BRAKKK....!!!"Kamu liat putrimu itu, baru saja aku akan meminta maaf kepada anak bodoh itu, tapi liat dia benar- benar menyeret nama baik Alexsandro!" Steven melempar semua berkas yang ada di atas mejanya.
"Stev tenanglah kita sebaiknya pergi ke kantor polisi sekarang,!" Helen merapikan semua berkas yang berserakan di lantai dan menatanya kembali di meja.
"Kita..? ohh tidak bukan kita HELEN TAPI KAMU.. DIA ANAKMU.!"
Helen yang mendengar suara keras suaminya segera menatap tajam. "DIA JUGA ANAKMU BODOH!"
"MA..PA.. AZURA BUTUH KITA SEKARANG..!!!" Reina menatap kedua orang tuanya dengan raut kecewa.
Reina berjalan menghampiri ayahnya yang sedang duduk, dia terpaksa mengatakan keadaan Zura kepada kedua orang tuanya. Walau Reina tau itu justru akan membuat Zura kecewa karna Stev dan Helen akan menganggap kutukan itu nyata. Kutukan yang mengatakan anak kedua dari keturunan keluarga besar Alexsandro akan membawa dampak buruk.
Reina duduk dilantai dan menangkup kedua tangannya di depan dada menghadap ke ayah dan ibunya. "Pa, Rei mohon bantu ade. Rei tau ade tidak bersalah, ade tidak mengenal Dianst."
Di tempat lain
"Saya sudah bilang sejak awal saya tidak mengenal DIANST MARQUIS." Ucap Zura dengan penuh penekanan.
"Tapi di cctv dan kalung yang terjatuh di kolong sofa adalah milik anda." Detektif Davin menyerahkan kalung dendalion kepada Zura.
Zura meneliti kalung dendalion di tangannya, tanpa sadar dia menelan slavina."ini memang milik saya, tapi ini sudah hilang sejak 1 tahun yang lalu."
"Lalu bagaimana dengan surat yang di tulis oleh Dianst untuk anda,?"
"Maksudnya?"
"Kami menemukan surat yang berisi penolakan cinta antara anda dan Dianst."
Zura menahan nafas dia tidak menyangka bahwa detektif di depannya ini sangat menyebalkan. "Anda tau yang namanya Zura bukan hanya saya."
"Tapi di cctv juga terlihat gadis sepertimu keluar dari apartemen Dianst pada jam 5 subuh tepatnya 1 jam setelah korban di temukan oleh tentangga apartemenya."
"Anda mengatakan seperti itu seakan anda menuduh bahwa saya lah pelakunya. Kenapa anda tidak mencurigai tetangga apartemennya."
"Kami sudah bertanya dan dia baru menetap di sana."
Zura hanya mengangguk dan ber-oh-ria.
Detektif Davin membereskan kertas yang ada di meja."Baiklah mungkin kita sampai di sini jika masih ada laporan lagi kami akan menghubungimu."
"Tidak perlu ini tidak ada sangkut pautnya dengan ku." Ucap Zura acuh.
Zura berdiri dan melangkah meninggalkan ruangan introgasi. Dia berhenti di depan pintu lalu memandang kedua tangannya, 'apa aku benar melakukannya?' Zura segera mengeleng kepala cepat. 'aku tidak melakukan pembunuhan itu.'
Pikirannya saat ini benar- benar kacau. Apa yang akan di lakukan kedua orang tuanya nanti apa mereka akan menyeret dia kemudian akan membuangnya ke luar negeri atau menghapus namanya dari daftar keluarga seperti dulu menghapus nama marga keluarga dari namanya.
"Zura.." Tera berlari menghampiri Zura bersama dengan dua sahabat lainnya si kembar AR.
Arika menarik tangan Zura dengan raut penuh kecemasan. "Apa yang sebenarnnya terjadi katakan."
"Ayok cepat katakan siapa yang sudah menuduhmu biar aku hajar pelakunya." Ucap Arina sambil menarik lengan bajunya.
Sebenarnya Zura ingin tertawa dengan sikap sahabatnya tapi mengingat kata PELAKU wajahnya kembali datar.
"Zura kami benar- benar terkejut saat banyak wartawan di depan rumahmu, kami bertanya kepada pak Dadang katanya kamu di bawa oleh polisi." Tera menatap Zura dengan wajah berkaca- kaca.
Arina membuka hp samsungnya kemudian memberikan kepada Zura. "Kamu harus membaca ini."
Artikel 22 april 2018
Di kejutkan penemuan mayat terbakar dikediaman artis muda Dianst Marquis. Menurut pihak kepolisian ini adalah jenazah Dianst. Saksi berkata " Saya melihat seorang gadis cantik masuk ke apartemen pada jam 12 malam, lalu keluar pada jam 5 subuh." Pihak kepolisian sudah menemukan pelaku utama yang berinisial AZ___Zura mengangkat tinggi samsung S8 milik Arina. Matanya menatap marah pada apa yang dia baca, 'bagaimana ini apa ayah sudah tau.'
"Kamu boleh membantingnya tapi setelah itu kamu harus mengganti dengan S9." Ucap Arina menyadarkan tindakan Zura.
"Ah.. tidak jangan S9 bagaimana dengan iphone X." Arina berseru bahagia.
Arika yang mendengar ucapan Arina hanya dapat memutar bola mata malas. "Kita tidak boleh tinggal diam bagaimana pun aku tau kalau Zura bukan pelakunya,"
"Kau benar tapi siapa yang ingin menjatuhkan Zura.?"
Saat mereka berempat sedang berfikir, suara gema langkah kaki seseorang memenuhi ruangan.
"Zura.."
Zura yang mendengar seseorang memanggil namanya tertegun. Tiga orang yang sedari tadi di pikirkan olehnya kini berdiri di depannya. 'Apa yang harus aku lakukan? Ayah tidak akan memukul ku di depan umunkan? Ibu tidak akan menjambak ranbutku di sinikan?' tanpa sadar keringat dingin sudah mengalir deras di pelipisnya tapi wajahnya tetap datar.
Reina memeluk Zura erat. "kakak sangat mengkhawatirkan kamu.! Hisk.."
"Lepaskan dia REI..!"
"Stev tenanglah." Helen menatap tajam ke arah suaminya, dia menarik tangan Reina menjauh dari Zura.
"Tapi ma." Reina berusaha menarik tangannya yang di tarik paksa Helen.
"Kau berjanji setelah melihat dia kita akan pulang sekarang kau liat dia baik- baik saja ayok pulang."
"MA!!!"
"KAK!!!' Zura mengeleng lemah kearah Reina.
Sungguh hatinya sudah menangis sedari tadi. Dia pikir kedua orang tuannya benar akan berubah, nyatanya. Zura tau mereka kemari karna di paksa oleh Reina bukan karna kedua orang itu mengkhawatirkannya.
"Aku menunggu mu di rumah." Ucap dingin Stev lalu melangkah pergi meninggalkan Zura yang masih berdiri dengan pandangan kosong.
*#*

KAMU SEDANG MEMBACA
The Death of Mysterious
Mistero / ThrillerHigh rank° 164 -jumat 27/04-2018 5 trailer 30/03-2019 3 piskopat 11/05-2019 👀Mari ikut kepermainan ku.👀 Saat kau sudah masuk jangan pernah berhenti ditengah jalan. "Tebak siapa aku.?"