Air mata penghabisan

57 4 0
                                    

"Gad, dimana kamu?" Kataku

Sunyi, tak ada jawaban. Kupanggil sekali lagi.

"Gad..."

Lagi-lagi sunyi. Tidak biasanya dia seperti ini, seharusnya dia sudah membangunkanku dari jam 06.00 pagi. Tapi sekarang aneh.

***

Akhirnya aku berangkat kesekolah tanpa ditemani oleh Gad. Saat sampainya disekolah, kulihat Alita dan Via sedang duduk-duduk ditaman sekolah dan kuhampiri mereka.

"Hay...pada ngapain nih?"

"Huh...kepo!" Kata Alita

"Hmm...baru beberapa bulan ditinggal Fandi sudah bisa move on nihh..." kataku nyindir Alita

Alita menarik napas dan berkata "Fandi yang minta kan, aku nggak boleh sedih..."

"Ahh...sudah, kalian malah ngobrol berdua jadinya" sahut Via "Gini, Wildan, hmm...kita lagi ngomongin soal Gadmu itu. Kenapa akhir-akhir ini dia tidak kelihatan?"

"Aku juga jarang ngobrol dengannya, bagaimana kalau nanti kita kemarkas para malaikat itu?"

"Ahh, kesana lagi. Nanti ada apa-apa dengan kita bagaimana?" Sahut Alita

"Nggak akan kok, raja kejam itu kan sudah musnah" kataku

"Hmm...baiklah kalau gitu" kata Alita

"Okelah. Tapi kita berangkat berempat aja, tambah Jay lagi satu bagaimana?" Sahut Via

"Boleh juga. Nanti kumpul dirumahku jam 3 sore ya?" Kataku

"Oke..."

"Sip..."

***

Jam 15.15 kami berempat menuju ketempat misterius itu lagi. Sampainya disana, aku melihat surat yang berada disebuah patung malaikat cantik. Surat itu seolah-olah hanya aku saja yang melihatnya, entah kenapa.

"Teman-teman, Via, lihatlah ada surat disebelah sana!" Kataku menunjuk patung malaikat itu

"Mana, dan?...ga ada, halusinasi kali" sahut Jay

"Itu!, bentar ya aku ambil dulu, siapa tahu penting"

Aku mengambil surat itu. Teman-temanku dan Via sangat heran melihatku, katanya, aku seperti memegang benda transparan alias ga kelihatan. Tapi, mataku tidak salah, kemudian aku membacanya.

Isi suratnya adalah:

Hay sahabatku, Wildan.

Pertama-tama, maafin aku yang tidak membangunkanmu akhir-akhir ini dan kabarku yang tak kusampaikan. Bersamaan dengan ini, mungkin aku sudah pergi dari pandangan matamu, juga teman-temanmu, karena tugasku sudah selesai.

Kau pasti bertanya-tanya keberadaanku dimana bukan?, sekali lagi maaf. Tapi aku tahu kalau sosok aku tak nampak atau tak kelihatan dari matamu, pasti kau menuju tempat ini lagi. Benar bukan?.

Oh iya, akan kujelaskan disini mengenai tugasku. 10 tahun yang lalu, aku diberi tugas oleh pemimpin malaikat kecil untuk mencari seorang anak dibumi, yang berwatak baik hati, tulus, iklhas, dan menderita kecacatan tubuh, serta ayah dari anak itu harus sudah meninggal. Waktu itu pula, aku turun kebumi ini dan mencari seorang anak. Dan akhirnya aku menemukanmu, Wildan Garindrajaya. Kau adalah anak yang satu-satunya dibumi ini yang memasuki kriteria yang sudah kusebutkan tadi. Akhirnya aku datang dalam hidup kegelapanmu sejak berumur 5 tahun itu.

Tujuan melaksanakan tugas itu adalah agar ibuku bisa meminta maaf atas semua dosa yang telah ia perbuat selama ini. Karena, sifatmu dibumi ini sudah bisa dibawa kealam malaikatku dan aku mengganti sifat ibuku yang kejam dan penuh dosa dengan sifat langkamu, aku sangat-sangat berterima kasih. Memang duniaku agak kurang jelas, tapi mau gimana lagi, itu adalah duniaku.

Manfaatnya bukan hanya untukku, ibuku dan duniaku saja, tapi juga untukmu. Buktinya, hari ini kau bisa membaca suratku. Membaca hanya bisa dilakukan oleh mata. Kalau boleh aku mengatakan, bahwa matamu adalah mata ayahku yang sudah aku ganti sejak kau dioperasi dulu. Dokter didunia manapun akan tidak bisa menyembuhkannya karena kebutaanmu adalah hal yang sangat berat untuknya. Matamu adalah benda yang berharga, tetapi sulit untuk diperbaiki. Aku tahu semua, Wildan.

Baiklah aku hanya menyampaikan dua hal terpenting itu saja, beberapa tahun lagi kau akan mendapat hal yang sangat tak terduga begitu juga dengan teman-temanmu. Setelah ini kau tidak bisa lagi memasuki area misterius ini. Selamat tinggal wahai sahabat, terima kasih untuk semuanya, salam kepada teman-temanmu dan ibumu juga

Selamat tinggal Sahabatku Wildan, selamat tinggal Via, Alita, Jay, selamat tinggal Morgan, Silvia, dan yang lainnya, selamat tinggal makam Alm.Fandi, selamat tinggal Ibu Wildan yang baik dan terima kasih semuanyaaa.....

Setelah membaca surat itu, air mataku terus menetes, aku masih tidak yakin apakah Gad benar-benar meninggalkanku. Ketika aku melihat disekitarku, tempat misterius itu sudah hilang, tidak ada lagi pohon-pohon yang lebat, hanya tampak tanah yang luas sekali.

"Dimana tempat misterius itu?" Tanyaku

"Apa yang kau baca, Dan?" Tanya balik Jay "Kenapa kau menangis?"

"Gad," Jawabku "Dia benar-benar meninggalkanku"

"Apa maksudmu?" Tanya Alita

"Didalam surat ini, aku saja yang bisa membacanya, aku tidak bisa menjelaskannya sekarang" Kataku masih sedikit sedih

"Tempat ini sudah hilang, mungkin Gad memang benar-benar sudah pergi, Wildan" Kata Via

"Gaddd..." Teriakku "Aku tidak percaya, tidakkkk!!!!"

"Sudah, sudah" Kata Via

***

Malam yang dingin, tanpa ditemani teman dalam kegelapanku, aku memandang jendela, memandang langit, memandang bintang-bintang. Tidak ada lagi kata bijak, tidak ada lagi sosok malaikat, tidak ada lagi benda kenangan yang ditinggalkannya, hanya sebuah surat yang hanya bisa kubaca. Aku akan menjaganya dengan baik. Aku akan berusaha ikhlas melepasnya, aku berjanji, tidak akan sedih lagi. Semuanya telah berakhir, aku akan hidup mandiri, tanpa Gad, iya benar...tanpamu, Teman dalam Kegelapan. Selamat tinggal, wahai sahabat kecilku, terima kasih atas semuanya. Warna, Kenangan, Kenyamanan akan kuingat selalu, terima kasih.

Teman dalam Kegelapan [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang