2

106 19 5
                                    


ZURA POV

Perkenalkan nama ku Azura Nasta aku anak kedua dari Steven Alexsandro dan  Helen  Alexsandro, kakak ku  Reina Alexsandro. Pastinya kalian binggung kenapa hanya  nama belakang ku yang berbeda, karna aku benci dengan keluarga ku.

“Assalammualaikum .”

“waalaikumsalam… eh non Zura udah pulang, bapak sama ibu baru aja berangkat non.”

“Gak nanya.!” Aku melangkah ke kamar ku yang ada di lantai dua.

Dengan lesu aku menghempaskan tubuh ke kasur ukuran king size. Anggap aku munafik, aku membenci keluarga ku tapi aku masih menikmati fasilitas dari kelurga. Asal kalian tau jika aku sudah lulus sekolah dan memiliki uang cukup aku juga ingin keluar dari rumah ini.

“Kamu udah pulang dek.” Seorang gadis muda cantik menghampiriku.

“Iya kak.”

Kak Reina berjalan ke arah balkom kamar, dia adalah anak kesayangan mama dan papa. Dia memiliki semuanya kesempurnaan. Sedangkan aku, aku tersenyum kecut dengan apa yang di lakukan ayah dan ibu selama ini.

“Zura.. maafkan mereka.”

“jika kak kemari hanya untuk mengatakan permintamaafan mereka sebaiknya kakak keluar.” Aku menarik selimut dan menutup semua tubuh ku. Aku tidak perduli aku tak ingin mendengar semua alasan dari mulutnya.

Aku mendengar langkah kaki meninggalkan kamar ku. Perlahan air mata ku mulai menetes aku benci, sungguh aku benci ketidakberdayaan ku. Aku benci mereka yang menganggap aku hanya anak pembawa sial. Kenapa harus aku yang mengalami semua ini, kenapa.

Aku berjalan dengan langkah gontai ke arah kamar mandi. Pikiranku kosong aku merasa hidupku sangat melelahkan, entah hatiku selalu berteriak untuk memaafkan mereka tapi di sisilain ini sangat menyakitkan aku tak sanggup untuk memaafkan mereka. Aku merendam tubuhku dengan air dingin berharap kenangan pahit itu terlupakan.

***

Author POV

“Bagaimana apakah kamu menemukan bukti.!
Detektif Davin mengelengkan kepala.

“Ini aneh sekali tidak mungkin Dianst melakukan bunuh diri, atas dasar apa dia bunuh diri. Lebih aneh lagi dia membakar tubuhnya sendiri lalu saat semua sudah gosong dia merendam tubuhnya ke dalam air, dalam keadaan air kran yang menyala dan apartemen yang tidak di kunci seakan untuk memberitahu penghuni apartemen lain."

“Kau benar lebih tepatnya ini bukan kasus bunuh diri melainkan pembunuhan.” Jawab seorang berseragam polisi.

“Apa kamu sudah mengecek cctv dalam waktu satu hari ini.?”

“Ya, anak buahku sedangkan mengeceknya kita tunggu saja.”

Di tempat lain.

Zura yang sedang duduk di taman rumahnya di binggungkan dengan kehadiran dua polisi.

“Selamat sore nona Azura Nasta Alexsandro.!”

Zura yang tidak paham mengeryit dahi. “Selamat sore ada apa yah pak.” Jawab Zura dengan raut dingin.

“Kami dari pihak kepolisian yang menangani kasus pembunuhan saudara Dianst Marquis, kami ingin mambawa anda ke kantor polisi."

Zura menaikan satu alisnya,”saya tidak mengenal siapa Dianst Marquis itu.”

“Maaf anda bisa menjelaskannya nanti saat kita dikantor.”

“Saya sibuk.” Zura melangkah meninggalkan dua polisi yang masih mematung di tempat.

Dengan langkah tergesa-gesa Zura memasuki rumah dan tak lupa mengunci pintu rumahnya. Reina yang sedang duduk di ruang tamu melihat adiknya bertingkah aneh mengeryit binggung.

“Apa yang sedang kamu lakukan.?”
Zura berjengit kaget. “ak.. aku tidak apa- apa.”

Reina memandang intens ke arah adiknya, Zura yang dipandang seperti itu kembali memasang wajah datar.

“Nona Zura kami mohon untuk berkerja sama, jika anda tidak bersalah anda tidak perlu takut.” Teriak seseorang dari luar.

Dalam hati Zura sedang mengabsen satu persatu nama- nama hewan. Wajah dinginnya kembali menegang.

Reina menarik tangan Zura yang masih menjaga daun pintu.
“Apa yang kau lakukan kak.?”

“Apa..? ada tamu Zura,” Reina berusaha membuka pintu yang dihalangi oleh Zura.

“Nona Zura jika anda seperti ini kami akan menyeret paksa anda.”

Bodoh bagaimana mungkin kalian bisa menyeretku jika membuka pintu saja tak bisa. Dalam hati Zura terus mengumpat.

Reina yang mendengar adiknya dalam masalah mengeryit binggung.”apa yang terjadi,!”

BRAKKKK…

Pintu yang di jaga oleh Zura terbuka paksa membuat Zura yang sedang berdiri didepan pintu tersungkur dan wajahnya mencium lantai.

“Sapi, kerbau, jangkrink, kambing___” Zura kembali mengabsen satu persatu hewan yang ada di muka bumi ini.

Reina yang melihat adiknya tersungkur tak sanggup menahan tawa, “hihihi.. kamu lagi ngapain dek.?” Bukannya membantu Zura berdiri Reina malah terus tertawa membuat kedua polisi yang tadi mendobrak pintu ikut menahan tawa sekaligus merasa bersalah.

“Maaf nona kami tidak bermaksud__”

“Apa..!” ucap judes Zura sambil berdiri dan membenarkan lipatan bajunya.

“Saya sudah katakan saya tidak mengenal siapa Dianst.” Zura berteriak kearah dua polisi.

“Dianst” ucap lirih. Reina ternganga pikirannya bercabang apa yang di lakukan Zura dengan Dianst sampai membawa polisi.

“Tunggu Dianst Marquis kah..?” tanya Reina kepada kedua polisi.

“Ya benar nona Reina,?”

“Lalu apa masalahnya dengan adik saya.”

Kedua polisi itu saling melirik lalu dengan anggukan seakan membuat kepastian. “Saudara Dianst mati terbunuh di apartemennya tersangka utama adalah nona Zura.”

“APAA__!”

Zura yang mendapat tuduhan itu melotot ke arah dua polisi itu. “Kalian gila bagaimana mungkin aku membunuh seseorang yang tidak aku kenal”

“Maaf nona anda bisa menjelaskan nanti dikantor polisi.” Reina yang melihat adiknya dibawa oleh dua polisi hanya termenung.

*#*

The Death of MysteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang