"Tidurmu nyenyak?"
Sehun yang baru saja membuat sarapan pagi itu menoleh pada salah satu pintu kamar majikannya yang terbuka sedikit. Jiyeon keluar dari sana dengan tampang kusut, rambut yang acak-acakan, dan langkah yang lambat. Matanya berkedip-kedip sayu, sesekali tangannya mengucek-nguceknya untuk memperjelas penglihatannya.
"Ya, sangat nyenyak. Apalagi saat kau menggedor-gedor kamarku." sindir Jiyeon sambil melangkah mendekati pria itu.
Ya, semalam mimpi Jiyeon harus terusik oleh suara besar pelayannya itu. Dan yang membuat Jiyeon semakin kesal adalah saat Sehun menampilkan wajah menyebalkannya dan dengan polosnya memberikan selembar selimut tebal untuknya.
"Malam ini sangat dingin. Pakai ini agar tubuhmu tetap hangat."
"Kau kesini hanya untuk mengatakan ini, eoh? Dasar menyebalkan! Kau telah mengusik mimpi indahku!"
"Hmm. Kalau begitu aku balik dulu. Maaf telah mengganggu jam tidurmu. Selamat tidur kembali, Tuan Putri."
"Takkan ku maafkan!"
Begitulah kira-kira dialog mereka malam itu. Setelah percakapan itu Jiyeon langsung menutup pintunya tanpa menunggu kata-kata yang akan membuatnya semakin kesal keluar dari mulut pelayannya itu. Sebenarnya di dalam Jiyeon tak sendiri. Ia bersama Areum. Namun entah karena memang Areum sangat kelelahan atau sudah terbiasa, jadi gadis itu tak bergerak sedikit pun saat Sehun menggedor pintunya.
Sama seperti dahulu, Jiyeon dan yang lainnya memutuskan untuk menginap di villa pribadi, villa kesayangan ibunya. Villa itu hanya memiliki dua kamar. Jadi, Jiyeon terpaksa tidur bersama Areum dan Hyomin bersama tiga temannya. Sedangkan ayahnya dan Sehun harus rela tidur di luar, di sofa-sofa empuk itu.
Sehun tersenyum sendiri, tak menghiraukan Jiyeon yang sudah berada di sampingnya dan melihat ia yang sedang menata beberapa sandwich di piringnya. Seketika Jiyeon melebarkan matanya dengan binar bahagia seraya mengulurkan tangannya hendak mengambil salah satunya. Namun, dengan cepat Sehun menjauhkan piringnya.
Jiyeon menatap Sehun dengan kerutan di dahinya. Pria itu hanya melirik sekilas, lalu kembali merapikan meja makan pagi itu. Jiyeon menatap kepala Sehun dari belakang dengan sangat tajam. Bibirnya di kerucutkan dan pipinya di gembungkan. Ingin sekali rasanya ia mencekik pria itu dari belakang. Tapi suara-suara yang muncul dari arah kamar kakaknya, membuatnya melupakan hal itu.
"Hoaamm.. Ah, Jiyeon-ah. Selamat pagi!" sapa Soyeon yang baru selesai menguap. Jiyeon hanya tersenyum tipis sambil mengangguk kecil.
"Hyomin-ah! Juhyun-ah! Kembalikan padaku!" teriak seseorang dari dalam kamar Hyomin. Jiyeon, Sehun, dan Soyeon menoleh ke sumber suara.
Tiba-tiba Hyomin keluar dari kamarnya sambil mengangkat sebuah ponsel dan tak sengaja menabrak Soyeon yang masih berdiri di depan kamarnya.
"Aww!" pekik keduanya. Soyeon mencoba untuk berdiri. Dan kemudian membantu Hyomin berdiri juga. Tanpa sadar Eunjung sudah ada di belakang mereka dan dengan cekatan merampas ponsel di tangan Hyomin.
"Ya! Kami belum membacanya." protes Juhyun yang ikut keluar kamar dan langsung menghadap Eunjung yang sudah menyembunyikan ponselnya di saku celananya.
"Bukan urusanku." jawab Eunjung acuh tak acuh sambil berlalu menuju meja makan.
Ceklek
Tuan Park keluar dari kamarnya dengan keadaan yang terlihat sangat segar. Pria itu menatap semuanya dengan penuh senyuman. "Selamat pagi, semuanya."
"Selamat pagi, Appa."
"Selamat pagi juga, Ahjussi."
Semua yang ada disana langsung berhambur mengisi setiap kursi yang ada di meja makan. Setelah semuanya duduk di kursi masing-masing, terasa ada sesuatu yang aneh. Sehun yang menyadarinya lebih dulu, langsung angkat bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Prince ✔
Fanfiction"Selamat pagi, Tuan Putri.." "Berhenti memanggilku seperti itu!" teriak Jiyeon sambil melemparkan sebuah bantal ke arah pelayannya. Jiyeon adalah majikannya yang dingin, tapi sebenarnya manja. Ia sangat senang mengusili Jiyeon, bahkan sejak merek...