Bersabarlah wahai hati, akan ada saatnya aku dan kamu menjadi kita.
***
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ (فِي رِوَايَةٍ: وَ بَارِكْ) عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kamaa shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim, innaKa Hamidum Majid. Allahumma barik (dalam satu riwayat, wa barik, tanpa Allahumma) 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim, innaKa Hamiidum Majid).
Arvin menggumamkan shalawat menuruni tangga lantai dua, sembari memainkan kunci motor ninjanya. Ia baru saja menunaikan shalat isya' berjamaah di masjid seperti biasanya. Setelah sampai di rumah, Arvin kembali berniat keluar untuk melihat kondisi rumah makannya.
"Abyadhu" adalah nama rumah makan yang berhasil didirikan Arvin sekitar satu setengah tahun yang lalu tepat ketika ia lulus SMA—dengan bantuan modal dari Abram, abinya. Yang tentunya sudah berhasil diganti dari hasil rumah makannya tersebut.
Abyadhu sendiri diambil dari bahasa Arab yang berarti putih. Arvin akan selalu menjawab tidak ada asal-usul dari pengambilan nama rumah makannya, karena memang kata abyadhu tiba-tiba muncul begitu saja. Tidak ada yang spesial.
صلى الله عليه وسلم
Arvin membuka kulkas untuk mengisi tenggorokannya yang kering. "Alhamdulillah," desahnya lega. Satu botol mineral dingin berhasil masuk melewati tenggorokannya.
"Mau ke rumah makan?" tanya Ayu tiba-tiba—sedari tadi memang berada di dapur.
Arvin mengangguk membenarkan. Sedangkan tangannya mulai mencomot apel yang ada di meja makan tempatnya duduk saat ini.
"Jangan pulang malam-malam!" Ayu memperingati.
Arvin mengangguk kembali.
"Jangan ngangguk-ngangguk aja, dilaksain juga. Jam delapan harus sampai rumah pokoknya," petuah Ayu.
Arvin menghentikan kegiatan mengunyahnya, menatap Ayu tidak percaya. "Sekarang aja udah jam setengah delapan, Mi."
"Memang yang bilang jam empat siapa?" Ayu menimpali dengan santainya.
"Yah, perjalanan dari sini ke rumah makan aja setengah jam Mi."
"Ya sudah, jam setengah sembilan."
Setelah menghabiskan apel dengan gigitan besar terakhirnya, Arvin segera beranjak, bersiap untuk pergi. "Pokoknya nanti Arvin usahakan pulang cepat ya, Sayangku," ucapnya menggoda.
Tidak setiap hari Arvin mengunjungi rumah makannya, biasanya hanya dua kali dalam satu minggu karena harus memeriksa laporan keuangan yang masuk.
Rumah Makan Abyadhu menjual berbagai macam makanan berat seperti bebek, ayam, gurame, dan lain-lain. Buka setiap hari dari jam 08.00-22.00 WIB untuk hari kerja, kecuali hari Jumat yang baru buka selesai waktu shalat Jumat, dan weekend akan tutup sekitar jam 23.00 atau 24.00 tergantung kondisi pengunjung. Dengan catatan setiap waktu shalat tutup terlebih dahulu—tidak menerima pelanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEQUEL HAIFA ON PROCESS
SpiritualADA SEQUEL HAIFA BACA YUK! [TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN TOKO BUKU LAINNYA] BLURB VERSI WATTPAD Di balik buku yang menutupi sebagian wajahnya, Haifa mengamati dalam diam setiap tingkah laku Arvin. Bagaimana laki-laki itu berbicara dan tertawa, sem...