BAB 25

521 24 0
                                    

Sri Pov

Aku mendengar kedatangan keluarga Rafi. Maaf aku gak bisa ikut gabung. Aku gak bisa kalo kamu harus tau siapa aku sesungguhnya Fi. Aku mendengar suara sendok yang beradu pada piring, yah mungkin mereka sekarang lagi pada makan. Setelah lama tak ada suara lagi. Aku hanya terduduk di meja rias kamarku, memandang wajahku dengan rambut yang tergerai yang masih basah karena tadi aku abis mandi. Tiba-tiba ada suara yang mengetuk pintu kamar ku dan memanggil namaku. Itukan suara nenek, apah mereka ke sini. Oh tidak!
Kamarku engga dikunci lagi. Aku segera mengambil hijab instanku di dalam lemari, dan aku berbaring di tempat tidurku menutup seluruh tubuku menggunakan selimut.

Sekarang nenek dan Rafi sudah masuk ke kamar ku. Nenek terdengar saat khawatir sama aku. Maafin Sri nek. Nenek berusaha membuka selimut yang menutupi wajahku, tapi aku pegang selimut kuat-kuat biar gak kebuka. Akhirnya nenek gak jadi bukanya, dan Rafi meminta nenek untuk keluar membiarkan aku istirahat. Alhamdulillah... Tenang dah. Maaf semuaya.
~

~~~~~~~

Seiring berjalan waktu. Kini libur semesterku tinggal 3 hari lagi. Artinya aku rawat nenek cuman 3 hari lagi. Dan aku jarang ketemu sama Rafi mungkin dia sibuk urusin perusahaan nya dan kata nenek dia tinggalnya gak di sini lagi tapi di apartemen nya. Entah kenapa perasaan ku terasa sedih namun aku juga merasa tenang. Aku udah bilang sama nenek kalo nanti aku udah masuk kuliah aku gak bisa rawat nenek lagi. Nenek pun mengerti dan bilang ' aku harus sering main kesini kalo ada waktu luang.'

Sekarang adalah hari libur, yaitu hari minggu. Tadinya aku mau minta izin sama nenek buat ketemu sama sahabat kuliah aku karena mereka udah pada balik, tapi aku gak enak jadinya gak jadi deh nanti aja deh kumpul-kumpulnya kalo udah masuk kuliah. Sekarang nenek lagi tidur siang habis minum obat. Sepeeti biasa aku hanya diam di taman halaman belakang rumah nenek sambil memainkan handphone aku.

" Ekhemm"
Tiba-tiba ada suara bariton itu yang sangat aku kenal, siapa lagi kalo bukan Rafi. Untung aku aku bawa masker wajah di saku baju perawat aku, aku segera menggunakan nya.

" eumm bpk, ada apah yah pak?" tanya ku dengan suara gugup. Entah kenapa jantung aku deg-degan banget. Sungguh Rafi keliatan cool banget pake kemeja merah marun yang dilipat lengan nya sampai sikut dan menggunakan kecamata hitam. Ha dia senyum manis banget yang memperlihat kan lesung pipinya sebelah kanan, tiba-tiba darah ku berdesir hangat. Sekarang kami sedang menatap satu sama lain. Meski aku gak bisa lihat mata nya, karena terhalang oleh kacamata hitam nya yang sangat pas dengan hidung mancungnya. Tatapan kami seperti mengisyaratkan kalo kami saling merindukan karena sudah lama tak berjumpa. astagfirullah...
Aku segera menunduk kan pandangan aku kebawah. Sadar Sri sadar kamu gak boleh kaya gini.
Sekarang Rafi malah ikut duduk di sebelah aku yang di beri jarak mungkin satu orang lagi bisa duduk di antara kami. Jantung aku gak bisa bekerja dengan baik, aku kekurangan oksigen.

" tadi saya mau temuin nenek, rupanya nenek sedang tidur." ucap nya yang masih melihat aku. Aku gak bisa di liatin kaya gini terus. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan.

" saya kira kamu udah gak pake masker wajah lagi." ucapnya yang sekarang beralih menatap langit biru cerah namun tidak membuat suhu di sini panas.

" emm soalnya sa..."
" iyah saya ngerti ko, gak perlu kamu jelasain." Menyela ucapan aku yang belum selesai ngomong. Apa
maksudnya?.

Author Pov

" Sri saya saya mau tanya sama kamu, kalo misalkan kamu di tinggalin sama orang yang kamu cinta, dan orang itu kembali lagi, apa kamu akan memaafkan nya dan memberi kesempatan bagi dia untuk memperbaiki nya?" tanya Rafi kepada Sri, dengan raut wajah sedih, Rafi gak bisa membohongi terus hatinya, kalo Rafi ingin hidup bersama dengan Sri.

Mengkhilaskanmu Karena-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang