7- Syurga untuk yuhila

1.5K 64 0
                                    

-Sebab Takdir tak pernah terkira, kebaikan bisa hadir kala keputusasaan melanda. Kebaikan bisa hadir menyamai keburukan yg datang silih berganti. Bahwa percayalah, takdir tidak pernah salah-

❤❤
.
.
.

pernikahan Yuhi dan Anas telah 90% rampung. Bulan ramadhan telah usai, Lebaran telah tiba. Gedung telah di-booking. Undangan telah disebar, Souvenir untuk tamu undangan juga sedang dalam proses pembuatan. Gaun pun telah disiapkan.Tidak terasa, hari bahagia itu kian dekat, sementara orangtua Yuhi masih belum kembali dari kampung halaman.

"Insyaallah, sehari sebelum pernikahan, Mama dan Papa akan pulang. Untuk sementara ini, kami belum bisa pulang karena sedang menemani nenek buyut," ucap Mama diseberang telepon.

Yuhi tampak sedikit kecewa. Bu Ainun yang menyadari hal itu, mencoba menghibur Yuhi.

"Tidak apa-apa. Nanti kalau rumah kamu tidak bisa dijadikan tempat akad nikah, masih ada rumah kami kok," tawar Bu Ainun.

Yuhi tersenyum mendengar ucapan Bu Ainun barusan,
"Bu, bolehkah saya memeluk Ibu?" tanya Yuhi, sedikit ragu.
Bu Ainun tersenyum, lalu mengangguk.Yuhi pun menghamburkan diri kepelukan Bu Ainun. Bahagia sekali rasanya, mendapat perlakuan seperti itu dari wanita yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri.


Jauh sebelum hari pernikahan itu tiba, beberapa hari setelah Kedua orangtua Anas datang melamar yuhi, secara resmi pada pak Rusli dan Bu Ainun yang telah ditunjuk sebagai wakil sementara kedua orangtua yuhi, hari itu, Anas mengutarakan sesuatu pada yuhi, sesuatu yang belum lama ini ia ketahui,

“Yuhi, jika nanti dalam kehidupan rumah tangga kita, kita tak kunjung dikaruniai buah hati, apa kau akan tetap bertahan denganku?” tanya Anas saat menemui yuhi dirumah Pak Rusli.

Saat itu, kebetulan rumah sedang sepi, hanya ada Yuhi, bayinya dan Bu
Ainun dirumah. Sementara Bu Ainun berada di dapur tengah  membuatkan teh untuk Anas,

yuhi duduk membopong bayinya diruang tamu, tak jauh darinya Anas juga duduk menunduk, Suaranya pelan seakan tak ingin ada yang mendengar ucapannya kecuali yuhi, pembicaraan yg ia anggap aib, dan dengan berat hati harus ia utarakan pada calon istrinya.

“Pernikahan tidak selamanya tentang keturunan kak, lagian, aku sudah cukup bahagia mengetahui bahwa ada yang mau menerimaku dengan kondisi masalaluku. mana mungkin sih hanya karena keturunan yg tak kunjung Allah hadirkan lantas membuatku hengkang dari hubungan ini” jelas yuhi panjang lebar.

Anas sedikit lega mendengarnya.
“aku sakit yuhi, dan mungkin tak akan ada bayi ditengah-tengah kita, selain Malaika yg kini diadopsi Mba Malika. Dan penyakit ku mungkin akan membuatku kesusahan, apa kau masih mau, menerimaku?”

Yuhi tersenyum tipis, kebahagiaannya terlampau besar hingga tak membuatnya sedikit terganggu dengan keterangan Anas yg bertele-tele barusan.

“Kau juga terusik kan dengan masa laluku? Tapi kau tetap menerimaku, kenapa tidak denganku?” Ucap yuhi

"Penyakit apa pun yang kau maksud
ka, itu tak akan mengurungkan niatku untuk tidak meneruskan rencana kita ini” lanjutnya

“Alhamdulillah..” lirih Adib, ia merasa sangat lega karena telah mengatakan semuah yang dirasa wajib ia terangkan pada Yuhi, calon istrinya. Dan betapa senangnya ia, ketika mendapat respon yang sangat baik dari yuhi, perempuan itu sama sekali tidak mempermasalahkan aibnya,

“Tidak salah hatiku mantap memilihmu, yuhi.” Batinnya

❤❤❤

Malaikat Berlesung Pipi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang