"Chanyeol?"
Pria dengan kemeja putih bersih itu mendekati Hyomin. Sejenak mereka saling mengerutkan dahi, melempar tatapan bertanya-tanya.
"Sedang apa kau disini?" tanya Chanyeol sambil memperhatikan busana dan tata rias yang Hyomin kenakan.
Hyomin menyelipkan sedikit rambutnya di balik daun telinga. Ia gugup di tatap seperti itu oleh Chanyeol. "Seharusnya aku yang bertanya begitu."
"Kalau begitu, aku datang ke sini karena di undang." jawab Chanyeol. Lalu matanya beralih kesana kemari mencari batang hidung gadis bernama Park Jiyeon itu.
"Jiyeon tidak memberitahuku.." gumam Hyomin dengan penuh kebingungan. Chanyeol dapat mendengarnya walaupun itu sungguh kecil.
"Jiyeon? Kau mengenal Jiyeon?" ujar Chanyeol sambil menatap Hyomin. Gadis itu menunjukkan raut seakan berkata 'tentu saja'. "Tunggu dulu, apa jangan-jangan.. Kau adalah-"
"Kakak Park Jiyeon." potong Hyomin.
Chanyeol sama sekali tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Ini benar-benar berada di luar dugaannya.
"Haha.. Ini tak masuk akal." Chanyeol tertawa hambar.
"Kau mengenal adikku? Bagaimana bisa?"
"Ceritanya panjang. Kapan-kapan aku akan menceritakannya padamu." jawab Chanyeol seraya merapikam kemejanya. "Dimana dia?"
"Ah.. Jiyeon masih di kamarnya." Chanyeol manggut-manggut mengerti.
"Kalau begitu, mari duduk dulu." tukas Hyomin seraya merentangkan tangannya, mempersilahkan Chanyeol memasuki halamah rumahnya. Chanyeol mengangguk dan segera melangkah melewati Hyomin.
Hyomin menatap punggung tegap pria itu. Ia sama sekali tak tahu Jiyeon mengenal dekat pria yang ia sukai. Ya, Jiyeon tak mungkin mengundang sembarang orang. Ia adalah seorang yang pemilih. Jadi, seberapa dekat Jiyeon dan Chanyeol?
Di satu sisi ia merasa sangat senang bisa bertemu dengan Chanyeol. Tapi di sisi lain, ada rasa khawatir yang menyelinap masuk ke dalam dirinya. Ia bahkan tak mampu mengutarakannya dengan kata-kata. Sebab, perasaan ini telah tercampur dengan rata.
Ada apa ini?
*****
Jelek.
Itulah yang saat ini ada di benaknya ketika melihat pantulan dirinya di cermin yang telah di baluti oleh sebuah gaun hitam berlengan panjang. Ditambah lagi riasan wajahnya yang terlalu mencolok dengan lipstik berwarna hitam pekat.
Bisa kalian bayangkan seperti apa reaksi orang-orang di luar sana saat melihatnya nanti? Oh tidak. Ia tidak akan pernah keluar dari kamarnya jika harus memakai gaun itu. Pasti akan sangat memalukan.
Buru-buru Jiyeon membuka kembali lemarinya, entah sudah untuk yang keberapa kali. Menyibak satu persatu pakaiannya yang tergantung. Ia menangkup wajahnya sendiri sambil membuat wajah sedih. Tak ada satu pun yang cocok dengan seleranya. Semua sudah pernah ia pakai.
Tadinya Tuan Park ingin membelikan sebuah gaun baru untuk Jiyeon, tapi gadis itu melarangnya dan mengatakan bahwa ia akan mengenakan gaun yang lama saja.
Tok..tok..
Jiyeon berlari ke arah pintu kamarnya dan menemukan Sehun di balik sana. Tanpa aba-aba ia segera menarik pelayannya itu masuk dan menutup pintunya rapat-rapat.
"Para tamu sudah berdatangan, Nona." ujar Sehun dengan wajah dinginnya. Jiyeon menekuk wajahnya mendengar penuturan yang terdengar formal itu.
"Ada apa denganmu akhir-akhir ini?!" sentak Jiyeon seraya berlari ke tempat tidurnya dan duduk di pinggiran. Sehun tak menjawabnya dan malah berjalan ke lemari Jiyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Prince ✔
Fanfiction"Selamat pagi, Tuan Putri.." "Berhenti memanggilku seperti itu!" teriak Jiyeon sambil melemparkan sebuah bantal ke arah pelayannya. Jiyeon adalah majikannya yang dingin, tapi sebenarnya manja. Ia sangat senang mengusili Jiyeon, bahkan sejak merek...