13. Her Wish

24 4 31
                                    

Budayakan vote dan komentar saat membaca cerita.

Hope you like this chapter..

Happy reading

:)

****

Setelah menonton film hingga larut malam Bela dan Jessica bangun jam kesiangan. Ya, bagaimana tidak. Dua gadis remaja baru bangun pukul delapan pagi. Biasanya, mereka bangun cukup pagi untuk bersekolah. Namun, mungkin hari ini adalah hari libur yang bisa dihabiskan di atas kasur yang empuk ditemani laptop, wifi, dan cemilan.

Hmm.

Sangat mengasyikkan.

"Jes, bangun yuk! Jam delapan nih," ucap Bela sambil mengumpulkan kesadarannya.

"Jes, katanya jam sepuluh jemput papa kamu di bandara kan?" ucap Bela namun, masih tidak di tanggapi oleh Jessica.

"Bentar. 5 menit lagi." ucap Jessica terdengar menginginkan dirinya untuk berada di alam mimpi lagi.

"Yaudah, aku ke dapur ya? Masak buat kita,"

"Hmm," ucap Jessica sambil memejamkan matanya lagi lalu tertidur.

Bela bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka. Lalu, segera menuju dapur untuk memasak.

Ia membuka lemari pendingin milik Jessica. Ia melihat beberapa bahan makanan yang bisa ia masak untuk dirinya dan Jessica.

****

Hampir sepuluh menitan aroma masakan Bela tercium di dapur milik Jessica. Ya, ia biasanya memasak untuk dirinya sendiri. Maka dari itu, dia bisa memasak.

"Masak apa kamu Bel?" ucap Jessica berhasil mengagetkan Bela.

"Ngagetin aja," kata Bela sambil mengelus dadanya.

"Yaelah,"

"Tumis ala Avery Belicia," ucap Bela.

"Oh," Jessica langsung berjalan ke arah lemari es dan membuat minuman dingin. "Mau gak?" tawarnya pada Bela.

"Boleh,"

****

Pukul sepuluh kurang lima belas menit mereka sampai di bandara. Mereka menunggu di raung tunggu sambil mengobrol.

"Apa yang kamu suka dari Nico?" tanya Bela.

"Dia itu jiwanya leadership. Dia baik. Pintar juga,"

"Iyasih." kata Bela sambil menggayunkan kakinya.

"Kalo kamu. Kenapa bisa suka ke Vino?"

"In the truth. At first time meet I like him. He is perfect. Cold and smart. And I don't know why I can love him. But, I hate him bcoz him so annoying for me,"

Jessica tertawa. Bela ternyata suka menyukai Arvino terlebih dahulu. Namun, entahlah memang otaknya saja yang terlalu 'keras' untuk tidak menyukai cowok lagi.

"Oh iya Jes. Satu kamu gak boleh manggil dia Arvi. No one can call him 'Arvi'. Arvi tuh panggilan kesayangan. Dua. Jangan bilang siapa-siapa ya kalo aku suka ke Arvi."

"Iya-iya,"

****

Pukul 3 sore Bela berkeliling taman sendirian. Ia tidak ingin pulang. Setelah makan siang bersama keluarga sahabatnya itu ia memutuskan untuk pulang. Namun, tidak ke rumah. Ia berkeliling taman dan mungkin sekarang menunggu senja.

Ia mengayunkan kakinya. Jujur. Ia bosan. Hot chocolate yang ia beli tadi sudah habis dan hand-phonenya mengalami lowbatt. Namun, ia tidak peduli.

Sekarang baginya menikmati kesendirian adalah kesenangannya. Padahal dulu waktu ia kecil. Sebelum ibunya meninggal. Sebelum datang istri-baru- ayahnya. Kehidupannya baik-baik saja. Namun, akankah sekarang ia bisa dikatakan baik-baik saja?

Entahlah.

Ia biasanya sembunyi dibalik topeng 'tertawa' dengan para sahabatnya. Ia selalu terlihat bahagia. Kebanyakan tingkah, tidak bisa diam, suka berdebat, dan selalu tertawa.

Mungkin sekarang ia merasakan sebagian bahagianya saja bersama dengan sahabatnya. Dan mungkin nanti ia akan menikmati kebahagiaan sepenuhnya.

****

Pukul 7 PM

Ia putuskan untuk pulang ke rumahnya setelah ia mengisi perutnya yang kosong di salah satu restoran tadi.

Ia mengendarai mobilnya sambil bersenandung kecil. Lagu milik disc jokey terkenal Martin Garrix sekarang menjadi lagu terfavoritnya.

Sesampai di rumahnya. Ia melihat mobil ayahnya terparkir di garasi rumahnya.

Apa yang mereka lakukan?

Masih menganggap aku keluarga?

Kenapa mereka ada disini?

Ah, apa aku akan peduli? Hm. Tidak

Kalimat-kalimat tersebut berlarian di pikirannya. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan keluarganya. Namun, ia 'sangat' malas menemui mereka.

Ia membuka pintu rumahnya. Tidak terkunci. Ia mendorong pintu itu agar terbuka dan ia melihat keluarganya sedang bergurau di ruang tamu.

"Dari mana saja kamu?" tanya Ayahnya langsung.

"Jessica," jawabnya dingin.

"Gabung disini yuk? Kita bercerita," ajak istri-baru- Ayahnya.

"Tidak!" jawabnya sesingkat mungkin.

"Ayolah," Agnes agak memaksa Bela.

"Tidak ya tidak!" ia agak menambah volume suaranya. "Ngapain kesini?" lanjutnya melontarkan kalimat tanya.

"Melihat keadaan kamu dan ternyata kamu baik-baik saja." ucap istri-baru- Ayahnya yang bernama Nancy.

"Oh," Bela berlagak tidak peduli.

"Bela!" Ayahnya menbentaknya keras.

"Iya?" balasnya santai.

"Bersikaplah sopan pada ibumu ini!" Ayahnya mengingatkan.

"Iya. Dan ingat Ayah. Dia bukan ibuku! Ibuku telah disisi Tuhan!" ucapbya tegas lalu berlari menaiki tangga penghubung lantai satu dan dua menuju kamarnya.

Ayahnya hanya bisa menggelengkan kepala. Ia tak bisa melawan putrinya terus menerus. Toh, putrinya punya pandangan dan cara berpikir sendiri. Semakin ia melawan putrinya. Semakin ia memarahinya dan menegurnya. Ia merasa membuat jarak semakin jauh dengan putrinya.

****

New cover its out now!!!😱😱😱

Gimana. Kalian suka cover yang mana?

Thank you uda baca ceritaku guys..

Thank you uda ngevote dan komentar ceritaku yang gaje ini.

Thank you selalu dukung aku ya..

Aku abis UNBK juga nih :v doain nilai aku bagus ya.. Aamiin..

Thanks for all guys. Without u I can't do it.

Xoxo

Author gajee

Don't You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang