9- Cinta yang Lepas

1.3K 60 0
                                    

-Pengkhianatan, kadang memaksa kita untuk enggan mempercayai banyak hal. Bahkan untuk kesucian cinta sekalipun-

❤❤❤
.
.
.
.
.
.
.

Empat tahun berlalu...

"Mas, 4tahun yg lalu kita menikah secara baik-baik, maka hari ini, akupun meminta talak darimu secara baik-baik pula..."

Kenyataan yang memilukan ini harus ditelan Anas mentah-mentah.

"Wallahi, Mas. Aku mencintaimu tulus. Meski begitu, aku hanya perempuan biasa yang memiliki harapan untuk menjadi seorang ibu. Tolong pahami aku Mas..." ucap Inayah terisak, gadis jelita bermata indah yang dinikahi Anas empat tahun yang lalu.

"Aku selalu berjuang menutupi penyakitmu. Akupun selalu setia menemanimu berobat, Tapi aku harus apa, Mas? Pada akhirnya, aku akan tiba diujung lelah, gak sanggup meneruskan semua ini bersamamu. Aku sungguh tak sanggup Lagi Mas." Ucapnya lagi,

Anas menatap sendu, wajah istrinya yg basah, ada rasa iba melihat sang istri memohon seperti itu.

"Sekarang terserah Mas, ingin men-judges aku sebagai perempuan yang kejam. Namun, sungguh. Sebelum mengatakan semua itu, tolong rasakan, bagaimana rasanya ada diposisiku, sebentar saja..." sambung Inayah. Suara itu lama-lama mengeras, dan terasa membentak.

Anas yang duduk disamping Inayah, mulai merasa muak dengan segala keluhan itu dan mencoba menenangkan diri.

"Jika pada akhirnya kau meminta agar aku memahami perasaan mu, lantas mengapa dulu kau tetap meneruskan pernikahan ini? Bukankah sudah ku katakan sejujurnya sehari sebelum pernikahan kita? Bukankah sudah ku beri pilihan untuk membatalkannya? Lalu mengapa kau melewatkan semuah itu, lalu kemudian mengeluhkan semuah hari ini?"

"Mas, kau tau perjodohan itu dilakukan tanpa meminta persetujuan dariku. Penolakan ku takkan berarti apapun dihadapan keluarga kita Mas. Aku tidak berdaya menolaknya. Aku tidak berdaya..." Bantah inayah

"Lagian mas tidak bisa menyalahkan aku sepenuhnya, Mas sendiri kan yang tidak memberitahu orangtua Mas tentang penyakit ini, hingga aku harus menanggung beban untuk terus-terusan membohongi orang-orang disekitar kita."

Anas menggeleng pelan, fikirannya serasa ingin pecah saat itu. Belum hilang keresahannya terhadap penyakit yg semakin hari semakin memburuk, Inayah justru datang menambah bebannya.

"Aku fikir kebungkaman mu dulu, pertanda kau menerimaku apa adanya. Aku fikir rumah tangga kita selama 4 tahun ini berjalan tentram karena kau memang tulus menerima kekurangan ku. Tapi nyatanya aku salah." Ucap Anas pelan penuh sesal,

"Mas, aku justru bungkam, karena kebimbangan. Bukan tanda persetujuan. Dan selama 4 tahun ini aku sungguh sudah berusaha menjadi istri terbaik untukmu, tapi nyatanya aku tidak bisa. Maaf mas, Maaf..."

Sesaat hening. Yg terdengar hanya suara Isak tangis Inayah.

"Mas tolong, beri aku talak mu, tolong..." Ucap Inayah mengiba, memecah keheningan.

Permintaan Inayah membuat Anas berpikir agak lama, hingga akhirnya ia mantap menjatuhkan talaknya pada Inayah, istri yg telah menemaninya selama 4 tahun ini.

"Aku minta maaf jika tanpa sengaja telah zalim padamu."

"Aku tak butuh maaf mu mas, akan hanya minta Talak darimu, agar semuah beban ini terlepas dari pundakku selamanya. Aku akan sangat berterima kasih padamu dan akupun berjanji untuk melupakan semua ini. Aku pun akan menyimpan rapat-rapat aibmu, asal kamu mau menceraikan aku." Kata Inayah memohon, "Beri talakmu dan aku akan pergi dengan cara baik-baik," jelas Inayah mengiba, dengan suara melemah dan air mata menetes tiada henti.

Malaikat Berlesung Pipi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang