11

1K 199 11
                                    

Chandra

Come back home yeah! Gue pulang ke rumah, dan kembali dengan rutinitas harian gue yang ngenes 5 bulan terakhir ini.

Diabaikan istri itu ngenes, coy! Mangkannya nikah jangan pacaran mulu biar tahu rasanya dikacangin sama istri sendiri! Kalau sama istri orang lain sih, belum pernah gue dikacangin.

Gue datang bukan subuh-subuh lagi, tapi jam 6 lebih karena tadi mampir bentar di suatu tempat. Bahkan Mbok Uyun udah nyapu-nyapu halaman rumah pas gue masukin mobil.

"Mbok, Anggi udah bangun?" gue penasaran, mangkannya tanya.

"Ibuk sudah bangun dari tadi, sudah bikin sarapan juga buat Bapak."

"Buat saya?"

"Iya, wong Ibuknya sendiri yang bilang kalau Bapak udah datang cepat suruh sarapan udah dibuatin, gitu."

"Loh emang Anggi ke mana?"

"Kayaknya mau ke tempat gym, soalnya pakai baju khusus yang biasanya dipakai Ibuk buat olahraga."

"Yaudah, Mbok. Makasih."

Sepagi ini dia ke tempat gym, segitunya ngehindarin gue? Tapi yang bikin gue bersyukur pagi ini, bisa menyantap sarapan kesukaan gue yang dia bikin hari ini, telur dadar bawang ala-ala Anggi.

Gue tahu Anggi gak begitu jago masak yang beragam, paling cuma pancake, sayur asem, tempe goreng, tahu goreng, telur dadar bawang ini, dan mie instan. Tapi kayaknya mie instan hampir tiap ibu-ibu bisa masaknya, bapak-bapak kayak gue ini juga bisa.

Pertama kali gue dimasakin sama Anggi, menunya yaitu telur dadar bawang ini. Sederhana sih, telur dikocok terus ditaruhin bawang bombay dan bawang putih yang dicincang, sama daun kucai. Pas dimasak nasinya di taruh di atasnya telur, diratain gitu. Aneh, tapi gue suka.

"Aduh, Chan. Aku bisanya masak cuma ini. Lain kali deh aku belajar masak sama Ibu kamu."

"Apapun itu asal kamu yang masak pasti aku makan, kok. Daripada lapar ya kan?"

"Kalau aku masakin ini-ini terus, kamu gak bosen apa? Nanti kekurangan gizi lagi, aku gak mau sejahat itu nelantarin anak orang."

Gue tertawa, candaannya lucu tapi kok ngeledek gue ya?

"Ngapain bosen? Nanti nih ya, aku pasti kangen sama masakkan kamu yang ini-ini aja."

Dia tersipu. Kangen gue lihatnya, cuma di memori otak doang sih. Gak asik.

*

Anggi

"Kesambet apaan lo ngajak kita jogging pagi-pagi buta begini?" ujar Fahmi teman satu kampusku, di sertai anggukan dari Zidan.

Sebenarnya mereka 3 tahun di bawah ku, karena pas ospekin mereka, Fahmi sering aku hukum karena terlambat dan Zidan kebetulan ketua di jurusan mereka untuk ospek, Zidan sering ku suruh-suruh. Dan banyak cerita lagi kita bisa dekat begini.

"Lama aja gitu gak kumpul bareng, sibuk banget sih kalian!"

"Yeeuu… yang sibuk mbaknya atau kitanya nih? Kagak kebalik tuh?" Zidan menyahut. Nih anak minta di pukul pakai rotan kali ya? Memang kadang dia suka begitu tuh, dari luar aja pendiam banget.

"Heh bocah, nurut napa sama senior?!" ujarku garang.

"Haduh, Bu Anggi. Ini bukan zamannya kuliah lagi ya, gue capek lo hukum mulu keliling gor. Mana gor di kampus gede banget lagi, ntar lo suruh keliling nih stadion!" keluh Fahmi, jujur aku rindu menghukumnya.

"Gak ada yang peduli juga kalau lo pingsan di sini, Mi." ledek Zidan yang memang ada benarnya.

"Kayak lo ada yang peduliin aja!"

Mereka memang sering bertengkar seperti ini. Tapi gak sampai musuhan, kayak aku dan Chan. Pertengkaran tanpa adu kata di antara kita, saling diam dan memberi kesempatan untuk berpikir.

"Woy, malah bengong nih ibu-ibu! Kita udahan yuk, sarapan dulu." ajak Zidan. Aku mengangguk saja.

Seketika itu juga aku ingat. Apa Chan memakan sarapan favoritnya pagi ini?

*

Sekitar jam 8 aku baru kembali ke rumahku. Ralat, rumah Chandra. Di depan udah ada satu mobil, yang aku yakin itu punya Felix temannya Chan.

Saat masuk ada Mbok Uyun hendak keluar lewat pintu yang menghubungkan ruang tengah dengan garasi.

"Mbok, ada tamu ya?" tanyaku seraya melirik ke dalam.

"Iya, Buk. Temannya Bapak, si Pilek." aduh si Mbok ini.

"Felix kali Mbok, pilek penyakit dong." aku membenarkan.

Mbok Uyun terkekeh sejenak, "Maaf, namanya susah. Mbok permisi dulu mau ke rumah sebentar, masakin Pakdhe makan siang nanti."

"Oh ya, Mbok. Salam sama Pakdhe."

Mbok Uyun hanya mengangguk sambil tersenyum sopan kemudian pergi. Rumah Mbok Uyun memang dekat dengan rumah ini, jadi setiap hari Mbok Uyun pulang pergi.

Ku langkahkan kakiku, dengan ragu tersenyum ke arah Felix.

"Hai, Nggi? Apa kabar?" sapa Felix dengan cengiran khas anak kecil.

"Alhamdulillah baik, gue tinggal bentar ya." pamitku kemudian berlalu begitu saja menuju kamar.

***

Fahmi as Hwang Hyunjin
Zidan as Kim Seungmin

Cocok gak sih nama Indonesianya mereka ber-9?

Critical Relationship; Bang ChanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang