberikan senyuman menyebalkan.
"Berhenti tersenyum. Itu sama sekali tidak ada bagusnya." titah Jiyeon seraya berdiri dari duduknya dan berjalan melewati Sehun begitu saja.
Tapi, baru empat langkah Jiyeon berjalan, sebuah tangan sudah mencegahnya lebih dulu. Jiyeon mendengus pelan, lalu berbalik menatap malas pelayannya itu.
"Apa kau tak mau menceritakannya padaku?" tanya Sehun dengan nada serius. Jiyeon mengerutkan dahinya, bingung.
"Menceritakan apa, eoh?" tukas Jiyeon sembari menghentakkan tangan Sehun yang menahan tangannya.
"Kau masih pura-pura tak tahu?"
Saat itu juga Jiyeon tersadar. Ia menyadari maksud tersembunyi dari pertanyaan Sehun. Jiyeon mencoba menetralkan keadaannya. Ia menampilkan raut bingung di wajahnya sebelum kembali melangkahkan kakinya pergi.
"Ada kesalahpahaman di sini." Ucap Sehun tanpa mencegat langkah Jiyeon kali ini. Dilihatnya gadis itu berhenti sendiri. Ia berbalik dan tersenyum ragu.
"Kesalahpahaman apa, eoh? Tidak ada kesalahpahaman apapun di sini. Sudah, ya." jelas Jiyeon, mencoba mengakhiri pembicaraan itu. Tapi sayangnya ia hanya mencoba, sedangkan Sehun tak pernah ingin mengakhirinya sebelum semuanya jelas.
Jiyeon semakin cepat melangkah menuju kamar mandinya. Tapi, belum sempat ia membuka pintu kamar mandinya lebih jauh, sebuah tangan telah menarik pintu itu lagi sehingga kini tertutup rapat. Dan siapa lagi kalau bukan Sehun.
Jiyeon menoleh dengan wajah kesalnya. Tapi seketika itu wajahnya berubah menjadi tegang. Wajah Sehun kini begitu dekat dengan wajahnya. Ia pun bisa merasakan nafas yang menderu dari pria bernama Sehun itu. Tiba-tiba dadanya berdesir aneh dan rasa gugup mulai melandanya. Segera Jiyeon mengalihkan wajahnya ke arah lain.
"Kau tidak bisa membohongiku, Tuan Putri." ucap Sehun dengan nada datar dan sedikit menakutkan.
"Apa maksudmu, eoh?! Sudahlah, aku harus segera pergi ke sekolah." sanggah Jiyeon seraya mendorong Sehun mundur. Sehun tersenyum miring, tanpa merasa kecewa atas perlakuan majikannya itu.
Sehun menarik kembali tubuh Jiyeon hingga berhadapan dengannya, ketika gadis itu hendak membuka pintu kamar mandinya lagi. Sehun mengeluarkan senyum jahilnya.
"Kau cemburu melihatku dengan Hyomin, bukan?" tanya Sehun dengan nada menggoda. Jantung Jiyeon langsung berdegup tak keruan. Pikirannya kacau balau, tercampur aduk saat berhadapan dengan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Prince ✔
Фанфик"Selamat pagi, Tuan Putri.." "Berhenti memanggilku seperti itu!" teriak Jiyeon sambil melemparkan sebuah bantal ke arah pelayannya. Jiyeon adalah majikannya yang dingin, tapi sebenarnya manja. Ia sangat senang mengusili Jiyeon, bahkan sejak merek...