Kelemahan terbesar kita adalah menyerah.
Cara paling pasti untuk sukses adalah mencoba sekali lagi.(Thomas A. Edison)
Ya, kamu boleh mengambil napas sebentar dan duduk dengan tenang. Bagaimana rasanya? Semakin lega, bukan? Walau kenyataannya saat ini akan ada banyak hal yang perlu kamu lakukan dan terus perjuangkan.
Kamu merasa lega, karena itu adalah hasil dari pembelajaran mengenal diri dengan baik pada bab-bab sebelumnya. Dengan mengenal diri secara jujur dan penuh kesadaran, kita turut melepaskan beban-beban berat dan hambatan yang selama ini telah mencegah kita untuk terus berkembang.
Karena itulah kamu merasa jauh lebih lega dan rileks. Hal ini dikarenakan kamu sudah rela, kamu sudah merelakan semua perasaan dan ingatan-ingatan negatif di masa lampau yang sudah bersemayam lama di dalam hati dan pikiranmu.
Dengan merelakannya, maka itu terjadilah penurunan tekanan dalam tubuh secara drastis pada tiap saraf-saraf yang ada. Singkatnya, kamu tidak mengalami lagi ketegangan jangka panjang itu.
Jangan remehkan kekuatan pikiran, aku benar-benar ingin kamu tahu, bahwa pikiran adalah sesuatu yang sangat kuat. Karena itu mulai saat ini tetaplah penuhi pikiranmu dengan hal-hal positif, agar yang datang dan mendekat padamu pun adalah hal-hal yang positif.
Dengan berpikiran positif dan menjaganya agar tetap selalu begitu, kita sebenarnya sedang dalam tahap mengobati dan sekaligus regenerasi kembali banyak hal di dalam tubuh kita. Entah itu sel-sel dan lainnya. Akan terjadi perbaikan secara besar-besaran di sana, dan tanpa kita sadari, tahu-tahu kita sudah sembuh—dari pikiran negatif, emosi tak terkontrol dan kecemasan berlebih.
Memang, tidak mudah, tapi, bukan berarti tidak mungkin. Buktinya, kamu sudah sejauh ini berkembang dan tetap bertahan. Ya, aku bangga padamu. Mari saling berpelukan lewat rangkaian kata-kata di buku ini—memeluk itu tidak harus selalu menyentuh, bukan?
Kamu sudah mengupayakan segala kekuatan dan potensimu dalam perjalanan mengenal diri dengan baik. Kamu boleh merayakannya dengan banyak-banyak mengucap syukur pada-Nya. Karena, kalau bukan karena rencana-Nya, kamu mungkin tidak akan membaca buku ini.
Kita bersama-sama sudah merencanakan untuk mencoba lagi, ya, mencoba lagi untuk melanjutkan perjuangan, untuk melanjutkan apa yang telah tertunda waktu itu karena kegagalan. Kegagalan itu bermacam-macam bentuknya, bukan hanya dari bentuk yang kita banyak kenal selama ini.
Seperti kamu merasa gagal setelah mencoba. Namun, sebenarnya, bagi mereka yang tidak pernah mau mencoba, atau ragu mencoba, atau takut mencoba. Mereka mendapatkan rasa sakit dua kali lipat daripada yang sudah mencoba.
Mereka juga gagal, itulah kenyataannya. Mereka lebih dari terjatuh, tapi, mereka tersungkur dengan posisi wajah mencium lantai. Karena mereka tidak mau menerima resiko dari banyak mencoba yaitu: kegagalan. Namun, bagi orang-orang yang mau terus mencoba tanpa takut gagal lagi. Mereka memang akan jatuh, tapi, tidak seperti itu.
Mereka akan jatuh sambil menahan tubuh mereka dengan kedua tangan, menopangnya, menahannya agar tidak tersungkur dengan posisi yang memalukan. Kenapa? Tentu, karena mereka sudah terbiasa dengan kegagalan. Jadi, mereka paham betul akan jatuh seperti apa. Luka berdarah sedikit tak apa, toh memang itu yang akan didapatkan setiap kali jatuh. Entah itu jatuh di dalam rumah atau di luar rumah, semua rasanya sama saja. Sama-sama sakit.
Bagi orang-orang yang sudah memutuskan untuk tidak takut lagi pada kegagalan dan memilih mencobanya mereka adalah orang-orang yang kuat dan hebat. Orang-orang pilihan yang mungkin terlihat nekat dan keras kepala—bagi beberapa orang yang tak paham pasti akan memberikan asumsi begitu, tak apa, biarkan saja, itu bukan urusan kita.
Kita sudah tepat dalam menempatkan diri saat ini, setelah memilih untuk terus mencoba. Jalan berikutnya yang perlu kita tempuh adalah jangan pernah menyerah dan berjuanglah. Tak peduli keadaan dan situasi seburuk apapun, orang-orang di sekitar yang sibuk menonton dan menganggap kamu sedang melakukan hal konyol yang sia-sia, "kamu ini dungu, ya? Sudah gagal, masih saja keras kepala," mereka tertawa sambil menonton kita yang jatuh, bangun sampai-sampai pernah terseret.
Ya, mereka anggap itu hiburan yang lucu dan menarik. Tak hanya itu, kamu harus kuatkan mentalmu juga. Karena akan ada beberapa orang yang senang mengomentari hidupmu kelak datang, tidak hanya satu orang, tapi banyak. Bahkan tak cukup lewat komentar, mereka pun akan mencaci, menekan, merendahkan, memandang sebelah mata, bahkan mencoba mengacaukan segala rencanamu.
Kamu mungkin akan merasa tertekan dengan kehadiran mereka—sudah pasti, aku saja terkadang kewalahan menghadapinya, karena dulu aku masih naif dan bodoh, sebenarnya tekanan yang kita rasakan tidak muncul dari keberadaan musuh, atau sesuatu yang sejenisnya, tekanan terjadi karena ada seseorang atau beberapa orang yang memiliki maksud atau tujuan berbeda lalu ia mengungkapkannya dengan agresif melalui perkataan ataupun sikapnya sehingga kita merasa tertekan, stres atau depresi.
Benturan itu terjadi karena adanya perbedaan tujuan dan sasaran. Mereka tidak tahu tujuan dan sasaran yang sedang kamu perjuangkan saat ini dan memilih untuk sok tahu dan menafsirkannya secara sepihak. Itu jelas-jelas salah mereka, bukan dirimu. Kecuali kalau kalian berbicara terbuka satu sama lain, maka selesailah kesalahpahaman yang membuat tegang itu.
Jadi, kamu harus benar-benar siap dan kuat. Tapi, kurasa kamu pasti bisa melalui semuanya dengan penuh ketenangan. Karena aku tahu, kamu sudah mengenal dirimu dengan baik, yang berarti kamu sudah mampu mengontrol dirimu, melepaskan dirimu dari invalidasi yang tak mendasar, dan kamu mampu membebaskan dirimu dari ketergantungan pada manusia atau situasi atau keadaan atau apapun itu—kecuali Sang Pencipta, kamu harus selalu bergantung pada-Nya, tak peduli dalam keadaan atau situasi apapun. Karena ini adalah pegangan yang memiliki tali terkuat, dan memang cuma satu-satunya tempatmu bergantung yang tidak akan pernah mengecewakan. Hebat! Sekarang kamu sudah bebas!
Kamu tidak perlu lagi merasa bersalah pada perasaan/pemikiran/emosi negatif orang lain yang tertuju padamu. Itu adalah tanggung jawab mereka sendiri karena memilih respon negatif macam itu.
Kamu tidak perlu bergantung pada situasi yang aman atau keadaan yang menenangkan atau bahkan waktu yang pas. Kamu tidak akan terkecoh lagi dengan permainan waktu dan dimensinya, kamu hanya akan terus bergerak, mencobanya lagi, dan tak mau menyerah. Berjuang dengan penuh kesadaran dan kesabaran.
Menjadi manusia yang pantang menyerah dan teguh dalam berjuang adalah modal terbaik dalam setiap nilai keberhasilan dalam kehidupan. Jika kita sudah mampu menghidupkan jiwa ini, kita akan selalu menjadi manusia yang positif dan terus berkembang. Terus bermetamorfosis menjadi versi terbaik dan terindah. Memiliki banyak kebahagiaan dan rasa syukur yang tak terbatas.
Ya, tetaplah seperti itu, jangan menyerah! Jangan pernah dan tetap berjuang!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Semua Tentangmu | TELAH TERBIT
Non-FictionMari, mengenal diri sendiri lebih baik melalui karya ini. Ini Semua Tentangmu adalah karya yang saya persembahkan untuk mewakili kisahmu, jeritan hatimu, rintihan batinmu dan duniamu. Semua rangkaian kata dalam karya ini adalah serpihan-serpihan per...