Jiyeon dan Sehun tersenyum penuh arti di atas altar. Setelah mengucapkan janji dan berpagut satu sama lain, kini mereka resmi menjadi sepasang suami-istri. Semua orang yang hadir tak bisa lepas menatap pasangan itu. Seakan-akan mereka adalah sesuatu yang luar biasa.
"Psst.. psst.."
Jiyeon yang masih setia menyapa semua tamu yang hadir, tiba-tiba melirik pada Sehun. Sama halnya dengannya, pria itu juga masih setia memberikan senyum manisnya ke semua orang. Tapi ada satu hal yang berubah, Sehun mulai memiringkan kepalanya ke arah Jiyeon tanpa melepas kontak pada semua orang.
"Setelah ini aku ingin kita berbulan madu," ungkap Sehun sebelum melambaikan tangannya pada beberapa pria yang tampak seumuran dengannya. "Kau ingin kemana?"
"Tidak bisakah kita bicarakan ini nanti saja?" tolak Jiyeon dengan halus.
Sehun menarik nafasnya dalam-dalam, "Aku hanya ingin tahu pilihanmu."
Jiyeon beralih menatap tajam pria itu. Sambil tersenyum manis ia menjawab, "Hawaii."
Sehun menoleh pada Jiyeon sebentar. "Paris saja," sarannya.
"Aku suka Paris, tapi aku lebih suka Hawaii." bisik Jiyeon.
"Bagaimana kalau Pulau Jeju? Atau Pulau Nami?"
"Itu sudah biasa. Atau kalau tidak ke Italia?"
"Jepang lebih dekat."
"Tapi Italia lebih romantis."
"Bagaimana dengan Swiss? Kita bisa ajak Hyomin dan Jun." timpal Sehun lagi dengan penuh semangat.
Jiyeon menutup mulutnya rapat-rapat. Kesabarannya sudah habis. Matanya menatap tajam pria itu, seakan-akan siap untuk menikamnya. Sehun yang baru menyadarinya, langsung menoleh dan menaikkan kedua alisnya pada Jiyeon.
Jiyeon menarik nafasnya dalam-dalam, "Bukankah tadi kau hanya ingin tahu pendapatku?" tanya Jiyeon dengan nada ketus.
"Ya, tapi menurutku tempat-tempat pilihanmu itu terlalu jauh. Aku tak ingin kau kelelahan nantinya." ungkap Sehun dengan wajah sedih.
"Sudah kukatakan nanti saja bahasnya."
"Aku kan hanya ingin tahu."
"Kalau begitu, setelah aku menyebutkan 'Hawaii' seharusnya kau diam saja," protes Jiyeon dengan pandangan kesal yang tak bisa lepas menatap pria bernama Oh Sehun itu.
"Baiklah, aku minta maaf, Tuan Putri." ucap Sehun denga nada sendu.
Jiyeon mendengus, masih merasa sebal. Keduanya memutuskan untuk berhenti memperdebatkan hal sepele seperti itu. Dan saat mereka kembali untuk memandang ke sekitar dan berniat menyapa beberapa tamu lainnya, keduanya membeku di tempat.
Senyap.
Tanpa mereka sadari selama mereka berdebat, para tamu terdiam mendengarkan setiap argumen yang silih berganti dari Sehun ke Jiyeon dan begitu seterusnya. Jiyeon menelan salivanya, rasa canggung dan malu bercampur jadi satu. Lalu ia menyikut tangan pria disampingnya.
Sekeras itukah suaranya dan pria ini sampai-sampai semuanya terdiam?
"Minta maaf!" interupsi Jiyeon.
Sehun melirik Jiyeon sebentar sebelum membungkuk hormat mengikuti gadis itu.
"Mianhamnida!"
*****
Annyeong!
Setelah cerita ini selesai, aku pikir aku suka dengan hunji couple dibanding chanyeon. Apalagi setelah baca beberapa cerita ttg hunji.
Mungkin suatu hari nanti ff chanyeon akan ku hapus. Maaf
Dan terima kasih ku banyak-banyak sebanyak-banyaknya untuk semua yang udah klik cerita ini. Maaf jika ada kesalahan kata dan telah menyinggung hati kalian, jeongmal mianhae
Sampai jumpa di ceritaku selanjutnya, si yu babai :)
Wina_Pcy ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Prince ✔
Fanfiction"Selamat pagi, Tuan Putri.." "Berhenti memanggilku seperti itu!" teriak Jiyeon sambil melemparkan sebuah bantal ke arah pelayannya. Jiyeon adalah majikannya yang dingin, tapi sebenarnya manja. Ia sangat senang mengusili Jiyeon, bahkan sejak merek...