Rasanya berat sekali melangkahkan kaki untuk berangkat ke sekolah. Rasanya aku hanya ingin menghabiskan waktu di kamar tercintaku. Aku malam tidur jam 02.00 bangun jam 04.30. karena aku bela-belain untuk belajar pelajaran IPA karena hari ini adalah ulangan IPA. Aku bela-belain ngapalin karena sumpah gurunya itu mata wortol, kalian tau. Sekali aja leher ini bergerak hanya untuk menengok kesebelah kita saja hanya sekedar 2 derajat saja sudah di tegur, ibu bilang nama kita dan mengancam akan merobek kertas jawaban kita dan memberi nilai NOL BESAR. Gimana gak takut coba.
Melangkahkan kaki ke dalam kelas, suasana kelas hening dan sudah pada datang, gak kaya biasanya. Mereka semua fokus membaca, pada buku mereka masing-masing. Uhh mungkin mereka sama seperti apa yang aku rasa. Saat aku melirik disebelah bangku ku. Hanya dia yang tersisa yang tidak terfokus pada bukunya dia lebih asik mainin Handphone-nya ketimbang baca buku. Dan dia ngelanggar peraturan sekolah ini, karena sekolah kami melarang muridnya untuk membawa hanphone. Memang cowo gila. Entahlah aku gak peduli.
Beberapa menit kemudian Ibu April ( guru pelajaran IPA ) datang ke kelas suasana kelas mulai menegang semua. "Baiklah anak-anak hari ini kita melakukan ulangan dan ingat perjanjian di setiap pelajaran ibu gak ada yang namanya menyontek, yasudah keluarkan alat-alat tulis kalian, jangan ada buku atau alas, semua tas di kedepankan". Dengan wajah seriusnya memang sih setiap hari juga serius mulu gak ada becandanya sama sekali.
"Iya buu..." Jawab kami bersama. Dan mulai mengeluarkan alat-alat tulis lengkap karena kita tidak di perkenankan untuk meminjam alat tulis. Dan mulai berjalan ke depan untuk meyimpan tas kami.
"Sekarang ibu akan bagi kelompok menjadi dua. Yang mulai ulangan pertama kelompk pertama dan kelopok kedua terakhir". Ibu mulai membagi kelmpoknya secara acak. Dan aku kebagian kelompok pertama. Aku duduk di pojok deket pintu barisan ke dua. Memang kami semua duduknya satu orang satu orang. Ahhh sial lagi kan aku duduk deket cowo gila itu lagi yah si Raffi dia sama kaya aku kelompok satu dan duduknya di depan aku. Seketika dia nengok kebelakang liat aku dan tersenyum biasa senyum sinisnya. Bodo amat aku gak peduliin aku, harus fokus sama ulangan ku dan harus mendapatkan nilai yang terbaik.
"Baiklah anak-anak ibu bagikan soalnya, kalian harus ingat apa peraturannya. Yang berani meyontek ibu langsung robek kertas jawaban kalian" Sambil membagikan soalnya.
"iya buu.." Jawab kami bersama. Sekarang kami mulai mengerjakan dengan serius dan tak berani nengok kanan kiri.
Aku udah ngerjain setengah dari soal. Semua soalnya ada 30 soal. Aku gak nyadar kalo dari tadi si Raffi itu nengok ke belakang mulu dia nyontek jawaban aku. Tapi anehnya kenapa ibu ko gak negur sih. Waktu aku liat rupanya ibu lagi fokus sama laptopnya. Ihh aku kesel banget, enak aja dia nyontek jawaban aku, aku aja berusaha.
"Ibu...Raffi liat ke belakang, liat jawaban saya mulu ,dia nyontek bu" Dengan wajah cemberutku sambil menatap si Raffi dengan kesal. Dia pun sama menatap ku dengn kesal seakan dia bilang apaan sih lo jangan bilang lo!.
"Apa benar Raffi kamu ngelakuin?" Tatapan mengintrogasi.
"Enggak ko bu enak aja, heh Sri jangan mentang-mentang lo pinter jadi seenaknya sama orang. Gak bener tuh bu." Ah senyuman meledek itu.
"Ya sudah kerjakan lagi dengan jujur dan yang benar jangan bikin keributan kasihan teman kalian ibu lagi banyak kerjaan nih." Dan terpokus kembali pada laptopnya.
Euhhhh apain sih orang bener juga. Sabar-sabar Allah maha tau. Kaya nya sekarang dia di depan lagi ketawa-ketawa puas deh. Aku banting kamu ke kutub Fi sampai kamu gak kan balik lagi kesini.Ya sudahlah aku fokus ngerjain soal ulangan nya. Beberapa menit kemudian. Apa yang terjadi dia bener dia nyontek lagi. Sekarang dia kepergok langsung sama Ibu dan aku, dia langsung senyum kikuk.
"Ibu Raffi....." Teriak ku pada Ibu. Ibu langsung berjalan menuju bangku Raffi. Ibu langsung natap Raffi tajam dan 1, 2, 3 detik kemudian ibu mengambil kertas jawaban Raffi dan meyobek kertas jawaban itu samapi kecil-kecil dan di buang kearah atas, sehingga robekan kertas seakan turun dari atas seperti hujan salju. Wajah si Raffi langsung merah tanda sangat kesal dan malu ketauan nyontek dan mendapatkan nilai NOL. Wajah teman-teman kami di kelas langsung menegang dan terlihat takut. Raffi langsung mentap aku dengan tatapan tajam ingin membunuh. Aku balas dengan seyuman sinis tanda aku menang. Hahaha..
"Raffii...KELUAR dari kelas!!." Perintah dari Ibu April
"Tapi bu.." Wajah memelasnya si Raffi
"Enggak ada tapi-tapian keluar sekarang!!" terlihat sekali muka marah Ibu April. Aku tau Ibu itu gak suka di bohongin.
Akhirnya Raffi keluar dari kelas dan kami fokus kembali pada soal ulangan kami. Untung aku udah menghafal waktu malam jadi aku ngerjain soalnya lancar. Aku mengumpulkan paling awal dan keluar paling awal.
"Sri tadi kenapa di kelas ko ada ribut-ribut gitu, dan kenapa sama si Raffi dia keliatan marah sekali. Apa kalian jangan-jangan?" Tanya Zahra, Muali mengintrogasi aku lagi nih anak.
"Iyah Sri kenapa?" Tanya Rahma dan Yanti secara bertahap.
Akhirnya aku ceritain semua kejadian tadi di dalam kelas. Karena kami gak sekelompok yah tepatnya cuman aku yang beda kelompok sendiri sama 3 sejoli aku ini. Mereka kelompok 2 sedangkan aku kelompok 1. Mereka semua ber oh ria. Dan meresponnya.
"Lo tega yah Sri kasian kali si Raffi kalo gue jadi dia gue bakan kesel sama lo, comel banget jadi orang." Respons dari Rahama.
"Iyah lo mah Sri tega kasian kan si Raffi." Respons yang sama kaya Rahma dari Yanti. Beda dengan respons dari Zahra. "Tapi kalo gue jadi lo Sri, gue bakalan lakuin yang sama kaya lo Sri. Kalo mencontek itu perbuatan gak baik, lebih baik kita kerjain jujur meski kita gak bisa kita kerjain aja sesuai kemampuan kita, lagian kan kalo nilai hasil nyontek kan gak berkah dan gak ada kepuasan tersendiri di saat kita mendapat nilai yang bagus karena itu dapet nyontek bukan hasil keja keras kita." Bercerita panjang lebar, kami mendengarkan nya denga seksama. Dan aku setuju sekali sama Respons dari Zahra, sama persis seperti pikiran aku.
Dan kejadian itu pun akan menjadi pembelajaran tersendiri untuk si Raffi kalo lain kali jangan nyontek lagi, karena itu gak baik. Aku juga sama manusia kadang aku juga kalo ngerjain soal gak bisa pengen rasanya nyontek kan enak gak usah cape-cape mikir. Tapi itu pemikiran yang sangat bodoh. Dan itu sangat pengecut karena kita tidak berani untuk berubah dan mengembangkan apa yang ada di diri kita berusaha untuk membangunnya dan jangan menyerah hanya karena tidak bisa sehingga mencari jalan pintas. Karena ingatlah apa yang kita perbuat sekarang akan berpengaruh pada masa yang akan datang. Jadi kalo sekarang kita mencontek mungkin ke depan-nya juga kita akan melakukan hal yang sama dan itu akan menjadi kebiasaan.
Assalamu'alaikum....
Silahkan kritik dan sarannya selalu terbuka. Mohon maaf bila ada yang salah namanya juga manusia tidak luput dari kesalahan (:
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengkhilaskanmu Karena-Nya
General FictionBermula dari saling benci.Karena kebencian itu terlalu besar,hingga kebencian berubah jadi saling mencintai.Saat mereka sudah mengetahui perasaan masing-masing.Entah kenapa dia pergi dan menghilang.Setelah sekian lama tak bertemu. Mereka dipertemuka...