3. Ternyata aku salah

57 6 4
                                    

"Perasaan itu memang tidak bisa dipaksakan. Seiring berjalannya waktu, kamu akan merasakan apa yang aku rasakan."

*****

Cumulonimbus 2: The Secret

*****

NEO UNDERGROUND, SECTOR 2, 9 JUNE, 2101


"Bagaimana kabarmu, Dev?"

"Aku sehat. Kalau kamu?"

"Aku juga sehat."

"Syukurlah," aku tersenyum senang. "Tapi, kenapa kamu ada di sini?"

"Aku memeriksa kesehatanku."

"Oh. Pasti hasilnya baik, kan?"

"Tentu."

Freya tersenyum. Ia duduk agak berjauhan dariku. Kedua tangannya diletakkan di dua pahanya.

Saat ini, aku dan Freya berada di taman rumah sakit. Kami duduk di bangku baja yang berwarna perak.

Taman yang sangat indah dengan berbagai jenis tanaman bunga - semuanya alami bukan hasil rekayasa genetika.

Hening.

Sesaat kami terdiam. Seakan-akan malaikat lewat di hadapan kami. Sehingga kami sulit berbicara untuk beberapa menit.

"Aku...," akulah yang memecahkan keheningan yang melanda tempat ini. "Ada yang ingin aku katakan padamu."

"Apa?" Freya memandangku dengan serius.

Wajahku memerah. Bisa kurasakan denyut jantungku bergerak sangat cepat. Aku ingin menyampaikan apa yang kurasakan pada Freya sekarang juga. Tidak bisa kutunda lagi.

"Freya, aku sangat mencintaimu. Maukah kamu menjadi pacarku?"

Kedua mata Freya melotot. Ekspresinya kaget. Sejurus kemudian, ia menjawab dengan gelengan kuat.

"Maaf, aku tidak bisa."

"Kenapa?"

"Aku...," wajah Freya berubah menjadi kusut. "Aku butuh waktu. Kita baru saja berkenalan dan belum mengenal lebih jauh dari itu. Lalu aku baru sembuh dari sakitku. Aku tidak ingin membuatmu kecewa nantinya. Jadi, aku mohon, beri aku waktu untuk mengenalmu lebih jauh. Jika saatnya tiba, aku akan memberimu jawabannya. Apa kamu mengerti?"

Aku terdiam. Bisa kurasakan kekecewaan menyerang hatiku karena Freya menolak cintaku. Aku mengira Freya menyimpan perasaan yang sama denganku. Ternyata aku salah.

Apa boleh buat. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Aku memaklumi itu dan menerima keputusan Freya dengan hati yang ikhlas.

"Ah, ya sudah, tidak apa-apa. Aku rasa lebih baik kita berteman saja. Oh ya, apa kamu punya nomor telepon?"

"Punya."

"Boleh aku minta nomor teleponmu?"

"Boleh. Mana ponselmu?"

"Tunggu sebentar."

Aku mengambil ponsel dari kantong jaket hijauku. Ponsel keluaran tahun 2101 yang merupakan ponsel masa depan yang diciptakan seorang ilmuwan muda, baru-baru ini - hadiah yang dibelikan oleh sahabat terbaikku.

Lalu ponsel itu kuberikan pada Freya. Freya menerimanya dan langsung menulis nomor telepon pada layar virtual digital yang mengambang di atasnya. Setelah itu, ia memberikan ponsel itu padaku lagi.

Cumulonimbus 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang