Coba Lagi!

100 7 0
                                    

Semoga nyala api di dalam dadamu tidak padam.

(Mallory)

Baik, kita sudah sama-sama memilih untuk tidak takut dan ambil pusing soal kegagalan. Kita sudah mengubah arah sudut pandang kita soal kegagalan menjadi hal yang terlihat jauh lebih menyenangkan.

Ya, perjalanan dan proses pembelajaran menuju puncak keberhasilan kelak. Itulah nilai kegagalan bagi kita saat ini. Kita tidak akan menjadi reaktif lagi jika kegagalan menghampiri, kita tidak akan mengumpat, marah-marah, menyesal dan merasa terpuruk lagi. Semua respon dan sikap tersebut adalah masa lalu kita.

Kini kita sudah terlahir kembali dengan jiwa yang baru, lebih sehat dan tangguh tentunya. Hati yang lapang dan kuat. Akal yang waras dan penuh kesadaran. Kita sudah meninggalkan kebiasaan, gagasan, asumsi buruk yang dulu sudah tinggal cukup lama di dalam diri.

Kita benar-benar hidup untuk hidup. Bukan hidup untuk mati. Bagus, kita berhasil melewati dan memahami serta menjalankan setiap suara-suara hati dalam tiap bab buku ini dengan penuh kejujuran dan keikhlasan.

Ketika kita bertemu dengan kegagalan, manusiawi memang satu waktu kita akan merasa sedih dan murung. Boleh-boleh saja, sah-sah saja merasakan perasaan dan emosi itu.

Tapi, pastikan jangan berlama-lama di sana. Lekaslah keluar dan kembali berjuang meraih apa yang kita impikan. Jadikan rancangan rencana yang selama ini telah kita susun sedemikian rupa menjadi kenyataan. Bermimpi boleh, tapi, jangan lupa untuk bangun.

Setelah kita memilih untuk tidak takut pada kegagalan, sebenarnya nilai ini sama dengan kita memilih untuk tidak takut terhadap realitas. Kita akan mengerti kapan harus berjalan, berlari, melawan, menerima dan beristirahat. Semua akan ada pergilirannya masing-masing.

Dengan bermacam-macam ramuan ujian kehidupan itu kita akan tumbuh dan berkembang menjadi versi terbaik dari diri kita, dengan catatan kita mampu mencerna semuanya dengan baik dan benar. Kalau tidak? Ya, tentu kita mungkin akan terus bersembunyi di balik topeng 'korban' dan hidup semaunya—hidup enggan, mati tak mau.

Lalu, setelah kita memilih untuk mengambil sikap itu, apa yang selanjutnya harus kita lakukan? Apakah kita harus langsung bergerak kembali dan masuk ke dalam jalur kita seperti sebelumnya? Tidak, jangan dulu, jangan tergesa-gesa.

Tenanglah! Pelan-pelan, satu-persatu, sabar, jangan selesaikan atau pikirkan semuanya dalam satu waktu sekaligus. Kita tetap memerlukan beberapa waktu untuk kembali melangkahkan kaki dengan percaya diri.

Kegagalan memang telah terjadi, dan setelah itu kita seharusnya mencobanya lagi. Ya, coba lagi! Kita coba lagi susun rencana yang jauh lebih matang, kita coba lagi pastikan tujuan yang benar-benar ingin kita capai, kita coba lagi semangati diri kita dengan penuh kesabaran. Kita coba lagi semuanya, tapi, ini bukan berarti mencoba lagi kesalahan yang sama di saat kita gagal waktu itu. Karena itulah mengapa, tenang, satu-persatu dan bersabarlah.

Setelah rangkaian kegagalan terjadi, itu berarti akan ada banyak hal yang perlu dikoreksi. Kita bisa mulai semuanya dengan mencatat atau mengingat hal-hal apa saja yang membuat rencana kita gagal. Setelah itu pelajarilah dengan seksama dan penuh perhatian.

Aku yakin, daftar kesalahan dan kecerobohan yang kita lakukan dulu pasti banyak. Tidak perlu pusing dan merasa terbebani. Bersyukurlah, karena dirimu masih bisa sadar dan jujur perihal kesalahan yang telah diperbuat. Tidak semua orang memiliki kesadaran ini, jadi, kamu sebenarnya beruntung.

Setelah kamu membaca daftar kesalahan dan mengingat semua kecerobohan itu mungkin kamu akan merasakan pening dan menarik napas berat—tak apa, aku juga begitu, kok. Ini adalah kemajuan yang sangat baik! Karena kamu sudah mau jujur dan terbuka secara objektif pada dirimu sendiri. Mungkin ini yang dinamakan dewasa. Menjadi dewasa memang begitu, kita harus mampu melihat dan menilai diri kita sendiri dengan sudut pandang yang kompleks dan lebih bijak.

Tidak menggunakan sudut pandang egosentris yang sudah lama kita gunakan ketika anak-anak dan masa remaja labil dulu.

Semua daftar kesalahan yang menyebabkan kegagalan kita adalah masalah baru yang perlu kita selesaikan. Itu adalah tanggung jawab kita tentu. Tidak ada hubungannya dengan keadaan atau situasi saat itu yang tidak mendukung misalnya, atau beberapa orang yang seperti memberi tekanan, kita berdalih karena merekalah kita gagal. Bukan, bukan, singkirkan semua alasan pembenaran yang penuh kebohongan itu.

Kita akan benar-benar fokus pada diri kita seorang jika kita memang mau mencobanya lagi. Tidak perlu membawa keadaan atau situasi yang buruk, beberapa orang yang menjengkelkan apalagi sampai membawa-bawa masa lalu karena frustasi melihat dan mengingat betapa banyaknya kesalahan yang kita perbuat. Terima saja, dan cari solusinya. Itulah caranya.

Karena analisa penyebab kegagalan yang telah kita susun itulah kita akan pastikan dan yakinkan diri untuk terus mencoba memperbaikinya dengan penuh semangat membara dan kepala dingin. Pergerakan kita harus memiliki bahan bakar yang banyak dan berkualitas agar panasnya tidak mudah padam.

Tapi, untuk si pengemudi yang akan mencoba lagi haruslah memiliki kepala yang dingin. Agar nanti jika terpeleset, terjatuh atau bahkan tersungkur di perjalanan, kita akan tetap mampu bangkit dan menjalankan rencana lain yang sudah dipikirkan kembali. Seharusnya seperti itulah 'otot' dan 'otak' bekerjasama. Tidak ada tumpang tindih atau berat sebelah.

Kita akan merasa jauh lebih tenang dan percaya diri ketika kita sudah mampu menerima kenyataan yang ada dan tetap berpikir waras. Kita akan mulai dengan memperbaiki yang salah, entah itu dengan cara memodifikasinya, atau bahkan menggantinya dengan yang baru.

Apapun itu, gagasan, cara atau metode yang kita gunakan, ide, urutan atau susunan, waktu pelaksanaan, kita akan perbaiki yang salah di sana atau bahkan memodifikasi dan menggantinya. Tak apa, selagi rencana kita bisa berjalan lagi. Lakukan saja!

Tapi, ingat! Satu-persatu, jangan langsung sekaligus. Karena kita nantinya tidak akan bisa fokus. Jika tidak fokus maka hasilnya akan menjadi seperti yang dulu-dulu—gagal. Bukankah kita sedang mencobanya lagi? Jadi, tolong, jangan ceroboh. Berhati-hatilah, tapi, tetap cekatan.

Dan tenang, ya, tetap tenang. Sekuat apapun keinginan kita untuk segera mencapainya, tahanlah dan kontrol perasaan itu dengan baik. Karena segala sesuatu yang tergesa-gesa tidak akan menghasilkan sesuatu yang maksimal.

Kamu harus mulai mendidik dan melatih dirimu sendiri ketika memutuskan untuk mencoba lagi perihal kapan kamu harus berjalan, berlari, melawan, menerima dan beristirahat. Aku yakin kamu pasti bisa, karena kamu sudah mengenal dirimu dengan baik beserta segala potensi dan kekurangan. Jadi, coba lagi! Dan, coba lagi! 

Ini Semua Tentangmu | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang