10

57 2 0
                                    


Angin berhembus menerpa wajah cantik seorang yang sedang menatap jalanan di balik kaca bening. Zura menatap kosong jalanan.

'Kamu pembunuh'

'Kamu pembunuh!!'

'KAMU PEMBUNUH!!!'

"AAAAHHHHHH!!!!!" Teriak Zura.

"DIAM BODOH! AKU BUKAN PEMBUNUH KAMU YANG PEMBUNUH ITU.!!" Kata Zura sambil menatap nyalang ke arah bayangan di cermin.

Seseorang di bayangan kaca itu tersenyum lembut. Tangannya terulur seakan mampu untuk menembus kaca bening itu.

"Aku tidak pernah melakukan pembunuhan itu, kamu bahkan sadar bahwa aku tidak pernah lagi keluar. Karna sikapmu yang selalu menahan aku di sini. Lagi bagaimana mungkin aku tega melakukan pembunuhan itu." Ucap gadis itu membela dirinya.

Zura menatap tajam bayangan di cermin.

"Zey, aku harus bagaimana, aku harus bagaimana? Mereka sudah tidak lagi percaya sama aku. Kau liat bagaimana Tera melempar benda terkutuk itu. Zey aku ingin mati."

"Tenanglah Zur! Kita harus mencari tau siapa dalang pembunuhan ini. Entah mengapa, aku rasa ini ada sangkut pautnya dengan kakakmu."

Zura terdiam, wanita di cermin itu menghilang. Terpantul bayangan wajah Zura yang masih pucat. Tangannya terkepal kuat menatap nyalang ke arah benda tajam yang ada di laci kamar rawatnya.

Sudah satu minggu Zura berada di rumah sakit untuk memulihkan tubuhnya. Dan satu minggu itu tidak ada yang menjenguknya kecuali Reina dan Feri yang masih mengunjungi.

Ketiga temannya, setelah kejadian penuduhan itu tidak lagi menghubungi Zura, bahkan saat Zura mengirim pesan untuk menjelaskan pada mereka gadis itu malah di keluarkan dari grup chatnya.

Tok.. tok...

"Zura," Reina masuk tanpa perlu menunggu jawaban dari Zura. Dia tau adiknya itu saat ini sangat tertekan dan tentu sifat dinginnya akan bertambah berlipat ganda.

"Hari ini kamu di bolehin pulang, aku udah urus semua administrasinya. Sekarang kita harus beres- beres, aku tau pasti kamu udah gak betahkan di sini?"

Zura tak bergeming pandangannya tetap lurus. Reina melangkah berdiri di belakang Zura.

Tangannya terangkat mengelus surai lembut Zura yang tergerai dengan sayang. Zura terpejam menikmati.

"Jangan pikirkan adikku," Reina memeluk Zura dari belakang.

"Aku akan membantumu. Pasti!!! AYOK SEMANGAT!!!"

Zura sedikit menarik bibirnya membentuk senyum tipis. Setidaknya masih ada Reina yang tetap berada di sisinya.

Mereka merapikan semua barang- barangnya dan keluar dari rumah sakit. Di depan rumah sakit sudah ada mobil lambourgini berwarna merah.

Semua orang yang melihat dua wanita cantik itu mulai berbisik- bisik. Zura tau semua orang pasti menatap dia sebagai seorang pembunuh.

Reina duduk di kursi pengemudi dan Zura duduk di sebelahnya. Di belakang mereka ada 2 mobil hitam yang mengikuti. Zura tau siapa yang ada di dalam mobil itu, siapa lagi kalau bukan bodyguard suruhan Helen, dia tidak akan mungkin membiarkan Reina pergi bersamanya sendirian.

Di depan rumah sakit banyak laki- laki memakai jas hitam menghadang para wartawan dan reporter. Memberikan akses mobil Reina lewat.

"Haha, luar biasa sekarang keluarga kita benar- benar tenar." Ucap Reina sambil terus menekan klakson mobilnya.

Zura memutar bola matanya malas. "Bukan keluarga tapi aku,"

Tak lama mobil Reina keluar dari lautan manusia itu dia segera menjalankan mobilnya dengan laju. Karena pasti dia akan diikuti oleh para wartawan itu.

"Kita akan kemana?" Tanya Zura binggung karna Reina tidak membelokkan mobilnya ke rumah.

"Kita akan ke bogor, kamu butuh refreshing. Yeahh!!!!"

"Aku tidak mau."

"Why?"

"Kamu bodoh atau apa, aku masih sekolah!!"

Reina menaikan alisnya.
"Kamu mau tau itu adalah sekolah milik kakek Feri dan lagi otakmu itu cerdas tanpa belajar pun kamu bisa menduduki peringkat satu di sekolah jadi liburan sampai satu abad pun tak masalah."

Zura menatap jengkel kakaknya, dia malas berdebat karena kepalanya masih sakit akibat benturan kecelakaan itu.

"Apa ayah dan ibu disana juga?" Tanya Zura.

"Tidak. Mereka pergi ke Seoul ada sedikit masalah disana." Kata Reina cuek.

Zura menaikkan sebelah alisnya. Padahal semalam dia membuka beberapa file yang dikirim oleh bawahnya kalau perusahaan cabang yang ada di Seoul mengalami peningkatan, lalu kenapa sekarang Reina berkata sebaliknya.

***

Mobil Lambourgini berwarna merah memasuki gerbang rumah mewah. Di sana sudah banyak orang yang memakai jas hitam.

Dua orang itu membuka pintu mobil, mereka segera keluar dan masuk kedalam rumah. Di depan pintu para maid sudah berbaris, mereka membungkuk saat Reina dan Zura melewati.

"Kembali ke tugas kalian." Ucap Reina dingin.

"Baik nona."

Zura dengan angkuh melewati mereka, mata tajamnya melirik banyak di antara para maid itu menatap tak suka kepadanya.
'Kita lihat saja nanti'. Ucap Zura dalam hati dan menatap tajam ke arah mereka.

***

Zura menghempaskan tubuhnya ke kasur berukuran king size menatap lurus langit- langit kamarnya.

Tes... tes.. tes...

Dia merenggut, di dalam kamar mandi terdengar suara air yang menetes karna ruangan ini luas dan sunyi suara seperti itu pasti menggema.

Dia tidak memperdulikan suara itu, Zura membalik badan kearah cendela besar yang menampilkan pemandangan hutan yang lebat.

Tes... tes... tes...
Suara itu masih menggema.

Gadis itu mencoba menutup mata, saat dia hampir terlelap sekelebat bayangan yang berasal dari cendela membuat Zura bangkit langsung dari ranjangnya.

Dia menutup mulutnya.

^_^ Hay aku memberi mu hadiah yang sangat indah, cobalah liat di kamar mandi. ^_^

Tulisan itu menggunakan darah. Zura yakin sekali, dia segera menghampiri kaca besar itu menyakinkan bahwa itu benar adanya.

Dia melihat darah itu mengalir dan tulisannya hampir hilang. Zura segera berjalan ke arah kamar mandi.

Tangannya gemetar menyentuh pintu itu. Suara air yang menetes sangat jelas terdengar, dengan pasti dia mendorong ganggang pintu.

Dan... wajahnya dingin, dia adalah maid yang menatap tak suka saat Zura memasuki rumah ini.

Sekarang MATI!!!

***

Terima kasih udah mau nunggu Brilly. Jangan lupa klik bintang dan isi komentar kalian yahh..😆😆😆

The Death of MysteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang