London, England
Pernikahan antara Evian dan Natalia diselenggarakan di sebuah taman di Ibukota Inggris tersebut. Keduanya terlihat bahagia. Senyum terus ditunjukkan oleh Evian dan Natalia. Kedua orang tua mempelai juga tampak berbahagia menghadiri pernikahan kedua anak mereka.
"Aku bahagia dengan suasana seperti ini." Ucap Evian berbisik.
Natalia tersenyum dan menggenggam erat tangan Evian, "Aku juga."
Senyum kembali mereka tunjukkan kala menerima tamu yang terus berdatangan ke pesta pernikahan mereka.
Namun, pandangan Natalia tidak menangkap sosok Alief yang telah diundang ke pernikahannya. Helaan napas kasar terdengar dari mulutnya.
"Kenapa?" Tanya Evian menatap Natalia.
"Gapapa kok." Jawab Natalia tersenyum.
"Kita kesana yuk!" Natalia mengangguk menanggapi ajakan Evian.
***
Sementara itu...
Seorang cowok sedang berdiri di depan sebuah makam. Cowok tersebut adalah Alief. Dia sedang berdiri di depan makam kakaknya.
Ya! Dia datang lagi ke makam kakaknya untuk mencurahkan segala keluh kesahnya. Setelah memanjatkan doa, Alief pun berlutut di depan makam kakaknya.
"Kak, aku datang melihat kakak lagi." Ucap Alief lirih.
"Aku mau curhat kak." Jeda Alief. "Ini soal Naomi."
Alief kembali meneteskan air matanya saat mengingat kembali pesan yang ditulis Naomi di dinding kamarnya.
***
Flashback ON
Alief telah bangun tidur dan segera membersihkan dirinya. Helaan napas kasar kembali terdengar dari mulutnya saat tidak melihat Naomi.
"Kemarin itu, kita bertengkar hebat ya?" Gumam Alief pelan.
Alief tidak menyadari pesan yang ditulis oleh Naomi di dinding kamarnya. Yang dia tahu, semalam dia bertengkar hebat dengan Naomi dan mengusirnya dari rumah dan kehidupannya.
"Pagi, Pa, Ma!" Sapa Alief begitu sampai di bawah.
"Pagi, Alief. Hari ini gak kuliah ya?" Tanya sang Ayah.
"Gak Pa. Kampus meliburkan seluruh mahasiswanya karena kondisi yang belum kondusif." Jawab Alief.
Sang Ayah mengangguk mengerti dan kembali melanjutkan sarapannya.
"Mama mana Pa?" Tanya Alief begitu duduk di meja makan.
"Tuh! Di belakang. Lagi ngurus tanamannya." Jawab sang Ayah.
Alief hanya mengangguk dan melahap makanan favoritnya yang telah disediakan di meja.
"Ngomong-ngomong, kampus kamu ada yang bunuh diri ya, Lif?" Tanya sang Ayah.
Alief mengangguk, "Iya, Pa. Ngerilah pokoknya."
Tidak ada lagi perbincangan setelah itu. Kedua Ayah dan anak itu sibuk memakan sarapan mereka.
***
Setelah sarapan, Alief pun berpamitan ke kamarnya. Lagi, Alief mencium bau bangkai yang sangat pekat dari kamarnya.
"Bau ini lagi." Batin Alief.
Alief menghela napas berusaha tidak menghiraukan bau bangkai tersebut. Dia berjalan ke arah meja belajarnya dan melihat sebuah gelang yang pernah dibuatkan Naomi untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ghost Girlfriend(Completed)
FanfictionJangan coba-coba menggangguku atau nyawamu akan hilang.