“Azura.!”“Azura..!”
“Azura Nasta.!” Gadis yang dipanggil tersentak kaget, namun hanya sekejap rautnya kembali datar. Dengan wajah datar dia menengok ke arah sumber suara.
“Kamu tidak mendengarkan saya menerangkan.”
“…”
Azura tetap diam tanpa berniat menjawab apalagi mengangguk, pak Jon yang melihat murid gadis misterius itu enggan menjawab, kembali mendelik kesal.
“Angkat kakimu dari kelas ini, lari sebanyak 3 kali putaran tanpa berhenti dan saya mau kamu berlari di lapangan upacara.” Ucap pak Jon tegas.
Tanpa ba bi bu be bo gadis yang di suruh berdiri dan melangkah keluar dari kelas. Mata tajamnya sedikit melirik kebangku teman- temannya. Banyak dari mereka yang mulai berbisik- bisik.
Azura melangkah melewati koridor yang sepi. Suara gema sepatu yang terdengar nyaring menandakan ada orang lain yang sedang berjalan ke arah gadis itu.Dengan wajah datarnya dia melirik seorang laki- laki berpakaian hitam dan jaket abu- abu. Laki- laki itu pun sama melirik kearah dirinya, kemudian kembali melangkah tanpa berniat menyapa.
Azura Nasta gadis dengan wajah dingin berparas cantik, kulitnya yang berwarna putih pucat, mata hitam pekat tajam dan jangan lupakan rambut yang panjang hitam. Dengan langkah ringan dia mulai berlari memutari lapangan upacara, terik matahari tak menghalangi langkah kecilnya yang berlari. Tanpa di sadari ada seseorang yang sedang memerhatikannya dengan senyum menyeringai.
“Zura.!” Teriak seorang gadis yang berlari dari arah koridor menghampiri dia.
Zura yang melihat berhenti berlari dan menghampiri seorang gadis yang terengah- engah di dekat lapangan. Dengan keringat yang sudah membanjiri keningnya dan wajah yang kini berubah warna menjadi merah menandakan gadis itu sudah sangat kelelahan.“Tera.!”
Gadis yang di panggil berdiri di samping lapangan sambil melipat tangannya di dada. “kamu, apa yang sedang kamu lakukan.”
Zura diam tanpa berniat menjawab.Tera berkacak pinggang dia sudah tau jawabannya.”hah.. kamu ketahuan melamun lagi..!”
“Ya.!”
Hanya itu yang keluar dari mulut Zura, ketahulah dia sangat lelah dan akan semakin lelah jika dia mendengarkan ocehan Tera Sintia gadis berambut pendek sebahu yang kini sedang menahan sebal.
Tera menatap sahabatnya dengan intes, seakan berfikir bagaimana menyadarkan sahabatnya ini. “Huh.. yasudahlah ayok kita kekantin.!” Ajak Tera sambil tersenyum ceria.Kalimat itu menyadarkan Zura ternyata dirinya berlari lebih dari dua jam dan lebih dari tiga putaran, tanpa menjawab dia hanya mengangguk.
Mereka berdua berjalan dengan tangan yang bergandengan. Tanpa sadar Zura mengangkat sedikit bibirnya, hanya sedikit jika tak melihat dari dekat tak akan terlihat.
FLASHBACK
“Hay aku Tera Sintia, kamu maukan jadi sahabatku.!” Ucap seorang gadis dengan senyum manisnya.
“Tidak.!” Ucap acuh Zura.
“Kenapa,? Apa karna aku jelek dan kamu cantik.?”
“Tidak.!”
“Kalau begitu kamu sekarang jadi sahabatku.” Tera menarik tangan Zura dan berlari dengan tawa sambil sesekali melompat dan mengarahkan tangan mereka yang bergandengan ke arah matahari yang sedang bersinar terik.
Zura yang terkejut hanya dengan pasrah mengikuti langkah sahabat barunya yang dia ketahui bernama Tera.
FLASHBACK OFF
Pertemuan yang tak sengaja, perkenalan yang awalnya hanya lelucon kini malah menjadikan kedua gadis itu mejadi sahabat yang tak terpisahkan. Dua gadis yang tak memiliki kepribadian sama, Azura Nasta dengan sifat dingin dan Tera Sintia dengan sifat ceria dan hangatnya.
“Zura kau dengar kematian Dianst tidak.?” Tera bertanya sambil tetap berjalan.
“Aku tidak tau.!” Jawab Zura dengan ekspresi dingin.
Tera yang mendengar tiga kata itu hanya merengut niatnya agar gadis di sampingnya ini sedikit punya rasa kepo tapi nyatanya hanya tiga kata dan itu menyatakan bahwa dia tidak tahu dan tak mau tau.
Mereka berdua sampai di kantin dan mulai menengok ke arah kanan kiri walau sebenarnya yang menengok hanya Tera dan Zura membantu dengan melirik.“Tidak ada tempat duduk kosong ayok kembali.!” Zura menarik tangan Tera untuk keluar dari keramaian.
“Tera.. Zura.. sini.!” Seorang gadis yang tak jauh dari mereka berdiri melambaikan tangannya ke arah mereka. Dengan semangat Tera menarik tangan Zura dan yah jangan lupa kalau Tera suka dengan melompat- lompat.
Zura yang berada di sisinya hanya mampu memutar bola mata jengah. Mereka yang sedang berjalan ke arah teman- teman yang lain menjadi pusat perhatian seisi kantin.
Ada yang menatap dengan takjub, ada pula yang menatap dengan sorot tak suka.
“Arina.. Arika.. hay..!” sapa Tera dengan senyum ceria seperti biasa.
“Hay juga.!”
“Ini kami sudah memesannya untuk kalian cepat makan sebelum baksonya dingin.!” Arika memberikan dua mangkuk berisi bakso untuk Zura dan Tera.
“Terima kasih.” Ucap Zura dengan wajah tetap datar.
Mereka memaklumi sikap Zura yang dingin karna memang sejak dulu dia bersikap dingin ke semua orang bahkan dengan kedua orang tuanya sekalipun.
“Kalian dengar berita kematian Dianst gak..?” Mereka memulai dengan mode gosip, Zura yang tak suka hanya diam.
“Iya aku mendengarnya baru saja pagi ini.” Ucap Rina tanpa mengalihkan pandangan dari samsungnya.
PLETAK..!!
“Aduh..!! Rika sakit oon.!”
“Kamu ini kembaranku tentu saja kamu tau bodoh.!”
Mereka saling menatap dengan sengit, Arika Indriyani dan Arina Indriyani dua anak kembar yang sangat suka membuat keributan. Tapi justu karna mereka berdualah persahabatan antara Zura dan Tera semakin berwarna.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/146121083-288-k97117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death of Mysterious
Mystery / ThrillerHigh rank° 164 -jumat 27/04-2018 5 trailer 30/03-2019 3 piskopat 11/05-2019 👀Mari ikut kepermainan ku.👀 Saat kau sudah masuk jangan pernah berhenti ditengah jalan. "Tebak siapa aku.?"