Chanyeol terdiam di tempat duduknya, tepatnya di samping tempat tidur salah satu ruang rawat. Sambilan menatap wajah kusut seorang gadis yang tengah tertidur saat ini, ia bersenandung kecil. Jujur, ia tak bisa berbuat banyak, karena di ruangan itu hanya ada ia dan gadis itu.
Semenit yang lalu, salah seorang sahabatnya menghubunginya dan mengatakan bahwa adiknya baru saja pingsan yang kemudian di bawa ke rumah sakit oleh seseorang. Hyomin meminta tolong pada Chanyeol untuk menjaga adiknya sebentar, sementara ia harus keluar karena ada keperluan sebentar.
Dan di sinilah Chanyeol sekarang, menjaga Jiyeon yang tengah tertidur pulas, juga menunggu gadis itu membuka matanya. Mengingat kejadian dua hari yang lalu, sejak hari itu Jiyeon tampak sangat menghindarinya. Dan saat gadis itu bangun nantinya, ia berharap akan mendapatkan jawabannya.
"Eomma.."
Chanyeol tersadar dari lamunannya dan langsung menoleh pada gadis yang memanggil ibunya. Tangan gadis itu terangkat perlahan seakan meminta sesuatu.
Jiyeon perlahan membuka matanya yang terasa berat. Dan kejutan yang luar biasa sangat ia hindari saat ini tengah menyapanya. Seniornya itu sekarang sudah ada tepat di sampingnya. Tiba-tiba kerongkongannya terasa kering.
"Kau ingin sesuatu?" tanya pria itu dengan senyum lebarnya.
Jiyeon membeku. Pikirannya kosong, apalagi ia baru saja sadar dari pingsannya. Bingung harus menjawab apa, ia mengayunkan tangannya ke arah nakas di samping tempat tidur.
"Kau ingin minum?" Jiyeon mengangguk lemah. Pria itu langsung membantunya untuk duduk dan cepat-cepat mengambilkan minumannya.
Jiyeon meminum air di dalam gelas itu dengan sangat pelan, agar waktunya terbuang banyak. Ia harus berpikir dulu sebelum kembali ke keadaan canggung tadi. Ia tak mau menjadi terlihat bodoh di depan pria itu.
"Sudah?" Jiyeon menggeleng. Belum waktunya ia harus menjawabnya.
"Tadi, kakakmu menghubungiku dan meminta padaku untuk menjagamu. Mungkin sebentar lagi ia akan kembali." jelas Chanyeol mencoba menghancurkan keheningan.
Jiyeon melirik pria itu dari balik gelasnya. Saat Chanyeol mengarahkan matanya pada Jiyeon, ia langsung mengembalikan fokusnya pada air di dalam gelas. Jadi, kakaknya ada disini? Dan, bukan pria itu yang menolongnya?
Oh, ini lebih bagus. Ia tak perlu bersusah payah mengucapkan terima kasih pada pria di sampingnya itu.
"Sampai kapan gelas itu akan kau gigit?" ujar Chanyeol, heran melihat kelakuan gadis itu.
"Uhuk! Uhuk!"
Dengan sigap Chanyeol langsung menarik gelasnya dan menepuk-nepuk punggung Jiyeon. Lalu ia ambilkan selembar kain putih dan langsung mengelap mulut Jiyeon dengan itu.
"Kalau kau ingin menghindariku, tak perlu seperti ini." tukas Chanyeol, sangat mengerti atas tanggapan gadis itu. Jiyeon menatap wajah itu tak percaya. Pria itu bisa membaca isi hatinya?
"A.. Aniyo Sunbae." jawab Jiyeon terbata. Habislah ia, pria itu sekarang pasti tahu bahwa ia berbohong saat ini.
Chanyeol menghembuskan nafas panjangnya. "Apapun jawabanmu, akan ku terima dengan lapang dada." Chanyeol menaruh kembali kain itu ke nakas dan menggenggam kedua tangan Jiyeon. "Jadi, apa jawabanmu?"
Jiyeon mematung menatap Chanyeol yang juga menatapnya dalam. Lidahnya tiba-tiba terasa kelu. Pikirannya kembali kosong. Padahal tadi ia sudah memikirkannya matang-matang.
Tunggu, tiba-tiba wajah Sehun mengambang dipikirannya. Dengan senyuman khasnya, wajah itu mengisi kepalanya. Ia jadi teringat, dimana pria itu sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Prince ✔
Fanfiction"Selamat pagi, Tuan Putri.." "Berhenti memanggilku seperti itu!" teriak Jiyeon sambil melemparkan sebuah bantal ke arah pelayannya. Jiyeon adalah majikannya yang dingin, tapi sebenarnya manja. Ia sangat senang mengusili Jiyeon, bahkan sejak merek...