Memahami dengan Setulus Hati

218 12 0
                                    

Cara memahami itu dengan memandang dan tempatkan diri kita diposisi orang lain.
Dengan seperti itu kita akan bisa memahami keadaannya.

(Anaz Almansour)


Setelah kita melalui tahapan mengerti, tahap berikutnya adalah memahami. Pada tahap ini, kita akan belajar satu tingkat lebih tinggi. Menurut KBBI, memahami memiliki pengertian mengerti benar (akan); mengetahui benar, memaklumi; mengetahui.

Memahami adalah perasaan empati yang sama abstraknya dengan mengerti. Kalau mengerti dapat dilihat dari tindakan dan perkataan. Untuk memahami ini bahkan bisa lebih dari sekedar tindakan dan perkataan. Bisa berupa dukungan, perlindungan.

Memahami memang bukan perkara mudah, betapa pun kita berusaha untuk memahami perasaan orang lain nyatanya kita tidak akan pernah mampu merasakan apa yang mereka rasakan. Ini memang sebuah konsekuensi dari memahami.

Tapi, tak lantas hanya karena masalah kecil itu kita tidak mau belajar untuk mengasah kemampuan memahami. Kemampuan memahami amatlah penting bagi keberlangsungan hidup. Karena lewat perasaan ini banyak pintu-pintu kebaikan lagi kebenaran terbuka dengan lebar. Kesempatan berbuat baik, dan menunjukkan banyak kebenaran berawal dari proses memahami banyak hal.

Memahami pelajaran di sekolah atau tempat kuliah, memahami sebuah perintah dari orangtua dan guru, memahami perasaan teman yang sedang bercerita, memahami diri sendiri, memahami maksud penciptaan seluruh makhluk yang ada di muka bumi.

Dan tingkatan memahami paling tinggi adalah ketika kita mampu menarik titik-titik yang menghubungkan antar keterkaitan memahami diri sendiri dengan Allah dan semua makhluk yang diciptakan-Nya–entah itu kita manusia, hewan ataupun tumbuhan. Kita akan tahu hakikat banyak hal dalam kehidupan jika kita mau memahami dengan setulus hati tanpa syarat.

Tidak akan merugi manusia-manusia yang memilih untuk memahami dengan setulus hati akan banyak hal. Dan sungguh ini bukanlah hal yang merepotkan. Kita manusia dianugerahi begitu banyak potensi oleh Allah. Agar mau memahami semua yang ada dalam hidup, semua yang telah terjadi dalam hidup. Semata-mata agar kita belajar dan terus meningkatkan integritas diri.

Memahami adalah kemampuan yang harus terus kita asah sepanjang kita hidup. Dengan belajar memahami dengan penuh kesabaran dan konsisten, hidup kita akan terasa jauh lebih berwarna dan penuh dengan makna yang berhikmah.

Kamu mungkin pernah merasa hidup ini terkadang tidak adil. Di saat kamu merasa sudah banyak memahami keadaan dan situasi, namun, dirimu sendiri tidak ada yang mau memahami. Jika kamu berpikiran seperti ini, mungkin kamu kurang bersyukur atau terlalu sibuk melihat ke dalam dirimu secara berlebihan.

Coba, bersyukurlah, dan lihat lingkungan sekitarmu. Buka kedua matamu lebar-lebar, pendengaranmu dan hatimu pun lembutkan. Kamu bukanlah satu-satunya manusia yang merasakan perasaan itu—kalau sedang jenuh, aku juga pernah berpikir begitu.

Mungkin, di luar sana banyak anak-anak yang merasa kurang dipahami oleh orangtuanya karena merasa tidak didukung cita-cita dan karirnya. Mungkin, di luar sana banyak para penjual kaki lima yang merasa kurang dipahami karena merasa kalah saing dengan toko-toko modern di mall.

Semua rasa 'kurang dipahami' itu muncul karena kita lalai untuk bersyukur. Coba lihat lebih jauh lagi, ada berapa banyak anak-anak kurang beruntung yang tidak mampu bersekolah? Boro-boro memikirkan cita-cita dan dukungan. Kesempatan untuk merasakan bangku pendidikan saja mereka tak sanggup. Dan coba lihat lebih jauh lagi, ada berapa banyak orang-orang yang kurang beruntung dan menjadi pengangguran. Boro-boro memikirkan modal untuk usaha. Surat lamaran kerja mereka saja belum direspon sama sekali.

Jadi, mulai saat ini janganlah kita masa bodoh terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar soal memahami. Kita perlu untuk belajar konsep memahami ini secara baik dan benar.

Karena dengan kita yang memahami, kita tidak akan mudah tergerus fenomena zaman, kita tidak akan menjadi manusia yang berkembang dengan mental pengemis, kita juga tidak akan mau menjadi manusia yang licik dan kikir. Karena apa? Sederhana saja, kita sudah belajar memahami.

Memahami bukan hanya sekedar pemahaman dalam sebuah teori, memahami adalah sebuah perasaan yang membentuk sikap dan tindakan berupa empati yang membangun diri sendiri maupun orang-orang di sekitar.

Ini jelas-jelas baik bagi pertumbuhan dan perkembangan diri kita sendiri, orang-orang sekitar bahkan bangsa ini. Betapa banyak kesalahan, kegagalan dan kecurangan yang terjadi di sekitar kita dikarenakan kurangnya kemauan untuk memahami dan kesadaran untuk memahami yang rendah.

Kita seolah-olah merasa baik-baik saja dengan keadaan seperti ini, kita merasa cukup, dan ya, masa bodoh. Setelah ada kejadian yang menyeramkan, barulah kita memberi respon berupa kritik dan protes yang sebenarnya tak memberi banyak dampak signifikan terhadap perubahan.

Perubahan bisa terjadi salah satunya karena kita mulai mau memahami banyak hal. Memang, tidak semua perubahan membuat sesuatu menjadi lebih baik. Namun, tanpa perubahan, tidak akan ada kemajuan.

Kita tidak akan tahu bagaimana rasanya belajar dari kesalahan dan kegagalan. Kita tidak akan pernah tahu bahwa kegagalan bukanlah lawan kata dari keberhasilan, tetapi kegagalan adalah bagian dari keberhasilan. Kegagalan sama dengan kita sedang terus belajar dari kesalahan sebelum mencapai titik kesuksesan.

Karena itu, sebelum kita keluar dan belajar memahami banyak hal. Pertama-tama, mari kita belajar untuk memahami diri sendiri terlebih dahulu. Mulai dari memahami apa-apa saja hal yang membuat kita merasa tak nyaman, terhambat dan terancam. Tulislah hal-hal itu di dalam buku catatan agar sewaktu kita lupa, kita akan lebih mudah mengingatnya kembali.

Pahamilah apa yang benar-benar kita butuhkan dalam hidup ini. Bukan apa yang kita inginkan, karena teramat sering hal-hal yang berupa keinginan itu menjerumuskan atau merugikan diri kita sendiri.

Setelah kita paham hal yang membuat kita merasa tak nyaman, cobalah untuk evaluasi kembali, apakah hal-hal yang membuat tak nyaman itu berakar dari sebuah alasan yang logis atau doktrin-doktrin yang berupa alasan agar kita menghindari perubahan dan tetap tinggal di zona nyaman, lalu berikutnya selidiki hal-hal yang menjadi hambatan kita.

Evaluasi kembali, apakah hambatan itu berasal dari diri sendiri atau luar diri kita? Jika kita sudah menemukan sumber hambatan itu maka segera hancurkan. Entah itu yang berasal dari dirimu sendiri ataupun lingkungan sekitar dengan penuh kesadaran dan tata cara yang bisa diterima oleh nilai dan aturan kehidupan yang beradab.

Berikutnya, pikirkan soal ancaman yang mengganggu dirimu untuk berkembang, sama halnya dengan hambatan, kamu harus berani keluar dari zona nyaman dan singkirkan semua ancaman itu. Jika memang kamu tidak diberi pilihan untuk menyingkirkannya, pilihan yang tersisa adalah kamu harus hadapi itu. Lawanlah dengan berbagai macam strategi yang telah kamu susun jauh-jauh hari.

Kita perlu memahami dengan setulus hati tanpa syarat tentang diri kita sendiri, dan lingkungan sekitar. Jangan mudah simpati tanpa memahami, jangan mudah memaki tanpa memahami.

Sebelum sibuk melemparkan suara-suara dan gelombang kritik maupun protes. Ada baiknya kita memahami dulu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kritik hanya boleh disampaikan ketika memiliki tujuan yang baik. Kalau kita memiliki tujuan buruk ketika ingin menyampaikan kritik itu–entah itu mungkin bertujuan untuk menjatuhkan atau mempermalukan. Sebaiknya tidak perlu dilakukan, kita paham betul, bukan? Konsep tanam-tuai? Okay, kita semakin pintar sekarang.

Dengan kita yang membiarkan diri untuk belajar memahami tentang banyak hal, kita secara sadar sudah berjalan di jalur perubahan yang baik dan turut mengusahakan kemajuan dalam pembangunan.

Karena, masyarakat yang baik, sumber daya manusia yang berkualitas, negara yang maju, semua berawal dari kualitas individunya terlebih dahulu. Dan sebenarnya, kita pun sudah melaksanakan perintah-Nya dengan penuh kesadaran. Ketika kita mau memahami diri sendiri dan orang lain dengan setulus hati. Saat itu sebenarnya kita sedang menebar cinta kasih yang akan menumbuhkan nilai-nilai baik dan membuka banyaknya pintu kebenaran tanpa memaksa apalagi memaki.

Mari, belajar memahami banyak hal dengan setulus hati! 

Ini Semua Tentangmu | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang