Bab 52
Book 2 Chapter 22
Daiki bangkit dari tempat tidurnya meraih jaket yang bergantung pada belakang pintunya. Mengenakannya kemudian meraih sebuah kotak kecil dari kayu yang berada diatas tempat tidurnya dan menyakukannya pada jaketnya. Disebelah tempat tidurnya sebuah kotak bekal yang sudah terbuka dan kosong dengan beberapa bungkusan minuman berenergi, terdapat pada meja kecil.
Dengan cepat kakinya melangkah keluar dari rumahnya dan berlari menuju rumah sakit. Dengan napas yang terengah dirinya menghentikan langkahnya tepat bersamaan dengan tiga buah mobil sedan didepannya, berjalan dan menjauh dari posisinya yang berdiri. Daiki menatap pada beberapa orang yang sangat Ia kenali, masih dengan napas terengahnya dia mendekati orang-orang tersebut.
"Haa~ Rui? Haa~"suaranya dengan napas terngahnya. Semua mata menuju kearahnya, menatap penuh kaget.
"Baru saja pergi"suara Yoshio menjawab. Fumio berdecak berjalan mendekat pada Daiki dan menarik kerah kaos milik Daiki.
"Sudah aku bi-"
"Tidak ada waktu untuk ini"Daiki menyergap Fumio dan melepaskan tangan Fumio dari kaosnya. Mata Daiki menuju pada Youko yang menatapnya dengan berkaca-kaca.
"Aku berjanji akan membawa Rui kesini lagi"Daiki yang tertuju pada Youko. Tersentak kecil kemudian tetesan air matanya mulai berjatuhan mengalir pada pipinya. Youko mengangguk kecil sebagai jawabannya.
"Ti -Tidak hanya Rui. K -Kau juga harus membawa kembali tawa dan suaranya"suara serak Youko memperjelas. Kini giliran Daiki yang mengangguk.
"Aku tidak tau apa Rui akan tetap bersamaku. Tapi... Aku akan membawanya kembali. Aku mencintai Rui"suara Daiki yang sudah mulai terdengar normal. Youko kembali mengangguk.
"Na -Narita... Kau harus segera kesana, Daiki -kun"suara Youko dan kembali mendapatkan anggukan dari Daiki.
Tanpa menyibukkan dirinya untuk pamit, Daiki kembali melajukan kakinya menjauhi rumah sakit dan berusaha untuk mencari taksi. Tak lamapun dirinya sudah mendapatkan taksi dengan cepat dirinya memerintahkan sang sopir mengarah kearah Bandara Narita. Dalam perjalan Daiki tak ada hentinya meminta sang sopir untuk menyetir lebih cepat agar mereka lekas sampai. Sang supir menurunkan gasnya membuat Daiki menatap kedepannya dimana banyak sekali kendara yang berhenti.
"Ada apa?"tanya Daiki.
"Sepertinya ada pemeriksaan lalu lintas"ujar sang sopir. Daiki berdecak kesal kemudian merogoh sakunya dan memberikan beberapa lembar uang pada sang sopir. Dengan cepat Daiki keluar dari taksi dan berlari sekuat tenaganya.
'Ini sudah cukup dekat' batin Daiki dengan langkah cepat dari kakinya.
Daiki memasuki sebuah gedung besar yang merupakan pintu masuk bandara. Tangannya meraih sakunya dan mengeluarkan ponselnya, menekan dan menahan tombol angka satu hinggal nama Rui muncul dalam bentuk panggilan. Dengan napas terengahnya seraya mengedarkan pandangannya keberbagai arah, dirinya menelpon Rui mengabaikan rasa lelah pada kakinya.
Menelpon Rui berkali-kali namun hasil tetap sama, ponsel Rui tidak aktif. Daiki kembali menggerakkan kakinya, menuju pada tempat paling atas gedung dimana yang dapat melihat keberangkatan setiap pesawat. Napasnya semakin berat namun tak Ia hiraukan.
Matanya menuju sebuah lapangan luas berwarna putih, menatap satu persatu pesawat hingga mengkap beberapa mobil sedan hitam berhenti didekat pesawat yang lebih kecil dari lainnya.
Mata Daiki melebar saat mendapatkan Riku menggendong Rui keluar dari mobil dan mendudukkannya pada sebuah kursi roda."Rui?"gumam Daiki dengan napas beratnya. Beberapa kali Daiki menghirup kasar udara.
"Rui!!"teriak Daiki yang membuat beberapa orang disekitarnya menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice Later [Book 2] ✔️
General FictionVoice Later : The voice that can be heard now ~ BOOK 2 -------- WARNING ------- KONTEN AKAN BERISI CERITA TENTANG YAOI ALIAS BOYS LOVE ATAU BXB. JADI YANG TIDAK SUKA DAN MERASA KONTEN TIDAK PANTAS DIBACA BISA SEGERA MENINGGA...