8- Cerai

1.5K 57 3
                                    

-Bahagia baru saja mampir, tapi kemudian Mimpi buruk itu kembali, ya mimpi buruk ketika aku diceraikan oleh orang-orang terkasih-

❤❤❤
.
.
.
.
.
.
.

Akad pagi itu digelar dengan sangat sederhana. Hanya dihadiri oleh keluarga besar Yuhi dan Pak Rusli. Tak ketinggalan juga teman-teman halaqoh Yuhi.

Pagi itu, pernikahan Yuhi memang digelar. Namun, bukan Anas yang menjadi pengantin pria, melainkan Ilmi. Yuhi sendiri tidak mengerti, mengapa alurnya bisa jadi seperti ini. Mama pun sama sekali tidak mengatakan apapun sebelumnya, hanya berpesan satu hal pada putri sulungnya ketika Akad hampir dimulai.

"Ini adalah jalanmu, Nak. Berbahagialah." Ucap sang mama sesaat setelah menemui anak perempuannya pagi tadi 
Meski hal tersebut sempat membuat Yuhi sedih, tapi disisi lain hatinya justru merasa sangat bersyukur. Sebab, Allah mengganti sosok Anas dengan seseorang yang lebih baik, menurutnya. meski harus ditemui pada status duda.

Disisi lain rumah sederhana itu, Gazalah terlihat murung, tampak tak menikmati acara sederhana itu. Ia merasa begitu kesal bercampur sedih menyaksikan pernikahan itu. Dari arah belakang, seorang lelaki menyentuh pundaknya.

"Mbak masih kecewa dengan keputusan Ilmi?" ucap Ilmi, tapi masih belum mampu membuat Gazalah menoleh.
"Mbak, tolong terima pernikahanku. Terimalah Yuhi sebagai adik iparmu. Mama saja telah memberi restu, kenapa tidak dengan Mbak Gaza?" kata Ilmi panjang lebar.

Gaza menatap Ilmi dengan wajah merah memendam amarah. Dengan tetes air mata yang masih tertahan di pelupuk mata, wajahnya menyiratkan kekecewaan yang mendalam terhadap keputusan Ilmi.

"Aku sungguh tidak bisa tenang mba, jika mba mendiamkan aku seperti ini terus.." suara Ilmi mulai terdengar parau

"Kau tau akhirnya akan seperti ini, tapi kamu tetap ngotot kan untuk melanjutkan niatmu. Kenapa?"

Ucap gazala dengan emosi yang sedari tadi coba ia tahan

"Bukan seperti itu mba, Waktu yang tersisa benar-benar singkat. Ilmi tak punya wak..."

"Nggak... Mba ga mau dengar penjelasan kamu lagi." Ucap gazala membalikkan tubuhnya

"Mba..." Ucap Ilmi kali ini airmatanya telah merembes membasahi pipinya

"Tolong... hidupku akan terasa begitu gelap jika mba tak bisa menerima keputusan ku." Kata Ilmi mengiba

Gazala berbalik, menatap ilmi.

"Sudah Mbak bilang, kan? Jangan lakukan itu! Tapi kamu tetap bersikeras melakukannya. Kamu tahu, kan dek, Mbak seperti ini juga karena sayang sama kamu," ucap Gazalah dengan suara serak. Airmata menetes. Kedua tangannya menyentuh wajah Ilmi.
"Dek, kau tau, kau ini adalah salah satu putra kebanggaan kami, kau tidak perlu mengambil tanggung jawab menikahi yuhi, agar disebut sebagai orang baik dek. Karena Dimata kami, kamu itu sudah sangat baik, maaf, karena mba merasa kau tak layak bersanding dengan yuhi. Kau masih bisa mendapatkan perempuan yang lebih layak, dan lebih pantas mendampingimu, yang lebih cocok menggantikan posisi liza sebagai istrimu."

"Mbak, terima kasih atas kepedulianmu terhadapku, Wallahi Mbak. Yuhila sudah cukup baik untukku, meski segala kesempurnaan yang ada pada Liza tak kita temui dalam diri Yuhi," pungkas Ilmi.

Tangis Gazalah pecah. Ilmi memeluk tubuh kakak perempuannya itu. Dari jauh, Yuhi menyaksikan dan jadi merasa tak enak hati. Ternyata dibalik kebahagiaannya, ada beberapa orang yang tak sepakat menyaksikan hari itu.

“Mba, yuhi adalah binaan mu kan, aku tau selama ini kau menemaninya melalui setiap badai karena kau menyayanginya. Aku yakin, tak akan sulit bagimu untuk menerimanya menjadi adik iparmu”

Malaikat Berlesung Pipi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang