Chapter 11

198 14 0
                                    

Pagi menjelang. Sinar mentari terpancar indah. Sinar tersebut pun menusuk kamar Natalia yang sedang memejamkan matanya.

"Natalia, bangun sayang. Ini sudah pagi." Suara lembut sang Ibu yang membangunkannya.

"Bentar lagi, Ma. Aku masih ngantuk." Balas Natalia tanpa membuka matanya sedikitpun.

Sang Ibu hanya bisa menghela napas melihat kelakuan anak perempuan satu-satunya ini.

Karena tidak ingin mengganggu, sang Ibu pun mencium kening Natalia dan mendadak ekspresinya berubah.

"Dia demam?"

Dengan sigap, sang Ibu beranjak dari kamar Natalia untuk mengambil kompresan.

"Kenapa, Ma? Kok terburu-buru gitu?"

"Natalia, Pa. Dia demam!"

"Kok bisa? Padahal semalam dia baik-baik saja."

Tak lama kemudian, sang Ayah dan Ibu telah berada di kamar Natalia untuk merawatnya.

***

Sementara itu...

Alief baru saja selesai membersihkan dirinya dan berganti baju.

Setelah itu, diapun berjalan ke arah meja belajarnya dan pandangannya berhenti saat dia melihat gelang yang dibuat Naomi untuknya.

Dia tersenyum sesaat kemudian mengambil gelang tersebut dan memakainya.

"Pagi!"

"Pagi, Naomi!"

"Kamu nggak turun buat sarapan?"

Alief berjalan mendekati Naomi dan memeluk pinggangnya.

"Aku baru mau turun saat kamu muncul."

"Ih dasar kamu ini kebiasaan menunda sesuatu!"

Naomi membalas senyuman Alief dan melingkarkan kedua tangannya di leher Alief.

"Kamu memakai gelang yang aku berikan untukmu?" Tanya Naomi.

"Iya! Karena ini adalah pemberian kekasihku." Jawab Alief tersenyum.

Wajah Naomi tersipu. Dia menundukkan kepalanya. Sesaat kemudian, Naomi merasakan kehangatan tubuh Alief yang memeluknya.

"Aku menyayangimu. Sampai kapanpun, aku akan tetap menyayangimu. Aku tidak peduli orang-orang bilang aku gila. Karena mereka benar. Aku gila karena mencintaimu."

Ucapan Alief membuat air mata Naomi terjatuh. Dia memeluk tubuh Alief semakin erat.

***

"Aku berangkat dulu, Ma!" Pamit Alief.

Alief menyalakan motornya untuk bersiap-siap ke kampus.

Setelah memastikan mesin motornya sudah panas, diapun menancapkan motornya ke kampus.

Di tempat lain....

"Aku berangkat, Tante!" Pamit Shahir.

"Hati-hati, kamu. Jangan ngebut!"

Shahir hanya menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam mobilnya kemudian segera berangkat ke kampus.

***

Macetnya jalanan membuat Shahir merasa bosan. Meskipun dia sedikit nakal di kampus, tapi dia memiliki otak yang sangat cerdas. Tidak heran, kalau dia bisa masuk ke Universitas McKenzie dengan kemampuannya.

"Bosen! Nih radio juga gak ada yang bener lagunya."

Matanya tertuju pada seorang yang dikenalnya. Pikiran jail kembali menghampiri dirinya.

My Ghost Girlfriend(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang