BAB 28

570 23 0
                                    

" tapi maaf..
Dengan susah payah Sri membuka mulutnya untuk berbicara seraya membaca bismillah dalam hatinya.

" Sri gak bisa jawab sekarang, Sri mau shalat istikhoroh dulu." Jawab Sri, yang masih setia menunduk kan wajahnya.

" Kami mengerti nak, sungguh sangat beruntung bila Rafi memiliki istri seperti kamu." Ucap Pak Sandi, yang merasa bangga kepada Sri, bahwa dia tidak salah menjodohkan Rafi dengan Sri.

" Iyah Sri, saya akan menunggu jawaban dari kamu, apapun jawaban itu insyaallah saya ikhlas, tapi saya berharap kepada Allah semoga kamu menjadi makmum saya di setiap sujud kepada Allah." Ucap Rafi yang melihat Sri, Rafi melihat Sri seperti biasanya tidak terlepas dari ke gugupan.

" Baiklah Rafi, terimakasih. Biar Sri memilih pilihan terbaik atas petunjuk dari Allah." Ucap Pak Yuda, seraya tersenyum kepada Rafi.

" Nenek juga berharap kalo kamu menjadi menantu nenek, nenek pasti bahagia." Ucap nenek tersenyum kepada Sri, otomais Sri langsung menengok ke arah nenek dan tersenyum, Sri sangat merindukan sosok nenek. Sri pun sekilas melihat Rafi, jantung nya berdetak cepat kembali.

" Kalo begitu sekarang kita makan malam dulu, makanan nya sudah siap di meja makan, ayo!" Ucap Lestari.

" Aduh jadi merepotkan ini Lestari." Ucap Diah seraya tersenyum manis.

" Ahh tidak malahan saya senang bu bisa makan bersama dengan keluarga pak Sandi." Ucap Lestari, dan membalas senyuman Diah.
Mereka pun berjalan menuju meja makan. Kini Sri duduk di samping Lestari dan berhadapan dengan Rafi. Sri belum bisa mengatur detak jantungnya. Semua orang mengambil menu makanan yang tertata rapih di meja makan. Tapi saat Sri mau mengambil ayam goreng, tiba-tiba Rafi pun mengambil ayam goreng yang sama dengan Sri. Sekarang keduanya saling menatap satu sama lain dan keduanya kikuk.

" emm maaf.." Ucap Rafi mengangkat garpuh dari ayam goreng Sri.

" Iyah gak papah." Jawab Sri, mengambil ayam goreng nya.

" Ekhemm ciee sehati yah." Goda nenek kepada Sri dan Rafi. Namun yang digodanya hanya tersenyum malu.

" Aduh nenek jangan goda mereka, kasian kan mereka jadi malu gitu." Ucap Diah kepada nenek.
Yang membuat semua nya tertawa, kecuali orang yang digodanya hanya tersenyum sesekali saling menatap.

Makan malam mereka pun telah selesai dan kembali berkumpul di ruang tamu. Mereka saling bencengkrama, namun tidak dengan Sri, Sri hanya menunduk kan wajahnya. Sri masih merasa gugup sampai sekarang. Rafi pun menyadari bahwa sedari tadi Sri hanya terdiam menunduk kan wajahnya. Rafi pun meiliki ide, Rafi ingin bebicara dengan Sri namun hanya berdua saja, karena Rafi akan meminta maaf soal masa lalunya yang meninggalkan Sri.

" Om, tante. Rafi mau pinjem Sri bicara sebentar boleh?" Pinta Rafi kepada Yuda dan Lestari.

" Boleh dong, masa gak boleh sih, tapi inget batasan yah, kalian belum halal, inget ituh." Ucap Lestari. Yang dianggukan oleh Yuda.

" tuh de Rafi mau bicara sama kamu." Ucap Yuda kepada Sri, Sri langsung menolehkan wajahnya kepada Yuda dan beralih kepada Rafi.
Akhirnya Sri mengangguk.
" Yaudah Sri ngobrol dulu ya yah." jawab Sri.

" Iyah." Jawab Yuda.
Sri dan Rafi pun berjalan menuju halaman kolam renang.

Kini keduanya terduduk saling terdiam, keheningan mulai melanda keduanya. Sri bingung harus bicara apa. Sedangkan Rafi bingung memulai pembicaraan dari mana.

Ucapan pertama yang Rafi ucapkan, "Maaf..."  memecahkan keheningan.

" Maaf kenapa?" Sungguh Sri merasa bibir ini sangat berat sekali bicara.

" Maaf kan atas segala kesalahan saya, saya yang sudah meninggalkan kamu, pergi tanpa pamit. Dan sekarang saya hadir kembali setelah 7 tahun." Ucap Rafi lemas dan penuh kelembutan dan menunduk.

" Aku sudah memaafkan kamu Fi, tidak perlu di ingat kembali, biar yang lalu berlalu, aku ikhlas ko, aku juga sadar kamu berhak melakukan itu karena aku bukan siapa-siapa kamu." Ucap Sri.

" Tapi saya merasa bersalah sekali sama kamu Sri, saya tidak seharusnya bilang cinta sama kamu tapi akhirnya saya harus pergi dari kehidupan kamu, dan saya berbohong bahwa saya tidak akan pergi, maaf juga saya tidak pernah membalas chat kamu, saya baru me..."

" Tidak apah-apah, aku tahu kamu past sibuk, aku aja yang mengganggu kamu." Ucap Sri yang memotong pembicaraan Rafi. Kini Rafi menatap wajah cantik Sri.

" Aku juga minta maaf sama kamu, kalo aku udah berbohong selama ini, aku selalu memakai masker wajah kalo lagi rawat nenek, karena aku gak mau kamu tahu siapa sesungguhnya aku." Ucap Sri lemas.

" Kamu berhak melakukan itu, meski sebenar nya aku tahu, kalo yang rawat nenek itu kamu, Sri yang saya cari." Ucap Rafi.

" Ha. Kamu tau? Berarti selama ini??"
Ucap Sri tak percaya.

" iyah, saya tahu. Makanya saya suka godain kamu, kamu terlihat lucu. Kalo kamu tahu Sri saya selalu merindukan kamu. Pertama yang saya cari itu kamu setelah saya pulang dari luar negri." Ucapan Rafi.

Entah mengapa ucapan Rafi membuat hatinya menghangat, Sri gak pernah nyangka Rafi akan merasa hal yang sama dengan Sri selama ini.

" Boleh aku bertanya?" Ucap Sri, namun Sri takut Rafi marah, karena telah membuka barang nya tanpa izin.

" Boleh, tanya apa?" Jawab Rafi serius melihat wajah Sri. Sri membalas menatap Rafi, namun sekilas kemudian Sri memalingkan wajahnya menatap langit hitam yang dihiasi beberapa bintang meski tak banyak.

" Kenapa kamu enggak ngasih surat itu sama aku, surat-surat untuk hari ulang tahun aku dan surat perpisahan kamu dengan aku." Tanya Sri menggetar.

" Kamu tau dari mana? Apah kamu sudah membaca semuanya?" Tanya balik Rafi.

" Iyah, aku udah baca semua, dan aku udah liat semua poto-poto aku.
Waktu itu kamu suruh aku simpan gitar kamu di kamar, aku gak sengaja lihat kotak di meja kerja kamu, aku membuka dan melihat nya, maaf.." Jawab Sri, mata Sri memanas. Namunl Dengan sekuat tenaga Sri menahan nya agar tidak meneteskan air mata.

" enggak papah, kamu perlu tau ko, dengan begitu kamu tahu betapa saya mencintai kamu Sri. Maaf saya tidak memiliki keberanian memberika surat ulang tahun itu, karena kamu pasti menganggap itu hanya candaan, dan kamu pasti akan marah dan jutek sama saya, seperti apa yang selalu kamu lakukan kepada saya. Dan surat perpisahan itu saya sudah berusaha menghubungi kamu untuk bertemu terakhir kalinya dan memberikan surat ini, namun handphone mu tak aktif, waktu saya ke rumah mu, rumah mu kosong, karena kamu sedang pergi. Akhirnya saya putuskan tidak memberikan surat ini. Dan saya tahu mungkin surat ini tidak penting. Saya juga gak percaya ternyata kamu juga mencintai saya begitu besar." Ucap Rafi panjang lebar, dan di dengarkan Sri, kini Sri mengerti, Rafi tak salah juga, bukan dia pergi tanpa pamit, tapi Rafi berusaha untuk mengucapkan kata pisah namun Sri yang sulit untuk di hubungi.

" Iyah maaf aku salah sangka, aku kira kamu pergi begitu saja. Yah memang benar aku sangat mencintai kamu Fi, meski aku gak tau kenapa aku bisa cinta sama kamu. Saat kamu pergi aku benar-bemar sedih, aku selau menanti kehadiran kamu, berharap kamu akan kembali lagi. Hingga saat nya aku nyerah, bukan cinta yang hilang, namun berjuang sendirian itu menyakitkan. Hingga aku berusaha melupakan namun bukan lupa tapi malah semakin inget sama kamu. Saat aku tau kamu itu anak dari nenek aku merasa bahagia, tapi aku juga merasa sangat sakit dan kecewa untuk semua ini. Namun aku salah, ternyata kamu juga memiliki cinta yang besar sama aku, maaf karena aku selalu merasa aku lah yang paling tersakiti, maaf.." Ucap Sri, yang kini sudah meneteskan air mata, karena tidak bisa menahan nya.
Rafi beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kursi Sri, Rafi berjongkok di hadapan Sri dan menghapus air mata Sri.

" Sudah jangan menangis, seharusnya saya yang minta maaf, kerena telah melukai wanita yang tulus cinta kepada saya. Kita lupakan semua itu, dan memulai dari awal kemabali. Saya akan menunggu jawaban khitbah saya. Sudah yah jangan menangis, kalo kamu meneteskan air mata hati saya sakit." Ucap Rafi seraya tersenyum dan mengusap air mata Sri dengan ibu jari Rafi.
Sri merasa malu dan jantungnya berdetak luar biasa, darah nya mengalir sangat hangat, kini pipi Sri bersemu merah.

" Astagfirullah..." Ucap Rafi yang menjauhi Sri.
" Maaf, maaf Sri. Aku nyentuh kamu" Lanjut Rafi.

Sri hanya menunduk dan berucap astagfirullah dalam hatinya.

Mengkhilaskanmu Karena-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang