Prolog

221 17 2
                                    

Sudah lebih dari 2 jam Gladys berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu jemputan dari kakak tirinya. Jika rumah Gladys dan SMA Kencana tidak jauh, pasti ia sudah memutuskan jalan kaki sejak tadi. Uang jajannya tidak cukup jika harus naik taksi. Sudah beberapa kali Gladys menghubungi kakaknya tetapi tidak ada jawaban.

Brrrmm brmmm...

Suara motor ninja . Gladys tidak berani menatap ke depan karena motor itu berhenti didepannya.

"Glad." panggil cowok pemilik motor ninja.

Gladys diam tidak menjawab.

"Kenapa lo masih di sini?" Cowok itu bertanya pada Gladys.

"Bukan urusan lo" jawab Gladys ketus.

"Lo belum dijemput? Gue anter pulang ya?"

"Nggak. Stop dan jangan muncul di hadapan gue lagi."

"Ini cuacanya mendung Glad, ntar kalau tiba tiba hujan gimana, lo bisa sakit" ucap Varo lembut.

Ya, cowok itu adalah Varo.
Tanpa mengatakan apa apa, Gladys berlari menuju arah rumahnya. Varo lalu secepat mungkin mengejar Gladys.

"Gladys berhenti!!"

Perintah Varo tidak digubris oleh Gladys. Gladys terus berlari sampai dadanya terasa sesak dan sulit bernafas. Keringat sudah mengucuri pelipisnya. Gladys terasa berat melangkahkan kakinya. Gladys menghentikan larinya dan berjalan sangat pelan. Varo yang terus mengejar Gladys akhirnya berada di samping gadis itu. Varo segera turun dari motornya dan menarik tangan Gladys.

"Glad, lo mau kemana hah?"

Gladys berhenti berjalan saat Varo menarik tangannya. Gladys memberanikan diri menatap Varo yang sejak tadi menatapnya. Ada sorot mata tajam dari tatapan Gladys.

"Ayo gue anter pulang. Gue takut lo kenapa napa kalau pulang sendirian"

Gladys kembali berjalan dan tidak menjawab Varo.

"Nggak. Lo nggak boleh pulang sendiri. Bahaya Glad, rumah lo jauh dari sini. Dan langit mendung akan turun hujan." Kata Varo masih menatap Gladys.

Gladys menatap langit sejenak dan benar saja, sebentar lagi pasti akan hujan.
Tetapi tetap saja Gladys tidak mau diantar oleh Varo. Mending ia berjalan sampai rumahnya daripada diantar cowok brengsek.

Sekitar 2 jam berjalan, Gladys ingin pingsan rasanya. Kakinya pegal badannya capek. Keringat sudah mengucur diseluruh tubuhnya. Untung tadi tidak jadi hujan. Gladys segera masuk ke dalam rumah.

Di sofa ruang keluarga, Gladys melihat Ratna Malika, mama tirinya sedang mengobrol dengan Fando Gio Alfaro, kakak tiri Gladys.
Dan sekarang Gladys mengerti mengapa Fando tidak menjemputnya tadi, pasti dipaksa oleh Ratna agar di rumah saja. Gladys tau, pasti Fando ingin menolak perintah mamanya tetapi apa daya, mamanya merupakan perempuan kejam yang akan nekat melakukan apapun yang ia mau.

Ratna sempat menoleh ke arah Gladys yang masih diam di depan pintu melihat ke arah Ratna dan Fando. Fando lantas ikut menoleh kearah Gladys. Kemudian Fando berjalan menghampiri Gladys dan mendapat tatapan tajam dari mamanya.

"Glad, maafin kakak tadi ngga jemput kamu. Maaf ya Glad, kamu tadi pulangnya gimana? Pasti kamu lama nungguin kakak yaa."

Gladys tersenyum tipis "Nggak pa pa ko kak. Tadi Gladys dianter temen" bohong Gladys.

Ratna langsung berdiri "FANDO!! Ke sini kamu. Jangan urusin dia!!" Bentak Ratna dengan tatapan menusuk.

"Apa apaan sii maa, kasian Gladys tadi nungguin aku hampir 3 jam ma..!"

"Jangan durhaka sama mama kamu Fando!! Heh kamu!" Panggil Ratna menunjuk Gladys. "Jangan sekali kali kamu ngrepotin anak saya!! Kamu nggak usah minta dijemput sama Fando!! Kamu itu bisanya nyusahin ya, persis kaya MAMA kamu." Ucap Ratna penuh emosi.

Gladys terdiam dan matanya memanas mendengar kalimat terakhir yang terucap dari mama tirinya. Gladys berjalan menuju kamarnya dengan air mata yang terus jatuh.

Di dalam kamar, Gladys menangis terus menerus. Kejadian seperti ini memang sudah terbiasa baginya, tetapi Gladys tidak tahan jika tidak menangis. Dia ingin mengungkapkan perasaannya yang sangat teramat sakit. Gladys ingin di saat seperti ini Widya (mama kandungnya) berada di sampingnya menasehati agar ia tidak lemah, tidak mudah menangis dan menjadi gadis yang kuat. Tapi, itu adalah hal yang mustahil karena Widya sudah tidak ada di dunia. Sedangkan Hans Ricolas, ayah Gladys selalu sibuk bekerja dan beberapa bulan ini, ayahnya berada di luar negeri. Hans tidak tau kalau selama ini Gladys diperlakukan sangat buruk oleh Ratna. Seharusnya bisa saja Gladys bilang pada Hans tapi Gladys tidak mau penyakit ayahnya kumat karena mengetahui hal seperti itu.

☆☆☆

Gladys pagi ini tidak diantar lagi oleh Fando tetapi Fando sudah memesankan taksi untuk adiknya. Fando saat ini kelas XII di SMA Karyana. Tidak satu sekolah dengan Gladys karena Ratna yang menyuruh Fando beda sekolah dengan Gladys. Entah apa alasannya Gladys pun tidak tau. Setelah Gladys menyelesaikan sarapannya, dia berpamitan pada Ratna dan Fando. Fando yang masih mengunyah sarapannya hanya mengangguk. Sedangkan Ratna dia tetap melanjutkan sarapannya tidak menggubris anak tirinya. Gladys sudah terbiasa dengan hal itu. Ia segera bergegas keluar rumah karena di depan rumah sudah ada taksi pesanan kakaknya.

"Pak ini uangnya, makasih" ucap Gladys setelah berada di depan gerbang sekolahnya sambil menyodorkan selembar uang lima puluh ribuan.

"Sama sama neng" ucap supir taksi.


Vote and komen:)

Gladys's My MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang