Sehun tersenyum tipis di depan gerbang sekolah. Hatinya sudah tak sabar saja ingin bertemu dengan Jiyeon dan segera memberitahukan padanya sebuah kepicikan yang ia ketahui selama ini. Hal buruk tentang seorang pria.
Memang raganya tak terlihat di mata gadis itu, tapi bukan berarti matanya tak pernah menangkap apa yang dilakukan dan apa yang terjadi pada gadis itu. Biarlah ia menghilang dari pandangan Jiyeon untuk sementara, asalkan ia tak menghilang saat gadis itu membutuhkannya.
Tak berbeda jauh dengan kemarin, hari ini pun Jiyeon hanya membisu. Membuka mulutnya hanya untuk makan, minum, dan menjawab pertanyaan ayahnya. Itupun hanya kata 'ya' atau 'tidak'.
Sehun? Ia hanya memperhatikan Jiyeon dari sudut-sudut ruangan yang dapat menutupi dirinya. Ia juga memutuskan untuk tak membersihkan kamar Jiyeon seperti waktu biasanya.
Ia hanya ingin memantapkan hati dan memperbaiki semuanya, agar tak ada lagi kesalahpahaman di antara mereka.
Sudah cukup ia menyembunyikan semua ini. Ia sudah tak tahan lagi. Apalagi setelah melihat Jiyeon pulang bersama Chanyeol kemarin. Sungguh menjadi tumbukan tak langsung di dadanya.
Biarlah Jiyeon tahu, tak penting gadis itu akan marah, memukulnya, menendangnya, mencaci makinya, atau bahkan membencinya.
Sehun kembali melirik jam di tangannya. Jarum pendek menunjuk pada angka sepuluh dan jarum panjang tepat di angka dua belas. Seharusnya Jiyeon sudah melangkah keluar dari kelasnya saat ini juga.
Ia menoleh pada bulan yang malam ini terang sekali. Awan-awan dan beberapa bintang yang bertabur ikut menyapanya. Sambil menunggu Jiyeon keluar, ia mengetuk-ngetukkan sepatunya ke tanah.
"Oppa!"
Sehun menoleh ke sumber suara. Ada seorang gadis berambut blonde sebahu tengah berlari kecil ke arah seorang pria muda.
Park Chanyeol?
Sehun mencoba untuk tetap bersikap tenang. Tak baik jika tenaga yang disimpan selama beberapa hari belakangan ini ia buang sia-sia begitu saja. Tunggu sampai waktu yang tepat itu tiba.
Sekarang, biarlah ia memperhatikan dan mendengarkan diam-diam kedua insan itu berinteraksi.
"Oppa, bogoshippeo!" seru gadis berseragam sekolah lain itu seraya memeluk tubuh tinggi Chanyeol tanpa izin. Rasanya Sehun pernah melihat gadis itu, tapi entah dimana.
"Apa yang kau lakukan disini?!" tanya Chanyeol dengan gelagat berbisik, dan raut terkejut. Gadis itu tak menjawabnya dan semakin mengeratkan pelukannya.
Sehun dapat melihat Chanyeol sama sekali tak marah, tapi sayangnya pria itu tak bisa menyembunyikan raut khawatirnya. Sehun tersenyum miring, ia sudah menduganya. Chanyeol tak henti-hentinya melirik ke setiap arah.
"Ayo, kencan lagi." ajak gadis itu dengan nada manja. Sehun mendengus, sangat berbeda jauh dengan sifat Jiyeon.
Sehun melirik Chanyeol yang membelalak, "Mwo? Maaf, aku tak bisa."
"Wae?" tanya gadis itu dengan wajah cemberut. Sehun muak melihatnya.
"Aku.. Harus berkumpul dengan anggota sebentar lagi." jawab Chanyeol setelah berpikir sejenak. Sehun bisa membaca bahasa tubuhnya.
Gadis itu memilin ujung rambutnya sambil mengalihkan wajahnya yang semakin kecut. Chanyeol melirik-lirik sejenak sebelum akhirnya memeluk gadis itu sambil mengelus-elus pucuk kepalanya. Tanpa sadar, Sehun mengepalkan tangannya melihat hal itu.
Dari tempatnya, Sehun menggeram sendiri mendengar penuturan pria tinggi itu.
"Bagaimana dengan besok?" Gadis itu melepaskan pelukannya dan menatap Chanyeol meminta keyakinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Prince ✔
Fanfiction"Selamat pagi, Tuan Putri.." "Berhenti memanggilku seperti itu!" teriak Jiyeon sambil melemparkan sebuah bantal ke arah pelayannya. Jiyeon adalah majikannya yang dingin, tapi sebenarnya manja. Ia sangat senang mengusili Jiyeon, bahkan sejak merek...