Seo Changbin tidak mengerti, apa yang merasuki Son Chaeyoung semalam.
Pasalnya pagi ini gadis itu begitu semangat untuk melanjutkan perjalanan mereka. Melompat-lompat sambil makan sebatang snickers dan dengan baju kebesarannya itu, Chaeyoung tampak seperti anak kecil yang tersasar. Tersasar namun antusias untuk berpetualang.
"CHANGBIN! WHY ARE YOU SO SLOOOOOW!" seru Chaeyoung sambil berjalan mundur tak jauh di depan Changbin.
Ini masih pukul tujuh pagi, apa ia benar-benar harus berurusan dengan tingkah Chaeyoung? Changbin, yang masih setengah mengantuk, mengabaikan gadis itu dan tetap berjalan dengan santai sambil menenteng tasnya.
Dua batang snickers tadi menjadi sarapan terakhir mereka, setelah ini Changbin dan dompet kosongnya tidak akan bisa menyelamatkan perut lapar Chaeyoung (yang kumat setiap beberapa jam.) Ia pikir, mengetahui situasi darurat mereka saat ini, Chaeyoung setidaknya akan menghemat energi. Namun tampaknya si gadis Son malah kelebihan energi hingga harus membuang-buangnya seperti ini.
"Kita hari ini ke mana kapten?" tanya Chaeyoung, sekarang langkahnya dan Changbin sudah kembali seiringan. Seperti kemarin, Chaeyoung selalu saja memegangi ujung lengan jaketnya.
Ngomong-ngomong, barusan gadis mungil itu memanggilnya apa? Kapten? Changbin semakin yakin memang ada yang salah dengan kamar motel yang mereka tempati semalam, sepertinya Son Chaeyoung kerasukan.
"Ke mana? Ya jalan aja," jawab Changbin asal.
"Cari tumpangan aja yuk, kayak di film-film gitu. Di sini kan jalanannya lumayan rame, pasti nanti ada mobil lewat."
Usulan itu terkesan cukup masuk akal, hanya saja Changbin ragu jaman sekarang masih ada orang asing yang mau asal memberi tumpangan. Kecuali mungkin orang itu dia, hingga ia berakhir di kondisi seperti ini bersama Son Chaeyoung.
"Emang ada yang mau ngasih tumpangan?"
"Coba dulu aja kan gak ada salahnya," ujar Chaeyoung positif, wajahnya dihiasi sebuah senyum simpul.
Percobaan pertama Chaeyoung memberhentikan sebuah mobil keluarga gagal total, yang ia terima malah lengkingan klakson penuh emosi dari si pengemudi. Kedua kalinya, Changbin yang mencoba ketika sebuah sedan tua berlalu. Dan mobil itu juga lewat begitu saja.
Angka tiga mungkin merupakan angka keberuntungan mereka hari ini, itu pun jika memang ada secuil keberuntungan tersisa untuk mereka. Pada percobaan ketiga, Chaeyoung berhasil menangkap perhatian seorang pengemudi truk pick up dan membuatnya menghentikan kendaraannya di depan mereka.
Pengemudi truk itu seorang pria, kelihatannya berusia sekitar 40-an dengan aura petani yang begitu kuat memancar darinya. Entah apa maksudnya ini, tapi begitulah menurut Chaeyoung.
"Kalian butuh tumpangan? Di belakang gak apa-apa?" Pria itu menawarkan, menunjuk bak belakang yang dipenuhi tumpukan kecil jerami.
Daripada mengorbankan kaki-kaki mereka hingga lelah, Changbin dan Chaeyoung langsung mengiyakan saja, walau harus duduk di atas tumpukan jerami yang membuat Chaeyoung gatal-gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRIVE ✓
Fiksi Penggemar❝In this long ride, shit happens all the time.❞ sonnenblum © 2018