Jangan pernah meninggalkan apalagi membuang dirimu sendiri.
Dalam setiap keadaan, dan bahkan ketika bermacam-macam pukulan datang.
Kamu harus tetap bersama dirimu.
Berjanjilah.(Afnan Syahirain)
Bagaimana rasanya ditinggalkan? Sakit, sudah pasti. Sedih, sudah pasti. Dan, hampa, itu sudah sangat pasti. Ketika kita ditinggalkan oleh orang-orang tercinta, entah itu yang meninggalkan kita untuk selamanya, meninggalkan kita karena suatu masalah yang menumbuhkan kesalahpahaman, meninggalkan kita karena merasa sudah tidak satu tujuan, meninggalkan kita karena lebih memilih mengejar ambisi dan impian. Apapun itu, sudah pasti rasanya sakit, membuat kita sedih dan memeberikan ruang hampa yang sulit dijelaskan.
Manusia memang seperti itu–aku dan kamu, kita memang begitu. Di dunia ini tidak akan ada yang benar-benar menetap dan tinggal jika bukan karena rancangan skenario-Nya. Sutradara Kehidupan berhak memilih alur dalam sebuah cerita, menarik tokoh ini agar pergi, menarik tokoh itu agar tetap tinggal, membiarkan kedua tokoh dalam cerita untuk saling meninggalkan, atau membiarkan kedua tokoh untuk saling menetap dan tinggal.
Sedangkan, sang aktor dan tokoh dalam cerita bisa apa selain menerima dan menjalankan perannya? Ya, memang benar, kita manusia tidak memiliki kuasa penuh atas segala yang ada di muka bumi ini. Termasuk, terhadap diri kita sendiri.
Menurutku, itu adalah hal yang baik. Jika kita diberi terlalu banyak kuasa di muka bumi ini. Kita mungkin–sangat mungkin, akan repot, susah dan bisa jadi gila. Tidak semua hal yang ada di dunia harus kita atur, kita kendalikan dan kuasai. Ada beberapa bagian dimana hal itu akan semakin membaik jika kita belajar untuk melepaskannya atau bahkan membiarkannya agar tumbuh dan berkembang sendiri.
Semesta memang begitu, jika kita memegangnya terlalu erat, maka hal itu akan melepaskan diri, jika kita terlalu berusaha mengejarnya, maka hal itu akan pergi, dan jika kita terlalu menanti-nanti, maka hal itu tidak akan pernah datang. Semesta tidak sedang bercanda atau bermain-main, semesta hanya ingin mengajarkanmu banyak hal yang tidak akan pernah kamu dapatkan dari siapapun. Sekolah formal, bangku perkuliahan, kursus belajar, bahkan orangtua kita sendiri tidak akan mampu mengajarkan ilmu itu–bahkan, jika mereka menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk itu, tetap saja, tidak akan pernah sampai pada titik selesai.
Karena itulah kenapa, kehidupan adalah guru terbaik yang pernah ada. Dan perihal rasanya ditinggalkan juga sebenarnya adalah sebuah hadiah indah yang memang dibungkus dengan banyak bungkusan berlapis.
Semesta tidak akan lantas memberimu makna secara telanjang tanpa dibungkus. Semesta akan memberi makna dengan banyak hal yang terbungkus, dan kitalah yang bertanggung jawab untuk membuka bungkusnya.
Jika kamu mampu merasakan sakitnya ditinggal oleh orang tercinta, seharusnya rasa sakit itu akan jauh lebih menyakitkan jika terjadi pada dirimu sendiri. Orang-orang yang memilih meninggalkan dirinya sendiri, apalagi sampai membuangnya.
Mereka sebenarnya sedang menyia-nyiakan kehidupan mereka sendiri, membiarkan diri mereka terus lalai dan berdiri di zona nyaman yang melenakkan. Mereka bukan hanya terpeleset, tetapi, juga tersesat dan lama-kelamaan akan menghilang.
Apa yang mereka pikir selama ini soal pencapaian, kepemilikan, nama baik atau popularitas semua hanyalah ilusi yang mereka buat sendiri. Alasan bodoh untuk menghindari dan meninggalkan diri mereka sendiri yang sebenarnya.
Dan sedihnya, kita banyak menemukan kasus seperti ini hampir di seluruh bagian dunia saat ini. Tentang kisah-kisah para manusia yang mengubur dirinya demi mendapatkan banyak hal yang bersifat semu dan ilusi.
Jika kita merasa akan dihormati kalau kita memiliki kekuasaan dan harta yang berlimpah, saat itu kita sebenarnya sudah tersesat jauh dari rumah. Jika kita merasa akan disukai serta memiliki banyak teman kalau kita berparas menawan dan memiliki bentuk tubuh yang indah, saat itu kita sebenarnya sudah tersesat jauh dari rumah. Jika kita merasa akan dicintai kalau kita adalah sosok yang pintar, memiliki banyak keahlian dalam banyak hal, saat itu kita sebenarnya sudah tersesat jauh dari rumah.
Kita tidak perlu kaya, berkuasa, cantik atau tampan, pintar dan memiliki banyak keahlian hanya untuk dicintai, hanya untuk disenangi orang lain. Kita hanya perlu menjadi diri sendiri apa adanya, dan tentu kita pun perlu belajar untuk menyukai dan menghargai orang lain. Itu saja.
Beberapa orang sudah berhasil terjebak dalam ilusinya sendiri. Sehingga akhirnya membuat jiwa-jiwa mereka mati, hati mereka dingin dan akal mereka buntu. Merekalah yang membangun kerajaan kesengsaraan mereka sendiri.
Allah sudah sangat baik terhadap setiap makhluk-Nya, Allah tidak pernah memandang manusia dari penampilannya, kepemilikannya, kekuasaannya, warna kulitnya, bentuk gigi atau hidungnya. Yang Allah lihat hanyalah ketakwaan dan keimanannya.
Lihat? Betapa banyak jiwa-jiwa manusia yang sudah tersesat bahkan sudah banyak di antara mereka yang meninggalkan dirinya sendiri. Aku di sini, menulis semua tulisanku dengan sepenuh hati, karena aku ingin kita bersama-sama menyadari tentang hal ini.
Kita tetap bisa mencintai dan dicintai tanpa harus meninggalkan diri kita sendiri. Memangnya kita siapa? Kita tidak dirancang untuk sebuah nilai kesempurnaan. Kita tidak dirancang untuk itu, kita dirancang untuk menjadi manusia yang mampu memanusiakan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya, kita dirancang untuk menjadi manusia yang tak hanya membumi tapi menghamba dengan segala kerendahan hati kepada Allah, tuhan semesta alam ini. Itulah jati diri kita yang sebenarnya.
Jadi, aku meminta hal ini pada dirimu. Mulai saat ini, jangan pernah tinggalkan dirimu. Tidak peduli dalam keadaan atau situasi sesulit apapun.
Jangan pernah lupa akan jati dirimu sendiri. Tidak peduli sebanyak apapun godaan di luar sana yang berusaha terus untuk membuat dirimu lupa akan jati diri. Kamu harus tetap berdiri dan berjalan bersama dirimu, kamu harus tetap menjaga dengan teguh jati dirimu.
Kamu tidak perlu berkecil hati, takut, apalagi cemas. Masih banyak orang-orang di luar sana yang sedang berjuang bersamamu untuk tetap menjaga dirinya sendiri, untuk tetap menjaga keputusan terbaik agar tak meninggalkan diri sendiri. Cintai dirimu secara nyata, dengan bukti, jangan pernah tinggalkan ia—dirimu sendiri. Ya, seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Semua Tentangmu | TELAH TERBIT
Non-FictionMari, mengenal diri sendiri lebih baik melalui karya ini. Ini Semua Tentangmu adalah karya yang saya persembahkan untuk mewakili kisahmu, jeritan hatimu, rintihan batinmu dan duniamu. Semua rangkaian kata dalam karya ini adalah serpihan-serpihan per...