25~ An answer

805 105 12
                                    


Bab 55

Book 2 Chapter 25

"Kali ini, biarkan aku yang mendengarkan suaramu untuk pertama kalinya. Biarkan aku mendengar jawabanmu dari bibirmu"ujar Daiki menatap dalam Rui.

Rui meneguk ludahnya, air matanya kini telah mengering. Angin sejukpun menemani mereka berdua. Rui membuka mulutnya perlahan. Bibirnya nampak bergetar berusaha untuk mengeluarkan suaranya.

"Ak... Ak... Aku-"

Bibir tipis yang bergetar itu terbuka secara perlahan. Angin menyejukkan menerpa tubuh mereka yang seakan membawa kisah masa lalu mereka pergi meninggalkan mereka. Kenangan-kenangan pahit yang mereka lalui seakan ikut pergi. Membawa mereka ke dunia yang baru, dunia dimana hanya ada mereka dan akhir yang bahagia hanya untuk mereka.

"D -Da... iki- A- akh... ku... J -ju... ga in... ngin... ber... sam.. ma D -Da... iki"suara Rui kini terdengar.
Deretan gigi milik Daiki terlihat. Perasaannya begitu bahagia, mendengar suara orang yang paling Ia cintai. Tangannya melingkar pada tubuh Rui dan memeluknya erat. Helaan napas lega darinya terdengar.

"Memperlihatkan diriku yang begitu lemah seperti ini dihadapanmu- Sangat mengesalkan. Aku benar-benar tidak ingin menunjukkannya padamu"ujar Daiki disela pelukan mereka. Rui menggeleng sebagai jawabannya.

"A -Aku tidak masalah dengan ini"balas Rui. Daiki tertawa kecil.

"Ah- Aku tau aku kau akan mengatakannya. Karna itu- mulai sekarang aku akan memberikan seluruhnya untukmu. Aku- tidak akan terus bersikap kuat padamu dan aku akan terus mengeluh padamu"ujar Daiki masih memeluk Rui. Rui terkekeh dan mengangguk.

"A -aku juga ingin Daiki lebih bergantung padaku. Ka -karena itu- Da -Daiki tidak boleh pergi a -ataupun menyuruhku untuk pergi"balas Rui dan mendapatkan anggukan dari Daiki sebagai persetujuannya.

***

Daiki dan Rui sampai pada sebuah penginapan dengan gaya khas jepang. Kini dua wanita dengan Yukata rapi menatap kaget mereka berdua.

"Dai -chan! Rui -chan!"suara akrab itu menyambut kaget mereka.

"Ba -Bagaimana kalian bisa sampai sini?"sambungnya berjalan lebih dekat pada mereka.

"Rui kebetulan lagi pulang ke Osaka, jadi aku memintanya untuk menemaniku berziarah kemakan ayah"jelas Daiki dimana mendapatkan wajah kaget pada dua wanita dihadapannya. Daiki tersenyum pada Ibunya.

"Ceritanya sangat panjang. Tapi apa boleh aku dapat satu kamar? Biar Rui bisa beristirahat, karena dari pagi aku mengajaknya berjalan terlebih kita belum makan siang"jelas Daiki.

"Tentu Daiki. Ajak temanmu masuk"suara wanita yang berdiri dibelakang Ibu Daiki.

"Maaf merepotkan bibi"ujar Daiki sopan.

"Tentu tidak, Daiki. Kau keponakan bibi. Ajak dia dikamar paling ujung. Dikamar itu ada kamar mandinya, biar dia istirahat dia terlihat lelah"ujar wanita yang di panggil Daiki dengan sebutan bibi tersebut. Daiki mengangguk mengerti dan menggandeng Rui untuk ikut bersamanya.
"Terima kasih banyak dan mohon maaf sudah merepotkan"ujar sopan Rui dengan bungkukkannya pada Bibi Daiki. Wanita tersebut tersenyum dan mengangguk.

"Ibu akan mengantar makanan kekamar kalian"ujar Ibu Daiki sebelum Daiki dan Rui bergi jauh dari mereka, membuat Rui kembali membungkuk kecil sebagai tanda terima kasihnya.

Daiki menggeser pintu ruangan menunjukkan ruangan yang tak jauh beda dengan kamar Rui sebelumnya. Ruangan yang cukup luas, dibagi menjadi dua dimana mereka dapat melihat pintu geser lainnya yang terbuka memperlihatkan pisahan dari ruang sebelumnya. Daiki mempersilahkan Rui untuk masuk kemudian menyuruh Rui untuk duduk pada bantal duduk yang tersedia beserta sebuah meja pendek persegi panjang yang terlihat seperti meja makan. Daiki berjalan lebih masuk membuat Rui yang awalnya ingin duduk mengurungkan niatnya dan memilih mengikuti Daiki. Daiki yang menyadarinya hanya terkekeh dan membiarkan Rui untuk ikut dengannya. Daiki membuat lemari storage dan mengambil sebuah Yukata dengan warna biru keabuan. Daiki menggeser pintu pada sisi lain dari ruangan tersebut dan langsung menunjukkan sebuah bak mandi besar berisi air bersih dengan asap yang menguap keudara.

Voice Later [Book 2] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang