Hujan memberi banyak kenangan, kenangan tentang aku yang kau lupakan. Tentang kisah yang dulu kau banggakan kini bahkan kau tak mau mencoba menengoknya ke belakang.Zura meremas secarik kertas yang ditemukannya dalam laci meja. Pagi ini dia sengaja berangkat pagi hanya untuk menenangkan diri karena masalah kemarin tapi kini yang dia temukan bukanlah ketenangan tapi seseorang yang ingin mengajaknya kesebuah permainan.
Dengarkan aku, aku mengajakmu kesebuah permainan lari atau bunuh diri. Ini adalah permainan yang kita mainkan dulu, mari kita berjalan di rintikan hujan sambil tertawa melihat mereka yang mulai menghilang. Lari atau bunuh diri.
Zura membaca kembali surat kedua, dan itu membuatnya kembali mengeram marah. Dia yakin pembunuh Dianstlah yang mengirim surat ini. Dia kembali merogoh isi laci dan tangannya berhenti.
Zura tertegun bunga mawar merah ada di dalam laci. ‘Apa maksud dari ini semua.’
“Selamat pagi Nasta kuuuuuuu….!”
Zura terlonjak kaget dan memandang dengan melotot ke arah Tera. “Hmm”
“Wow.. Zura sejak kapan kamu punya fans. Hihihi.” Ucap Tera sambil menyisir rambutnya yang sedikit brantakan.
Hari ini memang di jadwalkan kelas Zura bersama dengan Tera. Di sekolah ini memang tidak memiliki kelas tetap lebih tepatnya di SMA Bakti Bangsa, semua murid memiliki jadwal masuk kelas 6 hari. Kemarin Zura berada di kelas 11 Mia A dan saat ini jadwalnya dia di kelas 11 Mia D. Jadwal kelas hanya di khususkan untuk kelas 11 dan 10 saja untuk kelas 12 sudah menggunakan kelas tetap dan itupun mereka harus melewati Tes akan masuk ke kelas unggul atau kelas buangan.
Kelas buangan walau kedengarannya sangat menyakitkan hati tapi justu banyak siswa yang lulus dengan peringkat tertinggi berasal dari kalas itu. Mungkin karna mereka tertekan akhirnya mereka memiliki dorongan kuat untuk bersaing dengan anak unggulan.
“Woy malah bengong! Itu dari siapa?” ucap Tera dengan wajah yang berseri- seri.
Zura memutar bola mata malas, “Gak tau,”
“Benarkah,” Tera tersenyum miring ke arah Zura.
Tak beberapa lama siswa lain pun ikut masuk karna sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai.
“Kamu berhutang penjelasan Zura.”
Zura tak mengubris ucapan Tera, dia sibuk mengeluarkan buku kimia dan mulai membaca materi hari ini. Tangannya meremas secarik kertas yang sedari tadi di genggamnya.
Seseorang terus memerhatikan gerak- gerik Zura dengan senyum mengembang.
***
Pelajaran pertama kimia cukup membuat otaknya pusing, kini mereka sedang duduk dimeja kantin sambil menyantap bakso bu Umi dikantin langganan mereka.
“Gimana dengan kasus Dianst apa ada perkembangan.” Tanya Tera kepada para sahabatnya.
Zura merasa terharu dengan ketiga sahabatnya yang ikut serta menyelidiki dan menyuruh detektif dari keluarga masing- masing untuk menemukan si pembunuh. Sangat jarang ada teman yang mau di ajak susah senang bersama.
“Kalian tenang saja aku sudah menyuruh Albert mencari bukti kalau Zura tidak bersalah.” Ucap Arina dengan wajah serius.
Cekrekk..
Suara kamera hp milik Tera membuat ketiga orang menatap kearahnya.
“OHH.. ayolah sangat jarang melihat expresi mak soatik yang lagi serius. Hihihi!” ucap Tera dengan wajah polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death of Mysterious
Mystery / ThrillerHigh rank° 164 -jumat 27/04-2018 5 trailer 30/03-2019 3 piskopat 11/05-2019 👀Mari ikut kepermainan ku.👀 Saat kau sudah masuk jangan pernah berhenti ditengah jalan. "Tebak siapa aku.?"