S03: Final Chapter

276 16 8
                                    

Isakan tangis terdengar dari kediaman Veranda. Melody tidak dapat menahan tangisnya saat melihat jasad Shahir yang telah terbaring di peti jenazah.

"Shahir! Anak Mama! Bangun, nak!" Isak Melody.

Veranda dan Frieska juga tampak tidak dapat menahan air mata mereka. Teringat mereka bagaimana saat jasad Shahir dibawa ke rumah duka oleh teman-temannya.

"Kita baru saja menikmati waktu bersama. Kenapa kita malah dipisahkan secepat ini?!" Isak Melody memegang peti jenazah dari Shahir.

"Kak Mel, jangan begini." Veranda berusaha menenangkan Melody yang begitu terisak.

Melody menatap Veranda, "Shahir, Ve! Shahir! Kenapa?!"

Veranda menarik Melody ke dalam pelukannya. Meski dia juga menangis, tapi dia berusaha untuk menguatkan sang kakak.

Kinal yang berada di sana juga tidak dapat berkata apa-apa. Dia hanya terdiam memperhatikan peti jenazah sepupunya. Wajah Shahir tampak menunjukkan ekspresi ketakutan.

"Alief! Gue harus menemukannya dan bertanya padanya tentang semua ini." Batin Kinal.

Kinal berjalan meninggalkan ruangan tersebut. Veranda yang melihat itu pun segera menghampiri Kinal.

"Mau kemana kamu, Kinal?" Tanya Veranda.

"Aku mau ketemu teman, Ma." Jawab Kinal.

Veranda menghela napasnya dan melepaskan tangan Kinal dengan perlahan, "Jangan kemaleman pulangnya."

Kinal mengangguk kemudian berjalan pergi meninggalkan ruangan yang masih dalam suasana berduka tersebut.

***

Alief POV

Sejak kejadian bunuh diri Shahir, kampus memulangkan seluruh mahasiswanya lebih awal. Aku yang telah sampai di rumah, memilih untuk berdiam diri di kamar.

Sungguh, kejadian Shahir yang melompat dari atas gedung kampus tersebut membuatku dan mahasiswa lainnya cukup terkejut. Meskipun aku sudah tahu siapa pelaku yang melakukan itu semua.

"Alief, aku..."

"Kenapa kamu harus melakukan itu, Naomi?" Aku menyela ucapan Naomi.

"Bukan gitu. Aku..."

"Kamu ingin menyakitinya kan?"

Terdengar helaan napas berat dari Naomi. Aku tahu, kini dia menatapku dengan sendu. Tapi, aku berusaha tidak memperdulikannya.

"Maafkan aku, Alief." Lirihnya.

"Kamu berkali-kali mengucapkan kata maaf. Tapi, berkali-kali juga kamu mengulang perbuatanmu." Ucapku dengan sedikit nada tinggi.

"Kamu tidak paham dan tidak mengerti!" Bentak Naomi.

Bentakan dari Naomi membuatku terkejut. Sebelumnya memang Naomi pernah membentakku, tapi tidak sekeras ini.

"Kamu tidak tahu, ada misi yang harus aku selesaikan sebelum waktuku habis." Lanjutnya.

"Misi?" Tanyaku bingung.

"Aku diberi misi oleh seorang penjaga pintu surga." Jawabnya.

Aku semakin mengerutkan keningku mendengar penuturannya.

"Selama hidup, aku tidak pernah merasakan yang namanya bahagia." Naomi menjeda ucapannya. "Yang kurasakan hanya kesedihan semata."

Kudengar suara lirihan saat Naomi menceritakan kilas balik kehidupannya sebelum meninggal dengan tragis di tangan...

My Ghost Girlfriend(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang