Perlahan mata itu mulai bergerak, Zura bangun dan menatap binggung dengan keadaan sekitar. Dia memegang kepalanya yang diperban, bau obat- obatan menyadarkan Zura ternyata dirinya berada dirumah sakit.“Bagaimana mungkin aku selamat,”
“Kamu sudah sadar,?” tanya seorang laki- laki yang duduk di sofa.
Zura mengangkat sebelah alisnya, rasanya suara laki- laki itu tidak asing. “Aku seperti pernah bertemu denganmu,”
Laki- laki itu tersenyum,” kamu memang pernah bertemu denganku Luna.”
Zura mendelik pikirannya kembali kemasa lalu dimana dia bertemu dengan anak laki- laki yang menghibur dirinya saat dia sedang menangis, itu adalah awal pertemuannya dengan, “Feng.” Lirih Zura.
“Kamu.. hah namaku bukan Feng Luna, tapi Feri.” Feri berjalan mendekat kearah Zura.
“Mana aku tau kamu juga salah nama ku Zura bukan Luna.!”
Feri duduk dikursi dan menatap Zura layaknya seseorang yang merajuk. “Saat itu lidah kita masih tertekuk makanya manggil nama aja susah.”
FLASHBACK
Gadis kecil berumur 5 tahun itu menangis sambil sesekali berteriak, seseorang yang mendengar pasti akan terhanyut dalam dukanya.
“Jangan nangis, tangismu buat awan ikut mendung.” Ucap anak laki- laki sambil menghapus air mata yang masih mengalir dipipi Zura.
“Kamu siapa?” tanya Zura dengan suara serak, matanya sudah sangat buram karena air mata.
“Aku Pengi.” Ucap anak laki- laki itu dengan senyum yang membuat matanya ikut menyipit.
“Hah Pengi,?”
“Bukan. Yang benel itu Pengi.!”
Zura mengaruk tengkuknya.” Iya Pengi kan,?”
Laki- laki itu yang gemas dengan Zura akhirnya mengambil ranting dan menulis namanya di tanah.
“Fengli.” Eja Zura.
Anak laki- laki itu menatap Zura jengkel. Pada akhirnya dia hanya pasrah karena dia sendiri pun masih belum fasih untuk mengucap namanya sendiri.
“Kalau kamu siapa,?”
Zura tersenyum dia mengambil ranting yang dipegang Feri, dan mulai mengukir namanya di tanah.
“Ula,? Ahh.. Ula, Luna aja.?”
Zura mengeleng.
“Luna..!”
Zura kembali mengeleng keras.
“Pokoknya Luna.!” Ucap Feri sambil menjulurkan lidah kearah Zura.
Zura yang merasa diejek menatap Feri dengan tajam.”Fengli jelek.”
“Luna juga helekkk, weekkkkk” Feri berlari sambil berteriak nama Zura.
Karena kesal Zura mengambil botol minumnya yang berisi susu coklat, dia membuka tutup botolnya dan menghampiri Feri yang sedang terduduk karena lelah berlari.
“Feng, aus gak,?”
“Wah.. Una tau aja mak_!”
Byurr..
“Sama- sama Feng.” Zura berlari.
Feri menatap bodoh kearah Zura yang sudah berlari menjauh kemudian 1, 2, 3,“Mamaaaaaa….! Baju pengli kotorr huaaaaaaaaa…! Awas kamu Lunaa.!!!”
FLASHBACK OFF
“Hahahaahahaaa…” tawa Zura.
Feri tertegun menatap senyum Zura yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari yang seharusnya.“Aku kangen kamu Feng, kamu pergi begitu aja waktu aku lagi butuh kamu,!” Zura menatap Feri dengan teduh matanya mengungkapkan kesedihan.
“Banyak hal yang berubah semenjak kamu pergi,?” Zura tersenyum miris.
“Kamu kehilangan kakek dan nenek, kamu berubah jadi cewek dingin, acuh, kamu suka menyendiri, kamu tetap dihindari oleh orang tua kamu, dan kamu menyakiti diri kamu sendiri. Kamu _”
“Cukup.! Bagaimana kamu tau,”
“Maaf, maaf karena aku pergi saat itu. Aku tau karena kamu selalu melakukan hal itu sampai sekarang bahkan lebih parah.”
Zura menunduk.
“Berhenti melukai dirimu Luna, maaf, maafkan aku karena pergi.”
“Lupakan, sekarang yang terpenting kamu sudah disini. Ohh yah bagaimana kamu menyelamatkan aku, padahal aku sudah bermimpi tentang kematianku.?”
“Ahh itu_”
Ceklek
Pintu terbuka menghentikan pembicaraan Feri. Tera, Rina, dan Rika menghampiri mereka.
“Zura.!”
“Kami ingin berbicara denganmu.!”
Feri membuka mulut. “Hanya kita berempat.” Ucap Rina.“Oke aku keluar dulu Lun.”
Sepeninggalan Feri, ruangan itu sepi. Zura diam menunggu apa yang akan dibicarakan oleh sahabatnya.
“Aku kecewa sama kamu.!” Ucap Rina sambil melempar tas slempang yang dipakai Zura saat berada dimobil.
“Kamu pembunuh ZURA.! KAMU SELAMA INI BOHONGIN KITA. KAMU PISCOPAT, BERKEPRIBADIAN GANDA, CEWEK GILA DENGAN TAMPANG SOK DINGIN.!!” Rina menatap sengit kearah Zura.
“Semuanya udah terbukti Zura, kamu pembunuh Dianst, pembunuh Inag, dan kamu juga menyiksa diri sendiri. Aku gak nyangka selama ini aku punya sahabat gila kaya kamu Zur.!”
“ENGGAK.! Itu bukan aku.. gak__!
***
Enggak dapet feelnya elah. Gak tau kenapa yah di otak itu udah tersusun rapi tapi buat mengungkapkan itu susah banget. Dan mungkin juga dibeberapa bab ini masih kurang jelas yah. Kekurangannya disini kerasa banget.
Tapi tenang aja, akan ada revisi setelah cerita ini mencapai Part 30.
Doain aja semoga selesai pada waktunya.Terimakasih
Brillyas😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death of Mysterious
Mistério / SuspenseHigh rank° 164 -jumat 27/04-2018 5 trailer 30/03-2019 3 piskopat 11/05-2019 👀Mari ikut kepermainan ku.👀 Saat kau sudah masuk jangan pernah berhenti ditengah jalan. "Tebak siapa aku.?"