6. Menemui malaikat cantik sesungguhnya

42 7 7
                                    

"Akhirnya aku menemukanmu, malaikat cantik, tapi kamu masih jauh dari jangkauanku."

*****

Cumulonimbus 2: The Secret

*****

Rasanya aneh sekali. Entahlah, aku merasa keanehan seakan-akan ada yang berbisik ke telingaku. Suara yang lembut, mengatakan, "Aku menunggumu, Deva."

Aku menoleh kesana-kemari. Tapi, tidak ada seorang pun yang berdiri di dekatku. Bisa kurasakan lagi, pipi kananku terasa hangat dan disentuh oleh sesuatu yang lembut. Padahal tidak ada apapun yang menyentuh pipi kananku.

Apakah Rhea ada di sini? Dan aku tidak bisa melihatnya. Rhea, dimanapun kamu berada, aku akan segera menemuimu. Aku akan menepati janjiku.

Setelah Aretha berhenti menangis, aku tersenyum melihat Aretha yang tersenyum bersama Eze. Dia memang cantik, sama seperti Rhea.

"Kalau begitu, bagaimana nanti setelah pulang mengajar, kita pergi ke rumah sakit?" ajak Aretha tiba-tiba.

"Ide yang sangat bagus. Sekalian saja kita ajak Deva menemui Rhea," sahut Eze yang mengangguk.

"Iya. Tentu saja," Aretha tersenyum dan menatapku. "Deva, kamu mau, kan, pergi bersama kami nanti untuk menjenguk Rhea?"

"Iya. Tentu."

"Baik, kita bertiga pergi sama-sama ya."

"Terima kasih, Aretha, Eze."

Aku tersenyum dengan perasaan yang sangat senang karena akan segera menemui malaikat cantikku yang sesungguhnya.

*****

NEO UNDERGROUND, SECTOR 2, 14 JUNE, 2101

Tepat jam setengah tiga sore, aku dan Aretha serta Eze tiba di sebuah rumah sakit. Rumah sakit dimana Rhea dirawat sekarang.

Aku pernah mengunjungi rumah sakit ini sebelumnya, saat aku memeriksa kesehatan beberapa hari yang lalu. Juga merupakan tempat pertemuan pertama kali di antara aku dan Aretha.

Aretha adalah kakak kembar dari Rhea. Ia berumur 20 tahun saat aku menanyakan umurnya. Sama halnya dengan Rhea, yang kini berumur 20 tahun.

Tapi, sifat Aretha sungguh berbeda dengan Rhea. Ia kelihatan galak dan sangar. Kerap kali memukul Eze kalau Eze berdekatan dengannya.

Aku bisa membayangkan betapa mengerikan wajah Aretha saat melototi Eze. Dengan brutal, Aretha memukul Eze ketika keluar dari mobil yang dikendarai Eze. Aku hanya berwajah horror dan membatin di hati. Untung, aku tidak mencintai gadis sekasar Aretha.

Lupakan itu. Saat ini fokusku adalah menemui Rhea, malaikat cantik yang kucintai. Aku melangkah pelan bersama Aretha dan Eze ketika masuk ke bangsal, tempat Rhea dirawat.

SWUIIING!

Pintu terbuka secara otomatis, kami langsung berjalan menuju ke sebuah tempat tidur. Pintu tertutup sendiri, saat aku terpaku menyaksikan sosok yang terbujur kaku di tempat tidur. Sosok yang menyerupai Aretha, dialah...

"Rhea," kata Aretha yang memulai percakapan. "Ada seseorang yang datang menjengukmu. Dia adalah Deva Praditia. Deva, ayo ke sini!"

Begitu Aretha selesai berbicara, aku melangkah dengan pelan. Mendekati Rhea yang diselimuti dengan kain biru. Pakaian pasien berwarna biru melekat di tubuhnya yang terlihat sangat kurus.

Hatiku bergetar ketika memperhatikan wajah Rhea yang tampak pucat. Rambut coklat panjangnya tergerai tidak beraturan di atas bantal putih yang menyanggah bagian belakang kepalanya. Masker oksigen menutupi hidung dan mulutnya. Alat infus juga terpasang di tangan kanannya, dan beberapa kabel menyembul dari leher pakaiannya, yang bersambung dengan monitor virtual.

Cumulonimbus 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang