7

1.1K 213 0
                                    

Anggi

Setelah sekian lama aku tidak berkunjung ke Bandung. Selesai mengunjungi lokasi pembangunan apartemen, aku dan Risa berkeliling sebentar. Kemudian Risa pulang dahulu karena aku mau berkunjung ke rumah Mama.

Aku kangen omelan Mama, apalagi candaan Papa. Aku kangen semua yang ada di rumahku.

"Loh, sendirian aja?" tanya Mama sambil menuntunku untuk duduk di ruang tengah.

Sama sekali tidak berubah meski bertahun-tahun aku tinggal ke Jakarta.

"Iya, Ma." jawabku, sebisa mungkin aku mengatur suaraku agar tidak terlihat sedang ada masalah dengan Chan.

Namun, sepandai apapun aku berbohong. Mama pasti tahu.

"Kalian gak lagi berantem 'kan?"

Iya, kita lagi bertengkar, Ma.

"Enggak, tadi Chandra mau istirahat besok harus kerja lagi. Kebetulan ada proyek yang aku tanganin di sekitar sini, jadi sekalian mampir," jelasku. Mama masih menatapku dengan curiga.

"Kamu kalau ada sesuatu cerita aja sama Mama, ini mumpung Papa masih ngurus kebun teh sama Joni."

Joni adalah adikku. Dia sudah sangat besar sekarang dan bisa diandalkan Papa untuk mengurus villa-villa di Puncak, juga kebun teh yang luas.

"Orang gak ada masalah kok, Ma. Anggi baik-baik aja."

Hatiku sakit harus berbohong seperti ini. Mau bagaimana lagi? Aku sudah sepakat dengan diriku sendiri untuk tidak menceritakan masalah ini ke Mama, Papa, Ibu, Bapak, dan adik-adik iparku, Joni juga.

Mama hanya menghela nafasnya, "Yaudah, kamu lurusin kaki dulu. Pasti capek ya perjalanan dari Jakarta ke sini, Mama buatin teh melati kesukaan kamu dulu."

"Mama, gak usah repot-repot."

"Apa salahnya Mama memanjakan anak perempuan Mama yang jarang ke sini? Masih ingat rumah lama juga ya kamu? Chandra pinter banget bikin istrinya betah di rumah Jakarta." aku mengerti Mama hanya bercanda.

Candaan ringan ini yang aku juga rindukan dari Mama.

Mama juga sering godain Chan kalau dia aku ajak ke sini.

"Kamu taruh apa rumah kalian kok bisa sampai Anggi jarang banget nengokkin Mama Papanya?"

Chan cuma ketawa dan mengerling jahil ke arahku. Aku membalasnya dengan cubitan di lengannya.

"Jangan galak-galak dong, Sayang. Aku makin suka nih!" dan itu yang ia lontarkan tiap kali aku mencubitnya.

Rupanya di rumah ini juga banyak kenangan kami. Kenapa sepertinya setiap tempat yang sering aku kunjungi punya cerita tentang kita?

Bahkan mobil pun juga!

Kepalaku terasa berdenyut sebentar. Ini tandanya aku mulai stress.

*

Chandra

Selesai gantiin oli, gue gak langsung pulang. Masih muter-muter gak jelas arah tujuan di kota ini.

Otak gue serasa penuh dengan Anggi. Selama 5 bulan ini gue dan dia selalu sendiri-sendiri. Padahal gue ingin sekali meluk dia erat, membiarkan dia nangis di pelukan gue, membebaskan segala kesedihan kita bersama-sama. Enggak sendiri-sendiri kayak gini.

Gue emang suami gak becus, bisanya nyakitin hati istri.

Sepertinya gue butuh temen yang bisa gue ajak muter-muter gak jelas kayak gini, biar enggak sendiri aja.

"Ji? Lo sibuk gak? Temuin gue di tempat biasa. Ajak Felix juga gak apa-apa."

Habis gue nelfon si Panji, gue langsung ke tempat biasa gue ngopi bareng Panji, Felix, dan kadang Gio. Tapi sekarang Gio lagi di luar negeri.

Mereka bertiga itu junior gue semua. Gue kenal mereka karena dulu waktu gue masih SMA gue ikut ekstrakulikuler musik, sama basket. Karena sering kumpul meski gue udah alumni waktu itu, jadi kita akrab gitu deh.

Belum ada yang datang, gue harus nunggu. Mungkin cuma tempat ini yang gak ada sangkut pautnya sama Anggi, jadi gue bisa bebas.

"Yoo… Bro!!! What's up?!" tiba-tiba aja udah ada Felix sama Panji.

Emang dari dulu mereka gak berubah. Mulut toanya masih aja nempel.

"Fine, kalian sendiri?"

"Gue baik, Chan. Ya walau kadang ada masalah sih sama bini gue." curhat colongan dari Panji. Ini anak memang sangat terbuka sama gue, apa aja dia ceritain.

"Kayak gue dong! Jomblo happy." sahut Felix.

"Pacar lo bejibun tuh dulu, gue kira bini lo lebih dari satu, Lix." canda gue.

"Sialan lo! Gue lebih fokus ke kerjaan bukan begituan sekarang."

"Dia emang jadi gila kerja, dulu mah leha-leha aja gak pernah belajar sama sekali."

"Emang lo pernah belajar, Ji?" gue nyindir nih ceritanya.

"Hehehe… pas ada ujian doang gue belajarnya."

"Oh iye, ada apakah gerangan Tuan Chandrasa Adi Baskara? Pasti ada apa-apa kok tetiba aja ngajak kita nongkrong setelah sekian lamanya." Felix mulai curiga.

"Sumpek aja gue di rumah sendiri, habis gantiin oli mobilnya Anggi. Dianya lagi ke Bandung ke rumah mamanya."

"Oohh! Pantesan kita tadi gak nemuin mobil lo, ternyata pakai mini copper pink itu." serah lo, Ji. Ledekin aja gue.

"Yakin sumpek aja?" Felix bertanya lagi. Kurang jelas apa gue bilang tadi?

"Iya, Lix. Gue jejel gelas baru tahu rasa lo!"

"Yeee… selo aja napa? Canda gue."

Bisa-bisanya mereka ketawa ya! Gue pingin jitak pala mereka gantian.

*

Anggi

Aku mengira saat aku pulang Chan sudah tertidur di dalam kamarnya ternyata enggak ada. Mobilku pun belum ada di garasi.

Sepertinya dia kelayapan dulu sehabis ganti oli. Kebiasaan. Pasti sama Panji!

"Hallo, Ji! Ini gue Anggi." di sebrang telfon sana sangat ramai sekali, aku sampai harus benar-benar menempelkan handphone ke telinga.

"Oh, hai Anggi? Kenapa?" Panji sampai harus berteriak menyahutiku.

Suara dentuman bising itu terdengar familiar di telingaku. Musik di diskotik!

"Kalian lagi di mana?"

"Club, gue sendiri aja ini, Nggi. Gak lagi sama Chan."

Terus dia kemana?

"Tadi sama lo enggak?"

"Iya tadi pagi, tapi sorenya gue ajak kemari dia gak mau. Lo udah pulang ya? Chan gak ada di rumah?"

Aku menggeleng, percuma saja Panji juga tidak akan tahu kalau aku menggeleng.

"Anggi?" suara dia. Dia pulang!

Tunggu? Kenapa aku merasa girang seperti ini?

Aku langsung mematikan sambungan telfon, dan tidak berbalik badan sama sekali. Cukup mendengar suaranya tadi, aku merasa senang.

"Kamu harus tidur, besok kerja harus siap stamina. Jangan keluyuran aja!"
Mulutku gatal untuk tidak mengomelinya. Aku yakin dia tersenyum sekarang, aku ingin melihat senyum jahilnya itu.

Tapi ego ku terlalu besar untuk menyanggupi keinginanku.

Apa yang harus Mama lakukan ke Ayah kamu ini, Fal?

***

Panji as Han Jisung
Felix as Lee Felix (karena namanya Felix bukan nama Korea dan di Indonesia ada orang yang namanya Felix, jadi ya tetap Felix)
Gio as Seo Cangbin
J

oni as Yang Jeongin

Critical Relationship; Bang ChanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang