d for dazed

1.6K 503 90
                                    

Langit masih gelap gulita ketika Changbin dan Chaeyoung sampai di stasiun tujuan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit masih gelap gulita ketika Changbin dan Chaeyoung sampai di stasiun tujuan mereka. Entah ini sudah larut malam atau dini hari, stasiun itu masih ramai saja, dipenuhi berbagai macam orang berlalu lalang dari berbagai latar belakang dan usia.
Sambil melangkah keluar dari kereta, Changbin sibuk memeriksa jumlah sisa uang di tangannya saat ini. Ia sedang berpikir apa mereka masih bisa membeli sesuatu untuk sarapan pagi nanti sebelum pergi ke rumah orang tuanya. Menatap koin-koin berkilauan di telapak tangannya, Changbin menghela napas; tidak apa-apa mereka masih bisa beli dua bungkus roti.

Mengangkat kepalanya setelah selesai menghitung uang, Changbin lalu menoleh ke kanan-kirinya mencari sosok Son Chaeyoung. Seharusnya gadis itu tadi berjalan tepat di belakangnya, namun netranya tak menemukan kenampakan Chaeyoung di samping mau pun di belakangnya.

Panik. Seo Changbin panik. Ia tidak mengerti mengapa ia harus merasa panik tapi memang begitu kenyataannya. Bagaimana jika ternyata Chaeyoung ditangkap lagi oleh para penculik itu? Atau jika Chaeyoung tersesat... demi Tuhan seharusnya ia tidak menolong Son Chaeyoung sejak awal, sekarang ia jadi terlalu terikat secara emosional kepada gadis mungil itu.

Berlari menembus keramaian, Changbin lalu memeriksa setiap sisi dan sudut stasiun, matanya berusaha tidak melewatkan setiap orang yang berlalu, siapa tahu Chaeyoung ada di antara mereka.

Kemudian ia teringat sesuatu. Mungkin saja gadis itu meninggalkannya. Mungkin di sinilah berakhirnya perjalanan mereka 'berdua' dan berlanjutnya perjalanan solonya. Lagipula sejak awal Seo Changbin memang sendirian. Memang sudah seharusnya ia pergi sendiri menghadapi ayahnya, bukannya jalan-jalan bersama seorang gadis asing yang baru dikenalnya beberapa hari lalu.

Tapi, ada satu hal lagi, ponselnya masih dipegang oleh Chaeyoung. Changbin mengacak rambutnya frustrasi. Ia belum menghubungi ayahnya, dan teman seperjalanannya menghilang bersama ponsel miliknya sebelum ia sempat melakukan itu.

Untungnya Changbin belum seratus persen menyerah untuk mencari Chaeyoung, karena tak lama si gadis Son keluar dari toilet umum yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat Changbin berdiri saat ini.

Tanpa rasa bersalah sedikit pun di wajahnya, Chaeyoung menghampiri Changbin, menyapa lelaki itu dan menanyakan mengapa ia berdiri di tengah-tengah stasiun seperti orang tersesat. Rasanya Changbin ingin marah.

"Dari mana sih lo?" tanya Changbin, masih berusaha mengontrol intonasi bicaranya.

Andai Chaeyoung tahu betapa paniknya ia tadi.

"Dari toilet," jawab Chaeyoung santai.

"Bilang kalo mau ke toilet. Jangan pergi sendiri kayak gitu, gue kira lo ilang tahu gak."

Mendengar Changbin begitu marah, Chaeyoung malah tak bisa menahan diri untuk tersenyum.

"Iya maaf. Jangan marah. I won't leave you, you know that."

DRIVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang