4.

4.7K 403 2
                                    


Happy Reading.

*

Aliya menggenggam erat tangan Ji Yeon kecil, bibirnya bergetar hebat menahan isak tangis yang siap meledak. Mana ada seorang ibu yang kuat melihat anaknya menderita, apalagi harus hidup dengan berbagai jenis peralatan medis yang menyangga hidupnya. Aliya benar-benar sudah tidak tahan dengan ini.

"Yeon-ah tidak kah kau kasihan melihat Eomma? Dongsaengmu sudah pergi, apa kau juga mau ikut dia? Dan jika aku ikut dia, Eomma hidup dengan siapa? Hanya Yeon yang Eomma punya, dan Eomma mohon jangan tinggalkan Eomma" Aliya mengusap sayang dahi putrinya.

"Biasanya orang yang berulang tahun akan dapat hadiah. Tapi saat ulang tahunmu kali ini maukan kau memberikan Eomma hadiah, dengan bangun dan membuka matamu lagi. Sama seperti dulu" lirih Aliya.

"Hanya Yeon yang Eomma ingin lihat dan hanya Yeon yang Eomma rindukan. Bisakah Yeon bangun sekarang?" Aliya mencium lembut jemari kecil sang putri. Menatap sayu wajah Yeon yang terlihat semakin tirus.

"Eomma akan menunggumu" Aliya menelusupkan kepalanya pada tangan mungil Ji Yeon dan mulai memejamkan matanya.

*

"Kau pasti membenci Appa?" Jimin tersenyum miris melihat pemkaman kecil yang ada didepanya. Chanyeol bilang ini makan dari janin Aliya yang mati karena kecelakaan itu dan Jimin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mendatangi makam dengan nama Park Ji Hoon itu. Bayi mereka laki-laki, Kyuhyun mengatakan jika janin itu laki-laki dan diberi nama Park Ji Hoon oleh Jungsoo.

"Appa tidak melarangmu membenci Appa Aegi. Kau berhak membenci Appa-mu yang Bajingan ini. Kau tidak bisa melihat keindahan dunia ini juga karena Appa dan Appa telah mendapat hukuman yang setimpal. Eomma dan Noona-mu sangat membenci Appa dan Appa tidak marah akan hal itu. Appa memang tidak bisa mengingat apapun tapi hati kecil Appa selalu berkata bahwa Appa telah melakukan kesalahan yang besar dimasa lalu" Jimin menarik nafasnya panjang, menatap sendu makam anak keduanya ini.

"Kasihani Appa Aegi, Appa belum siap kehilangan Eomma dan Noona-mu. Jangan bawa mereka, biarkan Appa menebus semua kesalahan Appa dulu. Appa menyesal dan ingin memperbaiki semuanya. Dan Appa mohon selamatkan mereka"

*

"Keluaarrr" Aliya berteriak saat Jimin memasuki ruang rawat Ji Yeon.

"Kau tuli aku bila....greepp" Jimin menarik kasar tangan Aliya hingga tubuh mereka menempel.

"Lepaasss" Aliya meronta dipelukan Jimin. Ia tidak mau berhubungan dengan Jimin lagi, ia sudah muak dengan semuanya.

"Lepaskan aku Brengsekkk" Maki Aliya emosi.

"Mianhae!" Isak Jimin.

"Aku tidak peduli! Lepaskan aku!" Jimin mengeratkan pelukanya pada tubuh Aliya. Isak tangisnya juga semakin terdengar jelas. Jimin tidak peduli jika dikatakan lemah yang ia inginkan hanya menumpahkan apa yang ia rasakan selama ini.

"Kau boleh membunuhku, tapi kumohon jangan memintaku pergi!" Aliya yang awalnya berontak jadi ikut terisak. Bahkan isakanya terdengar menggema diruangan Ji Yeon. Keduanya menangis menumpahkan apa yang mereka pendam selama ini. Kelelahan akibat penderitaan yang tidak habis mereka alami.

"Aku minta maaf atas apa yang terjadi selama ini. Aku tidak tahu jika kau adalah istriku bahkan kebenaran tentang Ji Yeon dan Ji Hoon pun aku tidak tahu. Aku tidak tahu jika mereka semua merencanakan skenario ini untukku. Tapi aku yakin sekarang jika aku punya ikatan denganmu. Entah itu melalui anak kita atau status kita. Aku janji akan mencoba melupakan Lisa dan wanita dimasa laluku dan berusaha mencintaimu tapi kumohon jangan usir aku. Biarkan aku menemanimu menunggu Ji Yeon hingga sadar. Dan biarkan aku menjadi sanggahanmu jika kau lelah berdiri. Aku Mohon Aliya" tangis Aliya semakin keras mendengar ucapan Jimin. Sakit, hatinya sangat sakit. Mencoba bertahan dengan kebisuan bukan hal yang mudah. Dua kali hidup sebagai bayangan orang bukan hal yang mudah apalagi mengingat statusnya sebagai ibu dan anak.

I Do Not Want To Go! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang