6. Stay

33 5 6
                                    

- At least can you stay for a while in here with me? Don't go. It'll hurt me- Bela.

****
Suasana biasa terjadi di rumah Bela. Keheningan tanpa ada kebahagiaan. Agnes sendiri sibuk dengan dunianya. Sedangkan Bela harus merasakan bosan karena ia tak punya kegiatan.

Bela memainkan hpnya. Memeriksa pesan-pesan dari para temannya yang jarang dibacanya. Bukannya ia sombong tak mau baca pesan-pesan itu. Namun, ia malas dan tak terlalu ingin berhubungan dengan benda persegi panjang tersebut.

****
Bela pergi ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Ia sangat bersemangat bersekolah. Ya, sebenarnya penyebabnya adalah Arvino namun, entah logika cinta tak pernah main. Logika pikirannya masih tak mau menerima kenyataan bahwa ia sedang menyukai seseorang.

Sesampai di kelasnya ternyata Arvino belum datang. Hanya beberapa temannya saja yang datang dan bergossip bersama. Bela memilih untuk mendengarkan lagu lewat headset daripada mendengarkan gossip mereka. Bela mengecilkan volume headsetnya dan melihat-lihat instagramnya.

"Eh, iya. Anak baru cowok tuh sapa namanya?"
teman sekelas Bela bergosip tentang Arvino.

"Oh, Arvino. Napa?"tanya yang lainnya.

"Denger-denger nih ya. Dia mau pindah ke kelas olahraga,"

"Hah? Tuh anak males sekolah kali ya? Kayak gak tau anak olahraga pada malas sekolah kan?"

"Itu mah semua orang tau. Terus jadwal sekolahnya beda ma kelas-kelas kita. Jam istirahatnya aja beda. Udah gitu bejat juga kelakuan anak-anaknya," temannya yang lain menyahuti.

"Kapan emang pindahnya?"

"Gak tau. IDClah,"

Bela mendengarkan percakapan dua teman sekelasnya itu. Semangatnya menurun. Ada perasaan tak ikhlas dan tak ingin Arvino pergi. Ia melihat jam di hand-phonenya 6.27. Biasanya Arvino sudah ada di kelas. Namun, sekarang Arvino belum datang juga. Jangan tanyakan bagaimana keadaan Bela sekarang. Ia benar-benar merasa hancur. Moodnya langsung buruk. Sangat buruk. Lagu yang terputar di headsetnya mulai tak enak di dengarkan. Tak lama kemudian ia melihat Arvino datang. Ia tak bisa menahan diri untuk tersenyum. Ia sangat beruntung Arvino masoh ada disini.

At least I can see you. Maybe it's last but I don't know why. If you can don't go. Stay here. Batin Bela.

Jam kesatu dua di isi dengan jam kosong namun, diberi tugas. Jadi, kelas Bela tetap tenang dan tak gaduh.

"Eh, anak cowok yang duduk sendirian tuh siapa?" tanya Bela pada Jessica.

"David Pratama," jawab Jessica.

"Oh,"

"Kamu suka ke dia?" tanya Jessica.

"Enggak," kata Bela santai.

"Oh, kamu suka ke Arvino?" tanya Jessica lebih keras volume suaranya.

"Ih, apaan sih? Enggak! Enggak! Enggak! Aku gak suka ke Arvino," ucap Bela sambil memukuli lengan Bela.

Bela tak sadar Arvino melihatnya sekilas dan mendengar ucapan yang dilontarkan Bela.

****

07.15 PM

Bela senyum-senyum sendiri saat dia di kamarnya. Ia merasa dirinya begitu bodoh saat di sekolah tadi. Namun, entah mengapa dia begitu bahagia. Dia nyaman di dekat Arvino. Namun, entah. Mengapa pikirannya tetap masih tak mau menerima tentang kenyataan dia suka ke Arvino.

Gak mungkin aku suka ke cowok. Apalagi kayak si Arvino. Gak mungkin. Batinnya.

Ia beranjak dari tempat tidurnya menuju meja belajar. Dia membuka laptop dan langsung menuju ke google.

Tanda-tanda jatuh cinta. Ketiknya.

Lalu, dia baca beberapa artikel tentang tanda-tanda jatuh cinta. Ia mulai percaya dirinya jatuh cinta pada sesosok Arvino.

"Aku gak jatuh cinta. Titik. Artikelnya bohong semuanya."

****

Keesokan harinya..

Ya, Bela tampil lebih menawan hari ini. Ia mencoba memakai jepit rambut bermotif pita pemberian Nadine. Ia juga datang lebih pagi dari biasanya.

Aku gak akan jatuh cinta lagi. Kadang artikel di internet itu bohong. I won't fall in love again.

Saat sampai di kelasnya ternyata Jessica sudah sampai duluan. Jessica mendengarkan lagu dan bernyanyi sendirian lagi. Ah, memang perlu di sadari bahwa sahabat Bela yang satu ini agak gila.

"Woy, Jess," Bela mengaketkan Jessica.

"Eh, ayam,"

"Cih, biasa aja kali. Kek ngliat hantu aja," ucap Bela.

"Eh, aku nanya deh ke kamu." ucap Jessica serius.

"Apaan?"

"Kamu suka ke Arvino?"

Iya. Tapi gak mungkin. No boy no cry. "Enggak."

"Cinta itu apasih?"

"Cinta itu nama orang." Jawab Bela santai.

"Hadeh bukan. Cinta itu sebuah rasa aneh pada lawan jenis. Kayak suka, sayang, takut kehilangan." Jelas Jessica.

"Cih, biologi nilai kamu berapa sih? rasa aneh? rasa tuh biasa aja. Rasa tuh pedas, manis, gurih, pahit, asam. Lha emang kamu perna makan lawan jenis?"


"Ikut aku keliling halaman." Jessica menarik paksa Bela.

"Kamu liat anak pacaran?"

"Hm,"

"Nah, itu berdasarkan cinta." Jelas Jessica.

"Mana teorinya?"

"Ih, kamu tuh pernah pacaran."

"Aku kasian dia mohon-mohon tiap hari. Ya, aku terima. Aku pernah suka ke cowok? Iya. Sekali. And I won't fall in love again. It hurt me. Made my score bad and always sad ending. Its enough for fall in love. I won't again." kata Bela.

"Otak cinta kamu emang gak pernah main."

"Aku gak suka ke Arvino. Aku seneng waktu dia ngajak debat aja. Lagian dia bentar lagi pindah." ucap Bela

"Oh. Ya udah deh. Serah. Otak kamu mainnya cuman logika. Aku saranin ke psikolog deh,"

"Serah,"

****

Mereka kembali ke kelas. Dia langsung mengedarkan pandangannya ke arah bangku Arvino. Cowok itu sudah datang. Bela tak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum. Ia bersyukur Arvino masih belum meninggalkan kelasnya. Entah mengapa dia melakukan itu. Dia memang bodoh dalam hal percintaan.

Hope that was not a real news. I want you still here. I like debate with you. Batin Bela

Don't You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang