15. Debat

25 6 17
                                    

-Biar aja dulu. Ikuti kemauannya. Baru kita tanya kenapa.- Jessica A.

27 September 2016.

Sudah seminggu lebih Filia gabung dengan kelompok lain di kelasnya. Dia mendiamkan Bela dan lainnya. Bahkan, membuang muka ketika bertemu serta semakin mendekati Arvino.

Bela pernah mencoba untuk mendekatinya. Namun, respon Filia malah meninggalkan Bela dan bersikap tidak suka pada Bela.

Jessica menyarankan agar tidak menganggu Filia lagi. Mengikuti apa yang Filia mau. Lalu, minta maaf jika ada salah.

Bagi Jessica. Tidak ada bedanya di geng mereka ada Filia atau tidak. Sama Saja. Malah katanya ia lebih senang begini.

Lalu, bagaimana dengan Arvino? Apa ia bisa menghindar dari Filia?

Ah, jangan tanyakan tentang itu. Ia bahkan sudah mencoba tidak merespon Filia sedikitpun. Namun, Filia semakin menjadi-jadi. Semakin hari semakin mendekat. Semakin hari semakin mengancam. Semakin hari semakin menggila. Bahkan, baginya kadar kegilaan Filia melebihi kadar kegilaan Jessica.
Jika ia disuruh untuk memilih siapa yang paling normal diantara Jessica dan Filia. Ia akan lebih memilih Jessica.

Bahkan, ia dilanda pusing setiap hari harus menghadapi Filia. Ya, doakan saja agar Arvino kuat menghadapi cobaannya.

Di kantin.

09.45 AM.

"Aku pusing ngadepin Si Filia. Gila bener tuh cewek," Ia mencurahkan masalahnya ke teman-temannya.

"Iya gimana ya? Lo coba suka ke dia." Saran Marcel.

"Gimana bisa?" Ia seperti pasrah.

"Lo suka ke siapa sih?" tanya Dylan.

"Enggak." Jawabnya dingin.

"Bingungin lu itu," Nico menimpali sambil meminum es tehnya.

"Kalo enggak ya tinggal jadian ma Filia. Cantik? Iya. Tajir? hadeh. Nomor satu seantero kelas sebelas." Puji David.

Ya, semua yang dibilang oleh David memang benar. Filia terkaya seantero kelas sebelas. Filia juga cantik. Bahkan, Filia juga salah satu seorang model di sekolahnya yang berkerjasama dengan agensi ternama.

****

Pelajaran berlangsung dan seperti biasa. Setelah guru menjelaskan bab yang dibahas langsung diberi satu tugas dari bab tersebut.

"Baiklah anak-anak. Apa semua sudah selesai mengerjakan tugasnya?" tanya guru tersebut.

"Sudah." Jawab serentak satu kelas.

"Baiklah. Kalo begitu mari kita koreksi bersama-sama dan nilainya saya masukkan ke daftar nilai."

"Nomor satu Arvino tolong maju dan tulis jawabanmu di white board," perintah guru itu sambil memegang black marker.

Arvino langsung menggeser bangkunya dan berdiri lalu berjalan ke depan. Ia menuliskan jawabannya hingga selesai.

Lalu..

Tiba-tiba..

"Enggak! jawabannya salah!"

Satu kelas langsung menoleh ke arah suara tersebut berasal.

"Benar," jawab Arvino sambil melangkah ke arah bangkunya.

"Salah,"

"Benar," Arvino take mau mengalah.

"Bela! jika jawaban Arvino salah. Lalu, bagaimana benarnya? Apa kamu mau menulisnya di white board juga?" tanya Guru tersebut.

"Iya. Saya mau," Ia langsung melangkahkan kakinya kedepan dan menulis jawabannya.

Don't You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang